Mengapa WhatsApp Tunda Pembagian Data ke Facebook?

Mengapa WhatsApp Tunda Pembagian Data ke Facebook?
info gambar utama

Kawan GNFI, beberapa pekan belakangan memang ramai diberitakan soal kebijakan baru dari platform obrol WhatsApp (WA) yang bakal membagikan data penggunanya ke Facebook. Tapi apa lacur, justru pengguna WhatsApp meradang dengan kebijakan ''wajib'' tersebut.

Pembaruan tersebut difokuskan pada kemungkinan pengguna untuk mengirim pesan dengan fitur bisnis, dan pembaruan tersebut tidak memengaruhi percakapan pribadi, yang akan terus dilindungi enkripsi ujung ke ujung atau end-to-end encryption.

Dampak dari kebijakan sepihak WhatsApp tersebut, beberapa platfom obrol seperti Telegram dan Signal melesat jumlah pengunduhnya. Kira-kira demikian BBC Indonesia mengabarkan (13/1/2021).

Melihat dampaknya yang cukup signifikan, akhirnya WhatsApp menunda pembaruan yang bertujuan meningkatkan transaksi bisnis di platform tersebut, setelah munculnya kekhawatiran dari pengguna atas kebijakan privasi.

Menurut laporan Reuters (15/1), WhatsApp akan menunda peluncuran kebijakan baru hingga Mei 2021, yang artinya ini mundur 3 bulan dari rencana sebelumnya (Februari 2021).

''Kami mendengar dari banyak orang tentang banyaknya kebingungan terkait update terbaru kami. Ada banyak misinformasi yang menyebabkan kecemasan dan kami ingin membantu setiap orang memahami prinsip kami dan faktanya,'' tulis WhatsApp di blognya.

Kebijakan yang membingungkan

Kebijakan privasi baru WhatsApp memang dianggap membingungkan bagi sebagian orang. ''Setelah membaca kebijakan privasi (WhatsApp), saya menganggapnya sangat membingungkan dan sulit diikuti,'' kata bos Signal, Brian Acton, yang juga merupakan pendiri WhatsApp.

Jika kawan GNFI memerhatikan, ada 3 poin utama yang dibawa update WhatsApp ini, yakni bagaimana WhatsApp memproses data, bagaimana bisnis bisa menggunakan layanan hosting Facebook untuk menyimpan dan mengelola chat WhatsApp, dan bagaimana data dihubungkan dengan produk Facebook lainnya.

Update ini memang tidak memengaruhi percakapan pribadi di luar konteks bisnis. Semua percakapan pengguna masih dilindungi enkripsi end-to-end, sehingga tidak bisa diintip oleh WhatsApp dan Facebook. Tapi tetap saja kawan, jika membicarakan soal transfer data, para pengguna tentunya cukup sensitif dan cendering ''parno'' dengan isu tersebut.

''Menanggapi berita dan pertanyaan-pertanyaan yang timbul belakangan ini, WhatsApp ingin menegaskan, kebijakan privasi kami yang baru tidak mempengaruhi chat atau percakapan antar akun maupun grup pribadi para pengguna kami,'' jelas WhatsApp.

Soal pengumpulan datanya, WhatsApp memang akan mengumpulkan beberapa data tentang perangkat yang digunakan, seperti level baterai, kekuatan sinyal, versi aplikasi, informasi browser, jaringan mobile, informasi koneksi (termasuk nomor telepon, operator atau ISP), bahasa dan zona waktu, sampai alamat IP (IP address).

Akuisisi WhatsApp, Facebook belum menghasilkan

Sebenarnya, ini merupakan dampak dari Facebook telah meluncurkan fitur bisnis di WhatsApp selama satu tahun terakhir untuk meningkatkan pendapatan dari unit yang yang tumbuh lebih tinggi, sambil membentuk infrastruktur eCommerce di seluruh platform Facebook.

Seperti diketahui, Facebook mengakuisisi WhatsApp seharga 19 miliar dolar AS pada 2014, namun ternyata lambat dalam menghasilkan uang.

Pada Oktober 2020, WhatsApp mengatakan akan mulai menawarkan pembelian dalam aplikasi melalui Facebook Shops dan akan menawarkan pelanggan perusahaan yang menggunakan alat perpesanan layanan tersebut kemampuan untuk menyimpan pesan-pesan itu di server Facebook.

Pada saat itu WhatsApp mengatakan obrolan dengan bisnis menggunakan layanan hosting baru tidak akan dilindungi oleh enkripsi.

So, gimana menurut kawan GNFI? kira-kira apakah WhatsApp masih ideal digunakan untuk percakapan yang bersifat rahasia?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mustafa Iman lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mustafa Iman.

Terima kasih telah membaca sampai di sini