PPIDK Amerika Eropa Adakan Webinar Tantangan Dunia Pendidikan dan Pembangunan SDM di Papua

PPIDK Amerika Eropa Adakan Webinar Tantangan Dunia Pendidikan dan Pembangunan SDM di Papua
info gambar utama

Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kawasan Amerika-Eropa melalui Divisi Kontribusi Untuk Negeri bekerja sama dengan PMP Jerman, IMAPA Rusia dan UNAIM Wamena mengadakan program webinar Mayari ke Timur Forum Sabtu (12/12). Dengan tajuk “Tantangan Dunia Pendidikan dan Dinamika Pembangunan SDM di Papua.” Dengan narasumber Christian Sohilait., S.T., M.Si. (Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPPAD) Provinsi Papua), Dr. Rudihartono Ismail, M.Pd. (Rektor Universitas Amal Ilmiah Yapis Wamena), dan Samuel Tabuni (Founder dan CEO Papua Language Institute).

Kepala DPPAD Provinsi Papua Christian Sohilait, hadir sebagai Keynote Speech pada webinar kali ini menyampaikan bahwa secara umum masalah pendidikan di Papua terdapat pada regulasi, lingkungan, sarana pra-sarana dan sumber daya manusia. Sehingga perlu bagi Pemerintah khususnya kami di DPPAD untuk merancang grand design pendidikan di Papua untuk 50-100 tahun kedepan. Selain itu dengan adanya program Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat yang belum lama ini dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 20 Tahun 2020 pada 29 September 2020 akan terus dikawal oleh Pemerintah Daerah guna mendukung kebijakan Pemda dalam membangun pendidikan di Papua.

Diantara berbagai masalah pendidikan yang ada, pada tingkatan pendidikan tinggi masalah yang terdapat di Pegunungan Tengah Papua khususnya Wamena yaitu pada akses infrastruktur dan kondisi geografis yang sangat sulit. Dalam paparannya Rudihartono Ismail Rektor Universitas Amal Ilmiah Yapis Wamena menyampaikan bahwa perlu adanya perhatian yang lebih khusus dari pemerintah dan juga kontribusi pihak swasta melalui CSR perusahaan untuk meningkatkan infrastruktur terutama jaringan internet yang lebih baik.

Hal yang sama juga disampaikan Samuel Tabuni, pendidikan menjadi akar dari setiap permasalahan di Papua. Papua itu sudah paling terlambat bergabung dengan Indonesia, sehingga perkembangan pendidikan di Papua juga ikut terlambat, ucapnya. Perlu adanya pembangunan pendidikan Papua berbasis Suku dan kawasan adat agar pendidikan Papua berjalan berbasis culture wisdom dan kontekstual kekayaan alam sehingga masyarakat tahu tujuan dari pendidikan itu sendiri.

Melihat permasalahan tersebut maka kita tidak harus selalu menunggu bantuan pemerintah, perlu adanya pembangunan pendidikan non-formal berbasis komunitas di banyak daerah di Papua agar pendidikan bisa lebih merata, tambah Samuel Tabuni. Komunitas ini diharapkan dapat menjadi rumah bagi pendidikan dasar di Papua yang lebih dekat dengan masyarakat.

Guna mewujudkan “Pendidikan Maju” di tanah Papua perlu adanya kolaborasi dari semua pihak. Kepala DPPAD Christian Sohilait, juga berharap anak-anak Papua yang sedang menempuh pendidikan tinggi di luar negeri agar kembali ke Papua dan membangun Papua. Hal yang sama juga disampaikan Rudihartono Ismail perlu adanya dukungan dari putra-putri Papua untuk kembali ke Papua untuk mengabdikan dirinya dengan mengajar dan mendidik anak-anak Papua di masa depan Papua.

Kegiatan webinar yang dilakukan secara daring melalui zoom meeting dan channel Youtube PPI TV ini menarik minat masyarakat, baik dari kalangan mahasiswa, akademisi, praktisi, pelaku pendidikan, dan masyarakat umum yang ingin mengetahui Tantangan Dunia Pendidikan dan Dinamika Pembangunan SDM di Papua. Webinar kali ini menjadi menarik ketika diikuti karena menghadirkan narasumber dari berbagai perspektif mulai dari tataran pemerintah, praktisi dan akademisi. Selengkapnya dapat disaksikan kembali di channel youtube PPI TV https://youtu.be/eLDcSjCVFuU

Pada akhir webinar Reza Dani Rumbiak selaku penannggung jawab kegiatan Kontribusi Untuk Negeri (KUN) berharap kegiatan ini dapat membuka wawasan kita semua terkait dengan kondisi pendidikan Papua hari ini. Selain itu juga dia juga berharap agar generasi muda Papua kedepannya dapat menjadi manusia-manusia yang memiliki integritas, berwasasan global dan menjunjung tinggi persatuan di masa depan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini