Penulis: Rifdah Khalisha
Seperti yang sudah Kawan ketahui, Indonesia memiliki banyak sekali suku dan budaya. Hal itulah yang membuat negeri ini unik dan berbeda dengan negara lainnya. Dari Sabang hingga Merauke, dari barat hingga timur Indonesia, beragam suku dengan ciri khasnya ada di sini.
Seperti halnya di Kabupaten Merauke, Papua yang merupakan daerah paling timur di Indonesia. Di Merauke, ada masyarakat suku Marind yang masih menetap dan menjaga tradisi budayanya, salah satunya suku Marind yang bermukim di Desa Wendu yang letaknya di tepi pantai. Mereka masih setia mementaskan Tari Gatzi.
Menurut kepercayaan masyarakat, Tari Gatzi menjadi simbol kepatuhan terhadap adat dan budaya Merauke meski zaman telah modern. Biasanya, pementasan Tari Gatzi hanya pada saat ada acara-acara khusus, seperti pesta adat, kelahiran anak, dan sebagai tarian penyambutan.
Tak pandang usia dan gender, siapapun bisa melakukan tarian ini, jumlah penarinya mulai dari puluhan hingga ratusan orang. Para penari kerap mengenakan pakaian adat khusus berbentuk rok rumbai dari serat daun sagu dan daun kelapa muda sebagai penutup bagian bawah tubuh. Selain itu, penari juga menghias wajahnya dengan motif khusus sesuai marganya masing-masing.
Para penari akan melingkar berkeliling secara bersama-sama. Uniknya, pementasan tarian ini tak menentu, bisa sebentar hanya beberapa menit, bisa pula lama dari sore sampai pagi hari. Saking lamanya mereka menari, gerakan Tari Gatzi yang berputar-putar bisa membuat tanah menjadi cekung.
Saat pementasan Tari Gatzi, ada alat musik tradisional Papua bernama Tifa yang akan mengiringi. Ternyata, Tifa telah menjadi warisan secara turun-temurun, bahkan ada tifa yang usiaya sudah sangat tua, yakni ratusan tahun.
Sebelum mulai mengalunkan suara, penabuh akan memanaskan Tifa agar suaranya lebih lantang. Sama seperti gendang, Tifa akan mengeluarkan suara merdu jika ditabuh atau dipukul. Nadanya seolah mengikuti langkah kaki penari. Selain suara dari Tifa, ada pula nyanyian dari penari.
Banyaknya pohon waru laut yang tumbuh di pesisir pantai desa ini, membuat masyarakat memilihnya sebagai bahan dasar pembuatan Tifa. Masyarakat akan memilih batang kayu waru laut berbentuk tabung lalu melubangi bagian tengahnya.
Setelah melubanginya, sisi bagian atas Tifa akan ditutup dengan kulit binatang yang direkatkan oleh kapur dan telur. Semakin kering lapisan kulit, maka akan semakin indah pula suaranya. Pada bagian atas Tifa, ada kerucut dari madu hutan sebagai pengatur bunyi yang menjadi rahasia bunyi nyaringnya.
Tifa dari Papua ini tentu berbeda dengan daerah lainnya. Ada perbedaan mencolok antara bentuk Tifa dari Papua dan Maluku. Tifa Papua memilki kekhasan pada pegangan kayu di sisi tengahnya. Selain itu, terdapat ukiran motif khas pada bagian badannya yang menandakan marga tertentu.
Referensi: Berita Papua | Bobo | Detik
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News