Pada 1915, fisikawan muda Albert Einstein lewat teori relativitas umumnya mengemukakan gagasan bahwa gravitasi bisa melengkungkan ruang dan waktu. Ia berpendapat bahwa efek ini bisa terlihat dengan objek yang cukup besar seperti Matahari.
Dari teori itu, Einstein berpendapat posisi bintang-bintang yang jauh di sana bisa jadi sedikit bergeser ketika cahaya mereka melintas dekat matahari.
Pembuktian terhadap teori itu berusaha diterapkan saat gerhana matahari muncul, salah satunya ketika fenomena alam itu terjadi di Indonesia (saat itu Hindia Belanda) pada 1926.
Terjadi pada 14 januari 1926, gerhana matahari total bisa dilihat di sebagian wilayah di Indonesia, di antaranya di Bengkulu, Palembang, Bangka Belitung dan Kalimantan Barat.
Pulau Sumatra pun saat itu menjadi destinasi peneliti/astronom dari mancanegara untuk mengamati fenomena langka tersebut sekaligus menguji teori Einstein.
Sekiranya ada sebanyak 50 astronom internasional yang terdiri dari enam grup yang melakukan ekspedisi ke Bengkulu, Sumatra, untuk melakukan pengamatan.
Dibantu warga pribumi setempat, para astronom memasang sejumlah alat salah satunya teleskop raksasa di sebuah tanah lapang.
Dari sekian banyak tempat, peneliti menganggap pengamatan gerhana matahari total sukses di daerah Bengkulu.
Hal itu disebabkan cuaca cerah tidak berawan sehingga penampakan gerhana matahari bisa dilihat lebih lama.
Hasil pengamatan dari para peneliti beragam, salah satunya menyebut penampakan gerhana di Bengkulu berlangsung 3 menit 22 detik sementara di Palembang sekitar 10 detik saja karena terhalau awan mendung.
Saat itu, Profesor John Miller yang merupakan ketua ekspedisi dari Swarthmore College mengungkapkan teori dari Einstein masih butuh pembuktian.
''Jika bintang-bintang terbukti tampak di tempat lain di cakrawala daripada yang ditunjukkan dalam foto-foto bulan Januari, kebenaran teori Einstein tidak akan dibuktikan secara pasti, tetapi itu nantinya bisa diverifikasi lebih lanjut," kata Miller dikutip GNFI dari Jta.org.
Bukan sekali saja Sumatra didatangi peneliti gerhana. Tiga tahun berikutnya para peneliti kembali datang untuk pengamatan di daerah Aceh.
---
Referensi: Oregoneclipse2017.com | De Tijd | De Maasbode | The Examiner | Nature
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News