Sengitnya Perebutan Takhta Penguasa E-Commerce di Tanah Air

Sengitnya Perebutan Takhta Penguasa E-Commerce di Tanah Air
info gambar utama

Perilaku berbelanja online sudah menjadi kebiasaan banyak orang, terutama di tengah kondisi pandemi saat ini. Apalagi Indonesia merupakan pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara. Menurut data Wearesocial dan Hootsuite, sekitar 90% pengguna internet di Indonesia pernah berbelanja online.

Pada tahun 2019, nilai kapitalisasi pasar e-commerce di indonesia mencapai USD21 miliar atau sekitar Rp294 triliun. Berdasarkan laporan McKinsey, industri e-commerce di indonesia diprediksi akan mencapai nilai USD40 miliar pada tahun 2022.

Salah satu faktor terbesarnya adalah pertumbuhan kelas menengah di Indonesia yang cukup pesat, yakni sebesar 21% dari total populasi atau sebanyak 57,3 juta orang pada tahun 2019. Hal ini juga terlihat dengan meningkatnya jumlah pengeluaran masyarakat untuk belanja barang konsumen secara online sebesar 23% pada tahun 2018 dibanding dengan tahun 2017.

Selain dari meningkatnya kelas menengah, faktor lain yang juga mendorong perkembangan e-commerce adalah tingkat penetrasi internet dan pengguna perangkat mobile yang terus meningkat, memungkinkan lebih banyak orang untuk mengakses berbagai platform belanja online, mulai dari website toko online, aplikasi marketplace, media sosial, dan banyak lagi.

Ditambah lagi, banyak investor asing yang tertarik untuk berinvestasi di perusahaan teknologi e-commerce. Tokopedia misalnya, menerima investasi senilai USD1,1 miliar dari Alibaba pada tahun 2017 yang akhirnya membuat Tokopedia menjadi raksasa e-commerce.

Sebagai pasar e-commerce terebsar di Asia Tenggara, maka tak heran jika Indonesia dibanjiri oleh sederet perusahaan e-commerce yang terus melakukan inovasi guna menguasai pasar.

Baca juga: Kalahkan Zurich, Jakarta Tempus Peringkat ke-2 dalam "Emerging Startup Ecosystem"

Penguasa e-commerce di Tanah Air

Peta e-commerce Indonesia ini mengurutkan beberapa pemain besar yang berlomba-lomba memikat pengguna internet berkunjung ke situs web dan akun-akun media sosialnya.

Seperti kita tahu, beberapa tahun belakangan ini Indonesia dibanjiri oleh pelaku-pelaku e-commerce yang terus menerus melakukan inovasi dan mulai tampak siapa yang unggul di papan atas. Tentu, seperti hal lain di ranah digital, data ini bersifat dinamis dan sangat mungkin berubah di masa depan.

Data yang dikumpulkan oleh iPrice, situs agregator belanja daring, memperlihatkan bahwa pada kurun 2017-2020, Lazada, Tokopedia, Bukalapak dan Shopee bersaing sengit dalam memperebutkan pengunjung web bulanan dan popularitas di media sosial.

Periode 2017-2018, Lazada sempat menjadi penguasa dengan rata-rata kunjungan di atas 50 juta per kuartal. Puncaknya pada Kuartal 1 2018 kunjungan web Lazada mencapai 131.848.000, tertinggi di Indonesia.

Seiring dengan inovasi yang dilakukan pesaingnya, jumlah kunjungan Lazada pun kian surut, menurun sangat tajam. Hingga pada Kuartal 4 2018 angkanya hanya 36.405.200 kunjungan, terpangkas sekitar 90 juta.

Takhta penguasa pun akhirnya direbut Tokopedia, kurun waktu Q2 2018-Q4 2019 aplikasi besutan William Tanoewidjadja ini konsisten berada di peringkat pertama. Jumlah kunjungannya selalu di atas 100 juta, namun pada Q4 2019 angkanya menurun menjadi 65.953.400.

Baca juga: 5 Raksasa Startup Indonesia, Nomor 1 Berstatus Decacorn

10 e-commerce dengan kunjungan web terbanyak di Indonesia Q3 2020 © GNFI
info gambar

Penurunan kunjungan Tokopedia disebabkan oleh para pelanggan yang mulai melirik Shopee. Setelah melakukan promosi besar-besaran, untuk pertama kalinya Shopee berhasil menembus peringkat pertama.

Tercatat dari Kuartal 4 2019 hingga Kuartal 3 2020, jumlah kunjungan Shopee terus mengalami peningkatan. Dari 55,9 juta pada Q 2019 menjadi 96,5 juta pada Q3 2020. Peningkatan jumlah kunjungan yang cukup signifikan membuat Shopee meroket ke peringkat 1.

Dibanding aplikasi lain, Shopee menjadi yang paling getol dalam memberikan promo gratis ongkir dan cashback. Hampir setiap transaksi selalu ada penawaran cashback. Gratis ongkirnya pun menjangkau ke seluruh wilayah Indonesia.

Adanya opsi pembayaran melalui fitur Shopee Pay Later membuat costumer semakin betah. Limit yang ditawarkan juga tidak tanggung-tanggung, Rp5-10 juta. Besarnya limit membuat fitur ini tak ubahnya aplikasi kartu kredit instan.

Layanan aplikasi yang dinilai ramah terhadap costumer, membuat "si oren" kini menjadi penguasa e-commerce di tanah air.

Adanya rumor merger antara Tokopedia dan Gojek semakin membuat peta persaingan lebih sengit. Apabila merger terjadi, kekuatan Tokopedia diprediksi meningkat drastis dan akan menjadi ancaman serius bagi kekuasaan Shopee.

Bagi kawan GNFI yang penasaran dengan perkembangan e-commerce di tanah air, berikut kami sajikan link dan Video Motion Chart Grafik Perkembangan Kunjungan E-Commerce di Indonesia periode 2017-2020.

Instagram GNFI

GoodStats Playlist (Youtube) GNFI

==

Sumber Referensi:

Iprice | Sirclo

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Iip M. Aditiya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Iip M. Aditiya.

Terima kasih telah membaca sampai di sini