Menengok Segarnya Cincau dari Lereng Gunung Salak Tenjolaya

Menengok Segarnya Cincau dari Lereng Gunung Salak Tenjolaya
info gambar utama

Penulis: Rifdah Khalisha

Perpaduan cincau dan es mampu menciptakan sensasi rasa yang menyegarkan. Tekstur lembut dan rasa tawar dari cincau menjadi pengantar dan kombinasi yang cocok untuk minuman manis. Dalam perkembangannya, sajian cincau tak sebatas dalam bentuk minuman manis bersantan saja, tetapi masih banyak variasi lainnya.

Sejarah mencatat bahwa kuliner cincau berasal dari Tiongkok. Pada masa-masa berikutnya, masyarakat Asia Tenggara, termasuk Indonesia mulai membuat cincau. Istilah “cincau” berasal dari penyerapan bahasa Hokkian yang menyebutnya “sienchau” atau “xiancau”.

Mudah menemukan keberadaan cincau, baik cincau hitam maupun cincau hijau. Terlebih, harganya cukup terjangkau sehingga selalu ada sepanjang tahun. Biasanya, cincau diproduksi oleh pengrajin rumahan dan industri kecil.

Ada produsen dan pemasok cincau terkenal di Tenjolaya, Kabupaten Bogor, letaknya berada di lereng Gunung Salak. Di daerah dengan dengan ketinggian 700 meter dari permukaan laut, udara pegunungan, dan curah hujan tinggi ini, tumbuhan pembuat cincau hitam dan cincau hijau tumbuh lebih subur. Masyarakatnya biasa menanam perdu cincau di ladang, pekarangan, atau lahan kosong.

Masyarakat Tenjolaya mewarisi tradisi cincau ini secara turun temurun dari kakek nenek moyangnya. Sejak Bogor menjadi kawasan penting dalam rantai pasok hasil pertanian untuk Jabodetabek, bisnis cincau ini semakin melejit. Cincau produksi Tenjolaya banyak mengisi pasar di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang.

Proses pengolahan cincau di Tenjolaya © Antarafoto.com
info gambar

Pada hari-hari biasa, industri ini memasak cincau sekitar 500-1000 liter kemudian mengemasnya menjadi 125-130 kotak seukuran kaleng biskuit. Kebanyakan pedagang pasar membeli dalam jumlah besar, tetapi ada pula yang membeli eceran. Menjelang hari besar, terutama pada bulan Ramadan, industri ini bisa memasak 8 hingga 10 kali lipat dari biasanya karena permintaan naik tajam.

Produksi cincau hitam tak memerlukan teknologi rumit. Cincau hitam terbuat dari ranting muda dan daun cincau Mesona palustris yang telah dibersihkan dan dikeringkan. Produsen cincau di Tenjolaya membutuhkan 40-50 kg daun cincau segar untuk menghasilkan 500 liter cincau.

Kedua bahan tersebut direbus bersama tepung tapioka dan sedikit abu merang padi selama 2-3 jam tanpa berhenti diaduk. Setelah matang, larutan cincau akan terlihat hitam berkilat. Terakhir, larutan harus melalui penyaringan agar terpisah dari ampasnya dan akan bertekstur kenyal ketika sudah dingin.

Sementara itu, cincau hijau terbuat dari daun tumbuhan merambat Cyclea barbata, yang banyak ditemukan di lantai hutan tropis basah Asia Tenggara. Produsen cincau membutuhkan 70-80 lembar daun cincau hijau untuk menghasilkan seliter cincau.

Cincau hijau tak perlu dimasak, hanya perlu meremasnya di mesin gilas kecil hingga sarinya keluar. Lalu, melalui proses penyaringan dan dengan sendirinya, larutan tersebut akan meggumpal. Cincau hitam dapat bertahan hingga 4 hari sedangkan cincau hijau hanya dapat bertahan selama 2 hari dalam penyimpanan suhu kamar

Produsen di Tenjolaya memotong cincau © Antarafoto.com
info gambar

Menurut ahli gizi, Dr Yustina Anie Indriastuti, cincau mengandung energi, protein, lemak, kalori, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Cincau juga mengandung serat larut air yang mampu mengikatkadar gula dan lemak. Karenanya, cincau berkhasiat untuk kesehatan tubuh, meredakan panas dalam, melancarkan pencernaan, mencegah penyakit diabetes melitus, stroke, jantung, dan penyakit kardiovaskular lainnya.

Melihat kelezatan dan khasiat cincau, maka tak ada salahnya jika menikmati cincau untuk menyegarkan tenggorokan.

Referensi: Pemerintah Indonesia | Republika | Bobo

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

Terima kasih telah membaca sampai di sini