Bertaburan Investor, Indonesia Akan Jadi Pusat Pabrik Mobil Listrik Dunia

Bertaburan Investor, Indonesia Akan Jadi Pusat Pabrik Mobil Listrik Dunia
info gambar utama

Mengawali tahun 2021, nampaknya Indonesia akan semakin digandrungi perusahaan-perusahaan besar dunia dengan menanamkan modal di negeri ini. Salah satu yang paling sering disoroti kali ini adalah soal pabrik baterai untuk mobil listrik dari para perusahaan besar dunia ‘’pencipta’’ mobil listrik.

Salah satu bagian yang paling penting dari electric vehicle (EV) adalah bahan bakunya, yaitu nikel. Bahan baku tersebut sudah ada di Indonesia. Bahkan jumlahnya melimpah dan pernah diakui oleh Elon Musk, pemilik Tesla, hingga dia pernah memuji bahwa nikel Indonesia merupakan yang terbaik di dunia.

GNFI pernah mewartakan sebelumnya bahwa dari beberapa yang mengincar Indonesia, beberapa perusahaan sudah melakukan teken kontrak baik itu Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) maupun komitmen investasi. Seperti LG Energy Solution, anak usaha LG Chem, Korea Selatan, menjadi perusahaan pertama yang telah melakukan penandatanganan MoU dengan pemerintah.

Hal itu terjadi pada 18 Desember 2020 lalu. Dikutip Korea Times, usaha patungan yang juga dilakukan antara LG Energy Solution dan Hyundai Motor sebagai pabrik kendaraan mobil listrik itu akan menanamkan modalnya hingga 10 triliun won atau setara dengan Rp 130 triliun.

Selain LG Energy Solution, China Contemorary Amperex Technology (CATL) juga sudah menandatangani komitmen investasi senilai 4,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp67,8 triliun untuk pengembangan komponen baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Selanjutnya, Indonesia juga sedang menanti kedatangan tim khusus Elon Musk yang akan datang ke negeri ini. Kabarnya, pada Januari 2021, mereka akan berkunjung sebagai upaya lanjutan terkait investasi pabrik baterai mobil listrik di Indonesia.

Hal ini terjadi setelah Presiden Joko Widodo dan Elon Musk melakukan pembicaraan lewat telepon pada 11 Desember 2020 lalu.

Selengkapnya: LG Sudah Teken MoU, China Sudah Berkomitmen, Tesla Berpotensi ''Ditikung'' Thailand

Sambil menanti pemain besar tersebut datang, rupanya pabrikan mobil asal Jepang dan Korea Selatan lainnya juga telah mengonfirmasi akan menanamkan nilai investasinya di Indonesia terkait perangkat mobil listrik. Mereka adalah Toyota dan Hyundai.

Puluhan Triliun Rupiah Akan Ditanamkan di Indonesia

Investasi Pabrik Baterai di Indonesia
info gambar

Tak hanya akan melanjutkan untuk investasi pabrikan mobil biasa, Toyota dan Hyundai juga akan berkomitmen untuk mengembangkan mobil listrik di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, nilainnya mencapai puluhan triliun rupiah.

‘’Beberapa waktu lalu saya sudah melakukan pertemuan-pertemuan dengan pihak Toyota dari Jepang di mana pihak Toyota sudah berkomitmen kepada saya, Kementerian Perindustrian, bahwa mereka akan mulai melakukan investasi sampai tiga tahun ke depan sebesar Rp28 triliun,’’ ungkap Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang, dikutip CNBCIndonesia.com, dalam konferensi pers akhir tahun 2020 dan Outlook Industri 2021 (28/12/2020).

Lebih lanjut Agus mengungkap bahwa akan ada beberapa merek di bawah Toyota Group yang akan ada di Indonesia, yakni Toyota, Daihatsu, dan Hino. Nantinya Toyota Group itu akan membangun produk-produk hybrid, plug in hybrid, dan semua komponen untuk membangun satu jenis full electric vehicle yang direncanakan akan diproduksi pada 2023 mendatang.

Upaya ini menjadi ketegasan komitmen Toyota yang pada tahun 2021 ini menjadi tahun ke-50 perusahaan industri otomotif itu beroperasi di Indonesia.

‘’Toyota berkomitmen penuh untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam mengurangi emisi dan mengurangi impor minyak bagi kendaraan bermotor. Setidaknya, dalam lima tahun ke depan, Toyota sudah menyiapkan 10 jenis kendaraan listrik bagi konsumen Indonesia,’’ ungkap delegasi Toyota, Asia Region CEO Toyota Motor Corporation, Yoichi Miyazaki, dalam pernyataan resmi Kemenko Perekonomian (8/12/2020).

Selain itu, Hyundai dari Korea Selatan juga dikonfirmasi sudah berkomitmen untuk menanamkan modalnya sebesar Rp21,8 triliun. Pendanaan itu nantinya akan terbagi menjadi dua periode yakni tahun 2020-2021 dan 2021-2022.

Bahkan kabar terbaru yang dikabarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), perusahaan asal Korea Selatan ini akan membuat pabrik pertama di dunia karena produksinya dari hulu sampai hilir yang dibangun di Indonesia. Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, mengungkap total nilai investasinya bisa setara Rp142 triliun.

Angka Investasi Terbesar Sepanjang Sejarah, Indonesia Jadi Raja Baterai Mobil Listrik

Mobil Listrik Indonesia
info gambar

‘’Ini angka [Rp142 triliun] luar biasa. Catatan BKPM belum ada investasi di masa pascareformasi yang sebesar ini. Di mana di era pandemi, hampir sedikit negara punya peluang seperti ini,’’ ungkap Bahlil dikutip CNBCIndonesia.com.

Kabar terbaru tersebut memang akan menjadi Indonesia sebagai negara dengan pusat industry sel baterai kendaraan listrik terintegrasi pertama di dunia. Seperti yang disebutkan sebelumnya, bersama perusahaan Korea Selatan—LG Energy Solution dan Hyundai—pabrik baterai listri ini akan digarap mulai dari pertambangan, smelter (peleburan), refining (pemurnian), industry precursor, hingga katoda.

Diperkirakan pada tahun 2040 terdapat 49 juta unit kendaraan listri EV yang akan dihasilkan. Jumlah tersebut baru akan memenuhi sekitar 50 persen dari total permintaan otomotif dunia. Beberapa pabrikan besar juga sudah mulai mengalihkan lini produksi kendaraan konvensionalnya menjadi kendaraan listrik. Mulai dari 20 hingga 50 persen dari total produksinya.

Meski begitu, sebagian baterai yang dihasilkan dari megaproyek ini akan disuplai ke pabrik mobil listrik pertama di Indonesia yang sudah lebih dahulu ada. Akan lebih baik jika para pemegang kebijakan maupun pemerintah pun memprioritaskan mobil listrik asli Indonesia.

Kawan GNFI masih ingat Selo?

Faktor lain yang menjadikan Indonesia bisa menjadi Raja Baterai Listrik ini karena dampak dari kebijakan pemerintah Indonesia lewat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Mulai 1 Januari 2020, Kementerian ESDM memang sudah melarang ekspor nikelnya.

Awalnya, salah satu alasannya adalah nikel dengan kadar rendah sudah bisa diolah di dalam negeri. Kala itu pemerintah juga sudah memperkirakan bahwa pengolangan nikel dalam negeri sudah dapat digunakan untuk bahan baku komponen mobil listrik di Indonesia.

Pelarangan inilah yang pada akhirnya menguntungkan Indonesia karena para pemain-pemain besar kendaraan listrik sangat membutuhkan bahan baku nikel untuk komponen baterainya. Hingga pada akhirnya mereka berbondong-bondong datang dan menanamkan investasinya di Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini