Cabai dan Sambal, Penggugah Selera yang Tak Bisa Dipisahkan dari Makanan Indonesia

Cabai dan Sambal, Penggugah Selera yang Tak Bisa Dipisahkan dari Makanan Indonesia
info gambar utama

Kawan GNFI, berbicara mengenai makanan Indonesia tak lengkap rasanya jika tidak menyebutkan sambal. Sambal menjadi teman makan yang tidak bisa dipisahkan dari lidah kebanyakan orang Indonesia. Tak heran, orang-orang kita pun dikenal kebal dengan makanan pedas oleh orang luar negeri.

Dengan hadirnya sambal sebagai pendamping makanan, cita rasa makanan pun akan bertambah dan membuat orang ketagihan akan sensasi pedasnya. Jenis sambal saat ini pun banyak ragamnya dari tiap daerah yang memiliki cita rasa yang khas.

Dikutip dari laman National Geographic Indonesia, ada sebanyak 212 jenis sambal di Indonesia. Jumlah tersebut merupakan hasil dari penelitian Prof. Murdijati Gardjito dkk yang berhasil menemukan jenis sambal beserta asal-usulnya. Menurut hasil penelitian Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada tersebut, sebanyak 43 persen sambal berasal dari Jawa, 20 persen di Sumatra dan sisanya dari Nusa Tenggara. Bali, Maluku, Kalimantan dan Sulawesi.

Sambal sudah menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia yang diwariskan secara turun-temurun. Kawan GNFI pasti bertanya-tanya sejak kapan sih kira-kira masyarakat Indonesia mengenal sambal?

Sebelum berbicara mengenai asal usul sambal, sebaiknya kita menelisik kahadiran bahan baku sambal yakni cabai. Cabai merupakan salah satu tanaman yang penting di Indonesia karena cabai pun bisa mempengaruhi tingkat inflasi. Tanaman pedas ini diperkirakan sudah ada ribuan tahun lalu yang berasal dari Benua Amerika, kemungkinan besar berasal dari Peru atau Meksiko.

Sejarah Cabai di Indonesia

Suku Indian di Amerika diperkirakan sudah menggunakan cabai pada tahun 7000 SM. Pada saat menemukan Benua Amerika, Christopher Columbus heran ketika melihat para penduduk asli Amerika sudah membudayakan tanaman cabai. Cabai temuan Colombus ini berasal dari Amerika Selatan yang diduga disebarkan oleh suku Indian.

Tanaman cabai © viralnesia.com
info gambar

Columbus kemudian menyebarkan tanaman cabai tersebut di Benua Eropa sekitar tahun 1502. Spanyol merupakan negara pertama yang menggunakan cabai sebagai bumbu masak. Setelah tanaman cabai tersebar di Eropa, Spanyol dan Portugis pun menyebarkan tanaman ini di wilayah Asia termasuk Indonesia. Tidak ada yang tau pasti tepatnya kapan cabai mulai ada di Indonesia.

Namun diperkirakan cabai masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15 hingga 16 saat Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku. Cabai juga menjadi komoditas yang ditanam saat sistem tanam paksa diberlakukan. Menanam tanaman cabai di beberapa wilayah di Indonesia ini pun diwajibkan, karena cabai merupakan salah satu hasil perkebunan yang digemari oleh masyarakat Eropa.

Bukti nya adalah pada tahun 1918 terdapat ribuan kilogram cabai yang dikirim dari pelabuhan di Jakarta, Cirebon, Semarang, dan Surabaya menuju Sumatra dan Kalimantan. Setelah itu pada abad 19 dan 20 banyak masyarakat yang telah terbiasa mengolah cabai sebagai bumbu masakan dan obat, terutama di masyarakat Jawa.

Meskipun begitu ada juga yang mengatakan bahwa cabai sudah ada di Indonesia jauh sebelum kedatangan Portugis ke Nusantara. Seorang arkeolog bernama Titi Surti Nastiti mengungkapkan dalam bukunya "Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna Abad VII-XIV" bahwa teks Ramayana telah menyebutkan cabai sebagai salah satu jenis makanan pangan di abad ke-10.

Beragam cerita asal mula sambal di Indonesia

Proses pembuatan sambal dengan menggunakan cobek batu. © Bukalapak.com
info gambar

Ada dua versi cerita yang berbeda tentang kapan dan bagaimana akhirnya sambal ada di Indonesia. Sambal sudah disebutkan dalam Serat Centhini yang dibuat pada tahun 1814 yang merupakan manuskrip berisi pengetahuan kebudayaan, makanan hingga minuman tradisional Jawa. Ada 46 jenis sambal yang disebutkan dalam manuskrip tersebut seperti sambal kluwak, sambal gocek, sambal trancam dan beberapa lainnya.

Namun ada pula cerita versi lain mengenai asal mula sambal di Indonesia. Konon, pada masa penjajahan Portugis cabai masih belum diolah dan dikonsumsi sebagai sambal. Pada masa penjajahan Belanda baru lah sambal diciptakan oleh salah satu seorang pelayan VOC yang tidak diketahui namanya. Pada masa VOC, para pelayan berlomba-lomba menyajikan kuliner yang bisa menggugah selera untuk merebut hati majikan.

Dengan niat tersebut seorang pelayan kemudian menghancurkan cabai yang kemudian ditambah garam sebagai rasa tambahan. Pelayan tersebut lalu menyajikan cabai yang telah dihancurkan nya dan secara mengejutkan makanan tersebut ternyata disukai karena bisa membuat mata sang majikan terbelalak akibat rasa pedas. Efek pedas tersebut juga membuat ketagihan dan nafsu makan semakin bertambah.

Beberapa jenis sambal © Twitter/iradiojogja
info gambar

Setelah kejadian tersebut sambal perlahan menjadi populer dan menjadi kuliner mahal yang di konsumsi oleh pemerintah VOC. Orang Eropa yang kala itu mengunjungi Indonesia pun antusias mencicipi sambal. Pada zaman VOC, pembantu pribumi yang bisa membuat sambal enak memiliki nilai yang lebih tinggi.

Salah satu ahli kuliner di masa kolonial, Catenius van der Meijden turut membuat sambal populer. Wanita Belanda yang dibantu pelayannya itu sangat ahli dalam membuat sambal. Catenius mengusai banyak jenis sambal dan membuat buku resep masakan dari semua resep masakannnya.

Resep sambal yang terkenal dari kreasi Catenius adalah sambel oeloek (ulek) dan sambal telur. Tak hanya menulis resep masakan, pada abad ke-20 Catenius ven der Meijden juga menulis buku-buku panduan rumah tangga yang ditujukan untuk para wanita Belanda yang tinggal di kawasan Hindia Belanda.

Bagaimana kawan, kamu lebih setuju dengan versi yang mana?

Sumber: Alinea.id | Agrotani.com | Pergikuliner.com | Nationalgeographic.grid.id | Brilio.net

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

CY
YF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini