PPIDK Amerop Adakan Webinar ke-2 "Mayari ke Timur" dalam Pengabdian untuk Papua

PPIDK Amerop Adakan Webinar ke-2 "Mayari ke Timur" dalam Pengabdian untuk Papua
info gambar utama

Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kawasan Amerika-Eropa melalui Departemen Kontribusi Untuk Negeri, PMP Jerman, IMAPA Rusia, bekerja sama dengan UNAIM Wamena mengadakan program webinar Mayari ke Timur Forum Sabtu (29/12). Dengan tajuk “Optimisme Masa Depan Papua dalam Genggaman Generasi Millenial Papua.” Dengan narasumber Septinus George Saa (Papuan Scientist & Pemenang lomba “First Step to Nobel Prize in Physic” di Polandia 2004), Patricia Mokay, S.IP., MA. (Spokesperson PT. Kakao Kita Papua, Presiden Direktur Papua Foundation, & Ketua Bidang Politik, Hukum, Kebijakan & Advokasi GMI (Gerakan Millenial Papua) Provinsi Papua), dan Michael Jakarimilena (Penyanyi, Aktor, & Finalis Indonesian Idol Season 1).

George Saa anak muda Papua yang pernah mengharumkan nama Indonesia dengan mendapatkan penghargaan kelas dunia “First Step to Nobel Prize in Physic” di Polandia 2004 hadir memberikan semangat dan motivasi kepada anak-anak muda Papua untuk mengambil peran dan bekerja dengan hati dalam memajukan Papua. Millenial Papua harus mampu menjadi agen perubahan dan memimpin perubahan kemajuan di Papua dengan mempertahankan identitas adat dan budaya Papua. Orang papua itu sangat menghargai pendidikan dan peradaban kemajuan, tapi mereka bingung karena tidak adanya figur yang dapat dijadikan contoh bagaimana cara beradaptasi dengan kemajuan itu, ucap George Saa.

Diantara berbagai masalah yang ada di Papua, sektor ekonomi Papua juga mengalami penurunan sebesar -15,72% pada tahun 2019. Hal ini terjadi karena ekonomi Papua hanya bertumpu pada ekonomi skala besar seperti pertambangan saja. Patricia Mokay dalam pemaparannya menyampaikan bahwa Papua harus bisa produksi semua kebutuhannya sendiri, karena selama ini hampir semua kebutuhan di Papua di impor dari luar Papua. Perlu adanya kegiatan ekonomi yang berbasis masyarakat agar dapat menggerakan perekonomian masyarakat Papua di pedesaan hingga pedalaman. Millenial Papua harus hadir di tengah masyarakat dengan membawa teknologi dan kemudahan akses informasi agar dapat mempromosikan potensi ekonomi yang terdapat di semua wilayah Papua. Hal ini yang sudah dan sedang kami lakukan dengan PT.Kakao Kita Papua dimana kami millenial Papua melakukan pemberdayaan petani kakao di wilayah Genyem dari pengolahan hingga pemasaran produk kakao, tambah Patricia Mokay yang juga Presiden Direktur dari Papua Foundation.

Sejalan dengan George Saa, Michael Jakarimilena jebolan Indonesian Idol Season 1 menyampaikan millenial Papua harus berani unjuk diri ke depan, jangan malu-malu dan merasa rendah diri. Kita sebagai millenial Papua harus menjadi figur untuk generasi Papua berikutnya. Millenial Papua harus tumbuh dalam kreativitas dan berkarya yang positif, itu adalah salah satu cara kita untuk mengenalkan Papua ke seluruh dunia. Melihat stigma negatif yang selama ini terjadi terhadap Papua, Michael mengajak millenial Papua harus bangga dengan jatidiri adat budaya Papua. Bayangkan 20-30 tahun ke depan, kita harus menjadi figur bagi adik-adik generasi Papua berikutnya dengan karya-karya yang mendunia, tambahnya.

Dengan banyaknya permasalahan di Papua kita jangan selalu menunggu bantuan dari pemerintah. Gerakan kolaborasi millenial Papua sangat dibutuhkan untuk mempercepat pembangunan Papua. Kekayaan terbesar Papua bukanlah emas dan juga tembaga, tapi kita anak muda atau millenial Papua. Anak-anak muda hebat mutiara hitam dari Papua generasi masa depan Papua, ucap Michael. Hal yang sama juga disampaikan George Saa yang saat ini menjadi General Manager PT. Mpaigelah, salah satu perusahaan besar di Papua, saya sebagai anak Papua mampu memimpin perusahaan besar dengan karyawan mencapai 800 orang lebih. Kita millenial Papua punya kemampuan itu, jadi jangan rendah diri dan terus belajar.

Guna mewujudkan Papua yang berkemajuan, seluruh narasumber sepakat bahwa kita harus melihat Papua secara holistik jangan hanya melalui angka-angka saja dan jangan terlalu kaku melihat relita di Papua. Pada kesempatan terakhir George Saa mengajak diaspora Papua khususnya millenial Papua untuk terus membangun Papua dari luar, karena membangun Papua tidak harus berada di Papua, ucapnya. Sejalan dengan itu, sebagai penutup Patricia Mokay juga mengajak millenial Papua dan millenial Indonesia untuk berkolaborasi membawa perubahan Papua di masa depan.

Kegiatan webinar yang dilakukan secara daring melalui zoom meeting dan channel Youtube PPI TV dengan jumlah peserta terdaftar sebanyak 302 peserta ini menarik minat masyarakat, baik dari kalangan mahasiswa, akademisi, praktisi, pelaku pendidikan, dan masyarakat umum yang ingin mengetahui kondisi Papua terkini dan peran generasi millenial Papua dalam pembangunan Papua. Webinar kali ini menjadi menarik ketika diikuti karena menghadirkan narasumber dari lintas sektor seperti pendidikan, ekonomi, dan budaya. Selengkapnya dapat disaksikan kembali di channel youtube PPI TV https://www.youtube.com/watch?v=KPhsbsfjzhY&t=11s

Pada akhir webinar Reza Dani Rumbiak selaku penanggung jawab Departemen Kontribusi Untuk Negeri (KUN) berharap kegiatan ini dapat membuka wawasan kita semua terkait peran-peran millenial Papua yang sudah dan sedang dilakukan. Hal ini perlu untuk terus dinarasikan agar anak-anak muda Papua ini terus semangat dalam membangun Papua. Kedepan kita generasi muda Papua perlu menyatukan visi bersama untuk membuat grand design lintas sektor yang bisa menciptakan lompatan quantum bagi masyarakat Papua, sehingga anak-anak Papua mampu bersaing dan memajukan Papua di masa depan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini