Selama Pandemi, Minat Baca di Indonesia Lebih Unggul Dibanding Amerika Serikat

Selama Pandemi, Minat Baca di Indonesia Lebih Unggul Dibanding Amerika Serikat
info gambar utama

Indonesia pernah dihadapkan dengan keadaan yang sangat ironi tentang minat baca. Hal ini pernah dibuktikan melalui berbagai penelitian internasional seperti penelitian Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) pada tahun 2015 silam.

Setahun kemudian ada pula hasil survei bertajuk World’s Most Literate Nations produk dari Central Connecticut State University (CCSU).

Dari hasil penelitian PISA tersebut diungkapkan bahwa tingkat literasi di Indonesia hanya mampu berada pada posisi rangking 62 dari 70 negara. Sedangkan survei dari CCSU yang dirilis pada Maret 2016 silam itu menempatkan posisi Indonesia di urutan 60 dari 61 negara.

Beberapa pemerhati di Indonesia melihat bahwa hal ini tidak sepenuhnya salah anak-anak maupun masyarakat Indonesia yang tidak suka membaca. Melainkan kala itu Indonesia punya permasalahan soal akses terhadap buku yang tidak menjangkau wilayah yang luas.

Di tengah upaya untuk memperbaiki akses yang akan mendorong semangat literasi Indonesia, kabar baik datang di tengah pandemi. Dalam hasil survei The Digital Reader 2020, minat baca Indonesia diketahui meningkat bahkan mampu mengungguli Amerika Serikat.

Minat Baca Orang di Dunia Meningkat

Minat Baca di Tengah Pandemi
info gambar

Untuk diketahui, The Digital Reader adalah portal internasional yang kerap mendokumentasikan revolusi digital dan kebangkitan pembaca di seluruh dunia. Pada tahun 2020, The Digital Reader mengeluarkan laporan berupa hasil survei mereka yang membahas soal minat baca di tengah pandemi Covid-19.

Dari hasil laporan tersebut, tidak hanya penggunaan layanan menonton film berbayar yang meningkat, namun minat membaca juga meningkat. Hal ini sejalan dengan tingginya minat masyarakat untuk menghabiskan waktu mempelajari keterampilan baru.

Dan buku menjadi salah satu fasilitas yang paling banyak dimanfaatkan mereka untuk mendalami keterampilan baru tersebut. Meski masih memperlihatkan adanya penurunan penjualan buku fisik, namun peningkatan minat baca orang di dunia mencapai 35 persen.

Dari seluruh genre buku, hasil survei The Digital Reader menemukan bahwa buku fiksi dengan genre romansa menjadi buku yang paling banyak dibaca.

Diketahui India menempati posisi urutan pertama dengan masyarakat yang memiliki minat baca paling tinggi. Selama pandemi, masyarakat India menghabiskan waktu untuk membaca buku sebanyak 10 jam 42 menit per minggu.

Kemudian disusul oleh Thailand yang menghabiskan rata-rata membaca buku sebanyak 9 jam 24 menit per minggu. Dan diikuti oleh China dengan rata-rata 8 jam per minggu.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Minat Baca Indonesia Tidak Jauh Berbeda dengan Australia

Minat Baca Orang Indonesia
info gambar

Dari hasil survei The Digital Reader, diketahui bahwa rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan waktu 6 jam per minggu untuk membaca buku, atau dalam artian Indonesia menduduki peringkat ke 16 dunia. Jumlah tersebut hanya sedikit di bawah posisi Australia yang berada di posisi 15 yang menghabiskan waktu 6 jam 18 menit per minggu untuk membaca buku.

Posisi Indonesia juga ternyata lebih unggul dari Argentina yang menghabiskan waktu 5 jm 54 menit per minggu untuk membaca buku, lalu Turki (5 jam 48 menit), Spanyol (5 jam 48 menit), Kanada (5 jam 48 menit), Jerman (5 jam 42 menit), dan Amerika Serikat (5 jam 42 menit).

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, menanggapi hasil survei tersebut, terutama terkait minat baca masyarakat Indonesia di tengah pandemi. Pernyataan yang dikutip dari Republika.co.id, Syarif mengatakan bahwa minat baca tersebut dikarenakan sejumlah upaya yang dilakukan Perpusnas dan berbagai lapisan masyarakat untuk pemerataan sumber literasi.

Layanan iPusnas Dukung Peningkatan Minat Baca di Indonesia

iPusnas
info gambar

Meskipun, diakui Syarif, bahwa ketersediaan bahan bacaan di daerah, terutama daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) Indonesia masih terbatas. Namun upaya tersebut juga sejalan dengan pengembangan Perpusnas yang kini memiliki layanan melalui aplikasi, yaitu iPusnas.

Diketahui bahwa perpustakaan nasional telah menyiapkan 52.859 judul buku digital dan 635.377 jumlah salinan pada aplikasi iPusnas. Saat pandemi dan puncak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilakukan pada April lalu, jumlah pengunduh iPusnas diketahui melonjak tiga kali lipat mencapai 42.645 kali unduhan.

Data statistik Perpusnas juga memperlihatkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia juga meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017, persentase minat baca di Indonesia mencapai 36,48 persen. Persentase tersebut meningkat signifikan pada tahun 2018 yang mencapai 52,92 persen. Lalu pada tahun 2019 juga masih menunjukkan peningkatan, meski tipis, yaitu di 53,84 persen.

Dari hasil kajian terakhir tahun 2019, Provinsi DI Yogyakarta merupakan daerah dengan minat baca paling tinggi dengan nilai 63,02 persen. Sedangkan yang terendah ada di Maluku Utara dengan nilai 45,52 persen.

Lalu berkaitan dengan pilihan topik bacaan yang banyak menjadi rujukan oleh masyarakat, buku bacaan sastra menjadi topik paling favorit, diikuti oleh topi agama dan seni-olahraga. Topik sastra memperoleh nilai 58 persen, sedangkan topik agama dan seni-olahraga memperoleh nilai 29 persen.

Kalau Kawan GNFI paling suka buku apa?

--

Sumber: The Digital Reader | Republika.co.id | Koran.Tempo.co | Detik.com | Data.Tempo.co | Antaranews.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini