Mirip Antelop, Kambing Hutan Sumatera Penyendiri Penakluk Tebing Terjal

Mirip Antelop, Kambing Hutan Sumatera Penyendiri Penakluk Tebing Terjal
info gambar utama

Di balik lebatnya hutan hujan tropis di bentang alam Bukit Barisan Sumatera, ada satu jenis satwa yang suka bermain di tebing terjal serta bersembunyi di goa.

Si penyendiri itu memiliki langkah pasti ketika menuruni lereng curam berkarang.

Bila siang, ia hanya berdiam dan bersembunyi di semak yang lebat, atau daerah berbatu kapur. Biasanya, di sekitar tebing curam yang menghadap ke lembah atau jurang. Ketika malam, ia istirahat di goa yang tidak jauh dari tebing-tebing di puncak bukit.

Urusan makan, hanya ada dua waktu, yaitu pagi dan sore. Untuk kawin, hanya dilakukan saat musimnya saja, Oktober dan November. Selebihnya, ia bakal sembunyi dan menyendiri lagi.

Kambing Hutan Sumatera atau dalam Bahasa Inggris disebut Sumatran Serow ini merupakan jenis kambing hutan yang hanya ada di hutan tropis Pulau Sumatera. Ciri fisik kambing bernama ilmiah Capricornis sumatraensis sumatraensis ini adalah bertanduk ramping, pendek dan melengkung ke belakang. Berat badannya antara 50- 140 kg dengan panjang badan antara 140-180 cm. Saat dewasa, tingginya mencapai 85-94 cm.

Umumnya, kambing hutan sumatera hidup soliter. Namun begitu, terkadang, ia juga berjalan dalam grup kecil. Sebagaimana harimau, kambing ini juga mempertahankan suatu wilayah dalam hutan untuk digunakannya sebagai tempat mencari makan, berupa dedaunan dan rerumputan, serta tempat tinggal. Nah, untuk menandai suatu wilayah sebagai daerah kekuasaannya maka kambing ini akan mengeluarkan kotoran dan air seni.

Kambing hutan sumatera tentu saja berbeda dengan kambing yang biasa kita ternakkan. Karena, jenis ini merupakan perpaduan antara kambing dengan antelop, jenis yang mirip kambing dengan tanduk tegak lurus. Bahkan, masih memiliki hubungan dekat dengan kerbau.

Kambing ini merupakan satwa yang tangkas memanjat lereng terjal yang biasanya hanya bisa dicapai manusia dengan bantuan tali. Biasanya, hidupnya diketinggian 200 meter dari puncak dataran tinggi di Sumatera atau bukit-bukit kapur. Habitatnya adalah hutan primer dan hutan sekunder yang dekat pegunungan. Mereka aktif pada pagi dan sore hari. Siangnya, istirahat di tempat teduh di bebatuan.

Kambing hutan sumatera [Capricornis sumatraensis] nama hewan penikmat sepi itu. Rabu, 27 Mei 2020 lalu, sepasang kambing hutan sumatera terpantau penampakannya di Taman Nasional Gunung Leuser.

Berdasarkan penelitian Endah Dwi Meirina dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, 2006, berjudul Karakteristik Habitat Kambing Hutan Sumatera [Capricornis sumatraensis sumatraensis Bachstein, 1799] di Kawasan Danau Gunung Tujuh, Taman Nasional Kerinci Seblat, dijelaskan kambing ini hanya menyukai belantara hutan primer di ketinggian 200 meter hingga 3.000 meter di atas permukaan laut.

“Kambing hutan sumatera adalah pendaki berkaki kokoh yang dapat mendaki tebing-tebing curam. Kambing hutan ini biasanya berlindung di semak belukar lebat pada siang hari, dan keluar mencari makan ke daerah yang lebih terbuka pada pagi-pagi sekali,” tulis Endah.

Ihwal makanan, hewan endemik Pulau Sumatera ini memakan hampir setiap tumbuhan, namun kesukaannya adalah daun-daun muda dan pucuk-pucuk daun, khususnya dari tumbuhan beraroma tertentu. Misalnya, daun talas [Colocasia antiquorum], ketela pohon [Manihot utilissima], lidah-lidah [Bauhinia tomentosa], balik angin [Mallotus chinensis], daun rigo-rigo [Elatostema latifolium], dan lainnya.

Populasi

Selain di Taman Nasional Kerinci Seblat [TNKS], populasi kambing hutan berada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser [TNGL], juga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan [TNBBS].

“Dahulu, persebaran kambing hutan sumatera hampir di seluruh pegunungan dan dataran tinggi Sumatera,” lanjut Endah.

Namun walau habitat kambing sudah terpetakan, masih sedikit penelitian terkait hewan ini. Hingga sekarang, belum diketahui berapa jumlah pasti populasi di habitatnya. Salah satu alasannya, karena individunya yang sulit dijumpai, dan habitatnya yang susah dijangkau.

“Sulit untuk diamati karena penciuman, pendengaran, dan penglihatannya tajam. Ditambah kebiasaannya menyendiri serta habitatnya yang sulit,” tulis Endah.

Kambing hutan sumatera yang terpantau di TNGL. Foto: Dok. Taman Nasional Gunung Leuser
info gambar

Endah juga menyampaikan, bila tiba-tiba kambing hutan sumatera ini berhadapan dengan manusia, ia akan segera berdiri diam-diam dan memandang beberapa saat. Kemudian, bergegas pergi menuruni bukit ke vegetasi yang lebat.

“Tanda bahayanya bermacam, seperti antara embikan dan raungan, siulan melengking yang aneh.”

Berbeda dengan kambing ternak, Sumatran Serow memiliki ciri fisik lebih kekar, berotot. Tubuhnya sekilas mirip anak kerbau, mempunyai bulu lebat dan kasar dengan warna hitam keabuan, tanduknya ramping, pendek dan lurus ke belakang dengan panjang rata-rata 12 hingga 16 sentimeter. Berat badannya antara 50-140 kilogram dengan tinggi bisa mencapai 85-94 sentimeter.

Perkembangbiakannya tergolong lambat. Anaknya 1 hingga 2 ekor setiap kelahiran. Lama hidup kambing hutan sumatera jantan maupun betina sekitar 10-20 tahun.

Dilindungi

Kambing hutan sumatera telah dilindungi sejak tahun 1931 berdasarkan Peraturan Perlindungan Binatang Liar Nomor: 266 tahun 1931 yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dan diperkuat dangan Undang-undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Berdasarkan Permen LHK Nomor P.106/2018, keberadaannya merupakan sebagai satwa dilindungi.

IUCN [The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources] telah menetapkan kambing hutan sumatera sebagai satwa berstatus Rentan [Vulnarable/VU], yang menghadapi risiko tinggi menuju kepunahan di alam liar.

Kambing hutan sumatera yang berada di kandang kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung [KPH] Model Unit XXII Jalan Bukit Barisan, Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Kamis [04/8/2016] silam. Foto: Dok. KPH Bukit Barisan
info gambar

Menurut CITES [The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna], kambing hutan sumatera termasuk satwa dalam kategori Appendix I, artinya satwa yang dilindungi dan tidak boleh diperjualbelikan.

Melansir detik.com, pada Kamis 17 September 2020, seorang warga Kelurahan Jalan Gedang, Kecamatan Gading Cempaka, Bengkulu berinisial AS [48 tahun] ditangkap polisi karena menyimpan tanduk kambing hutan sumatera.

“Atas perbuatannya, pelaku terancam hukuman pidana paling lama 5 tahun dan denda paling banyak 100 juta Rupiah,” kata Kepala Bidang Humas Polisi Daerah [Polda] Bengkulu, Kombes Sudarno.

Bengkulu merupakan wilayah yang menjadi habitat kambing hutan ini. Dari makalah yang dikeluarkan Universitas Bengkulu, 2003, ditulis oleh Rocmah Supriati dan Hendri Tarigan dengan judul Penyebaran Kambing Hutan Sumatera [Capriconissumatraensis] di Kabupaten Rejang Lebong Bengkulu, dituliskan habitatnya berada di wilayah Bukit Kelam dan Gunung Condong. Dari makalah itu diketahui pemburu yang mengincar kambing tersebut sangat masif.

Kambing hutan sumatera yang suka berada di tebing terjal. Foto ini diambil di Dusit Zoo, Bangkok, Thailand.Foto: Wikimedia Commons/Melanochromis/free to share
info gambar

“Dilihat dari pengurangan jumlah populasi mamalia ini dari tahun ke tahun, kemungkinan kepunahan di habitatnya bisa terjadi. Butuh penyuluhan [sosialisasi] kepada masyarakat, dan juga harus dibuat penangkaran untuk konservasi, baik in situ maupun ex situ sesegera mungkin,” tulis laporan tersebut.

==

Sumber:

“Capricornis Sumatraensis.” Capricornis Sumatraensis | IUCN Library System, 1 Jan. 1970, portals.iucn.org/library/taxonomy/term/44109.

“Kambing Hutan Sumatera, Penakluk Lereng Terjal Yang Tak Kenal Lelah.” Mongabay Environmental News, 3 Dec. 2014, www.mongabay.co.id/2014/12/03/kambing-hutan-sumatera-penakluk-lereng-terjal-yang-tak-kenal-lelah/.

“Kebiasaan Aneh Kambing Hutan Sumatera, Main Di Tebing Dan Menyendiri Di Goa.” Mongabay Environmental News, 22 Jan. 2021, www.mongabay.co.id/2021/01/21/kebiasaan-aneh-kambing-hutan-sumatera-main-di-tebing-dan-menyendiri-di-goa/.

Supandi, Hery. “Simpan Tanduk Rusa Sambar-Kambing Hutan, Pria Di Bengkulu Ditangkap.” Detiknews, news.detik.com/berita/d-5181967/simpan-tanduk-rusa-sambar-kambing-hutan-pria-di-bengkulu-ditangkap.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini