Telusuri 5 Fakta Unik Tradisi Bajapuik dalam Pernikahan Adat Minang Pariaman

Telusuri 5 Fakta Unik Tradisi Bajapuik dalam Pernikahan Adat Minang Pariaman
info gambar utama

Penulis: Rifdah Khalisha

Masyarakat Sumatera Barat masih memegang teguh aturan dan tata cara adat Minang dalam kehidupan sehari-hari. Warisan anduang puyang atau nenek moyang ini akan terus diterapkan secara turun-temurun kepada anak dan cucu. Harapannya, adat ini tetap lestari dan tidak luntur tergerus zaman.

Termasuk bajapuik, tradisi pernikahan adat Minang yang hanya ada di daerah Padang Pariaman. Masyarakat di daerah ini memandang bajapuik sebagai suatu kewajiban untuk keluarga pihak perempuan untuk ‘menjemput’ pihak lelaki dengan uang japuik sebelum melangsungkan akad nikah.

Kawan dapat menilik tradisi tersebut lebih dalam melalui rangkuman 5 fakta unik tradisi Bajapuik berikut.

1. Tradisi ‘Menjemput’ Lelaki, Bukan ‘Membeli’ Lelaki

Mempelai lelaki dalam pernikahan adat Minang © Thebridedept.com
info gambar

Sebagaimana diketahui, masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal, yakni alur garis keturunan berasal dari pihak ibu, memuliakan ibu dan wanita sebagai sumber kehidupan. Anak perempuan akan menerima seluruh harta warisan, baik tanah, rumah gadang, dan lainnya. Sementara anak lelaki tidak mempunyai hak atas harta warisan

Bahkan, seorang lelaki yang telah menikah akan menjalani peran sebagai urang sumando. Urang sumando berarti sang suami akan bermukim secara menumpang seperti tamu di rumah istrinya. Meski dalam adat Minang posisi ini bak abu di ateh tunggua atau posisinya lemah, tetapi keluarga istri dan sang istri tetap sangat menghormatinya.

Oleh karena itu, pihak perempuan bersama keluarganya akan menjemput pihak lelaki. Saat momen penjemputan, keluarga perempuan harus berbesar hati menyerahkan sejumlah harta uang japuik kepada pihak lelaki. Kebanyakan mengira bahwa uang japuik untuk ‘membeli’ tetapi sebenarnya lebih tepat disebut ‘menjemput’ lelaki.

2. Terinspirasi Kisah Rasulullah SAW dan Siti Khadijah

Mempelai perempuan Minang © Instagram.com/nuri_nurhasanah_mua
info gambar

Kabarnya, tradisi bajapuik bermula saat Pariaman menjadi daerah pertama di Sumatera Barat yang menerima kehadiran ajaran agama Islam. Maka tak heran bila adat Minangkabau banyak bersumber dari kitab Al-Qur’an. Pepatah Minang bertutur, adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah yang berarti seluruh adat Minang bersendikan syariat Islam.

Jadi, tradisi masyarakat Pariaman ini terinspirasi dari kisah pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti Khadijah. Saat itu, Khadijah memberikan sejumlah hartanya kepada Rasulullah untuk menghormati dan mengangkat derajat beliau.

3. Makna Memuliakan dan Meninggikan Derajat Mempelai Lelaki

Mempelai pernikahan adat Minang © Bridestory.com
info gambar

Selama ini, ada sedikit kesalahpahaman akan tradisi bajapuik karena sebutan ‘membeli’ lelaki. Padahal, tradisi ini tidak ada maksud merendahkan atau membeli seseorang. Justru, uang japuik telah menjadi budaya masyarakat Pariaman dalam memuliakan atau meninggikan derajat mempelai lelaki.

Tradisi ini menyimpan makna mendalam, pihak perempuan menghargai keluarga pihak lelaki yang telah melahirkan, merawat, dan mendidik sang lelaki karena sebentar lagi ia akan menikah dan meninggalkan rumah. Pasalnya, seorang lelaki biasanya menjadi tumpuan harapan dari keluarganya. Saat menikah, ia harus beralih menjadi tumpuan harapan keluarga perempuan.

4. Nilai Uang Japuik Menyesuaikan Status Sosial Mempelai Lelaki

Mempelai lelaki Minang © Weddingku.com
info gambar

Nilai uang japuik akan berbeda-beda, menyesuaikan status sosial lelaki tersebut. Semakin tinggi status sosial sang lelaki dan keluarga, maka akan semakin tinggi pula nilai uang japuik. Terlebih, jika ia keturunan bangsawan atau menyandang gelar bangsawan, seperti sidi, bagindo, atau sutan.

Dahulu, alat ukur untuk uang japuik bukanlah uang rupiah, melainkan ameh atau emas. Besaran nilainya terhitung sekitar satu ameh atau setara dengan 2,5 gram emas.

Namun, kini ada sedikit perubahan, nilai uang japuik lebih ditentukan dari tingkat pendidikan, pekerjaan, dan jabatan lelaki. Kalau tidak bisa membeli emas, boleh menggantinya dalam bentuk uang rupiah, hewan, atau kendaraan senilai hitungan ameh

Biasanya, kedua keluarga besar mempelai akan merundingkan kesepakatan nilai uang japuik. Jadi, tak perlu khawatir karena besaran nilai tersebut dapat menyesuaikan tingkat ekonomi keluarga perempuan.

5. Mengembalikan Uang Japuik dalam Tradisi Manjalang Mintuo

Pernikahan adat Minang © Weddingku.com
info gambar

Pada praktiknya, pihak perempuan memang memberikan sejumlah uang kepada pihak lelaki. Kemudian, uang japuik akan dialokasikan untuk membiayai keperluan selama prosesi pernikahan Namun, pada tradisi Manjalang Mintuo seusai pernikahan, pihak lelaki akan mengembalikan uang japuik yang sebelumnya diterima dari pihak perempuan.

Pihak lelaki akan mengembalikannya dalam bentuk perhiasan kepada sang istri atau anak daro. Bahkan biasanya, nilai perhiasan tersebut akan melebihi jumlah uang japuik sebelumnya. Hal ini merupakan bentuk bentuk penghormatan dari pihak lelaki atas pemberian uang japuik.

Referensi:IDN Times | Hipwee | Bakaba | Covesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

Terima kasih telah membaca sampai di sini