Sejarah Hari Ini (22 Januari 1856) - Multatuli Jadi Asisten Residen di Lebak, Banten

Sejarah Hari Ini (22 Januari 1856) - Multatuli Jadi Asisten Residen di Lebak, Banten
info gambar utama

Eduard Douwes Dekker adalah novelis kelahiran Amsterdam, Belanda, yang terkenal pada abad 20.

Dikenal dengan nama penanya Multatuli (dari bahasa Latin yang berarti "banyak yang sudah aku derita"), Douwes Dekker pernah menjabat sebagai pegawai pemerintahan Hindia Belanda.

Pada 22 Januari 1856 contohnya, ia diangkat menjadi asisten residen Lebak, Banten.

Douwes Dekker sudah diberikan informasi situasi di Banten kala itu di mana penduduknya menderita kemiskinan dan diperdaya oleh petinggi bumiputra.

Saat itu masyarakat pribumi menderita akibat aturan kerja dan tanam paksa yang diterapkan pemerintah kolonial.

Douwes Dekker kemudian menaruh curiga pada Bupati Lebak, Raden Adipati Karta Natanegara.

Kemudian, ia mengadu ke pusat yang membuatnya dipecat dari jabatannya.

Nasib pribumi yang memprihatinkan di Lebak, Banten, itu pun kemudian menjadi inspirasi bagi Douwes Dekker.

Memakai nama alias Multatuli, ia lalu menerbitkan buku novel roman berjudul Max Havelaar pada 1860.

Novel berisi kritikan terhadap pemerintah kolonial Belanda di negara jajahan ini pun terkenal di Indonesia maupun Belanda.

Karyanya seolah tidak tergerus usia. Hal itu bisa dilihat di mana sastarawan tanah air, Hans Bague Jassin, menerjemahkan tulisan Douwes Dekker ke bahasa Indonesia pada 1972.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini