Miniatur Rantis Karya Anak Bangsa Ini, Bakal Tampil di Pameran Alutsista Internasional

Miniatur Rantis Karya Anak Bangsa Ini, Bakal Tampil di Pameran Alutsista Internasional
info gambar utama

Kawan GNFI, bicara soal prestasi anak bangsa, tentunya negeri ini memiliki segudang pemuda dan pemudi berprestasi yang layak kita apresiasi. Mulai dari prestasi akademik hingga industri.

Salah satu industri rumahan yang menarik perhatian adalah produksi kendaraan miniatur. Bukan sekadar minitur biasa, kawan, tapi miniatur yang dibuat sedemikian detail hingga menyerupai aslinya. Mulai dari eksterior eksterior maupun interiornya, seperti roda, mesin, jok, bahkan hingga baut-bautnya, dibuat secara presisi dan mirip.

Adalah SXALA Works ID yang konsisten berada di industri ini. Usaha rumahan yang digagas oleh Taufik Aminuddin ini sekira telah dikembangkan selama 3 tahun.

Secara umum, SXALA Works ID fokus untuk pasar industri dengan tetap mempertahankan value sebagai hasil karya tangan (handmade) yang didukung oleh perkakas (tools) dengan teknologi yang mumpuni. Sebut saja printer 3-dimensi (3D printer) dan pemotong laser (laser cutting).

Material yang digunakan pun menggunakan bahan seperti epoxy resin, lycal, dan polyurethane, meski sebagian memang ada juga yang masih menggunakan resin polyester. Jika kawan GNFI belum tahu jenis bahan tersebut, lihat saja pipa air (paralon) atau casing ponsel, kira-kira seperti itulah bahannya.

Ini tentunya berbeda dengan miniatur yang terbuat dari kayu, maupun logam cor (diecast) seperti yang selama ini kita lihat dalam industri miniatur.

Tantangan lainnya, beberapa material bahan-bahan yang disebutkan di atas, jauh dari kata rigid atau kokoh, yang tentu akan sangat mudah patah. Artinya, perlu ketelitian dan penanganan khusus untuk merakitnya hingga sempurna. Patah satu bagian mikro saja, bisa ambyar!

hail karya sxalaworksid
info gambar

Bukan bisnis yang seksi

Berbincang dengan penulis, Senin (1/2/2021), Taufik bercerita bahwa kurun 3 tahun bukan merupakan waktu yang mudah. Bahkan boleh dibilang masa-masa berat yang menghabiskan tenaga, pikiran, dan tentunya anggaran.

Boleh jadi karena memang usaha yang digelutinya ini bukan usaha yang seksi dalam skala industri massif, seperti industri kuliner, suku cadang kendaraan, atau hasil industri yang dibutuhkan banyak orang.

Karena bisnis yang sangat segmentasi ini, beberapa rekanan--jika tak mau dibilang pegawai--Taufik pun banyak yang angkat kaki, karena sering sekali merugi dalam ongkos produksi.

Sebagai Founder, Taufik yang juga memiliki konsentrasi soal kesempurnaan (perfeksionis) dalam menghasilkan karya, tentu tak patah arang, meski beberapa kali pihak kolega maupun keluarga menyarankannya untuk banting setir.

Hal tersebut tentu beralasan, karena tak sedikit anggaran yang dikeluarkan kurang sepadan dengan pendapatannya.

desain 3D Sebelum dicetak oleh mesin
info gambar

''Memang modalnya berapa sih sekali buat kendaraan miniatur?'' tanya penulis.

''Modalnya sih gak terlalu banyak juga, tapi yang capek itu karena memang harus membuat desain 3D dari komputer, kemudian dihubungkan dengan printer 3D. Dan itu harus di awasi. Karena misal mata jarum printer patah atau bahan material habis di tengah proses, harus buru-buru ditangani,'' jawabnya.

Asal tahu saja, kawan. Untuk membuat satu roda saja dengan diameter 8 cm dan tebal 1,5 cm, dibutuhkan waktu tak kurang dari 2 jam. Nah, bisa dibayangkan untuk membangun satu kendaraan membutuhkan waktu berapa lama.

Ia juga menjelaskan, mesin pencetak printer 3D hanya mencetak bentuk fisik dari bagian-bagian kendaraan saja, karena tetap saja kendaraan bakal dirakit secara manual dan presisi.

Karyanya terbang ke Abu Dhabi

rantis P6 ATAV
info gambar

Ketelatenan itu pada akhirnya bisa ditebus dengan sebuah tantangan. Sang penatang adalah salah satu perusahaan karoseri kendaraan taktis (rantis) dan kendaraan tempur (ranpur), yakni PT Sentra Surya Ekajaya (SSE).

Dibilang tantangan karena selama ini SXALA Works ID hanya memproduksi miniatur bus, pesawat, hingga kereta api. SSE kemudian memberikan proyek pada SXALA Works ID untuk membuat miniatur rantis dan ranpur produksinya.

Tak main-main, miniatur rantis dan ranpur ini bakal dipamerkan pada ajang internasional alutsista IDEX (International Defence Exhibition and Conference) yang bakal berlangsung pada 21-25 Februari 2021 ini di Abu Dhabi National Exhibition Centre (ADNEC), Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA).

Sekiranya ada 3 miniatur kendaraan rantis dan ranpur yang akan dipamerkan, salah satunya adalah tipe rantis P6 ATAV. Rantis ini digadang akan menjadi pesaing rantis Maung yang diproduksi PT Pindad. Yang membedakan keduanya adalah, P6 ATAV memiliki 2 varian berpintu dan tak berpintu ini dilengkapi sejumlah titik dudukan senjata dengan peluru kaliber 7,62 mm.

Miniatur buatan tangan bukan karya yang biasa

miniatur bus setenfah jadi
info gambar

Pada tahun 2021 ini, SXALA Works ID akan fokus untuk menjadi ekosistem para modeler dan perajin miniatur model. Alasannya adalah, saat ini para modeler dan perajin miniatur masih bergantung dengan harga yang dibentuk oleh pasar, sehingga tidak ada karya yang memiliki value, hanya sebuah karya sebagai produk (massal).

Sementara menurut Taufik, karya model miniatur yang berupa buatan tangan (handmade) memiliki value yang setara dengan sebuah karya seni, dan tentu saja harganya pun tak sembarang.

Beberapa proyek berkelanjutan yang akan dilakukan adalah bekerja sama dengan beberapa Karoseri bus, di antaranya Karoseri Laksana, Hino, dan Mercedes-Benz.

SXALA Works ID juga bakal menggandeng beberapa mitra komunitas maupun perajin miniatur guna meningkatkan jumlah produksi. Lain itu dampaknya juga bakal membantu perekonomian perajin di tengah kondisi sulit saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

Keren!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mustafa Iman lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mustafa Iman.

Terima kasih telah membaca sampai di sini