Kastil Aneh, Mahakarya Alam di Ujung Timur Indonesia

Kastil Aneh, Mahakarya Alam di Ujung Timur Indonesia
info gambar utama

Jika anda berada di Merauke dan kebetulan melintasi jalan trans Taman Nasional Wasur yang menuju Sota di perbatasan NKRI-PNG, anda akan dengan mudah menjumpai gundukan tanah tinggi yang oleh warga setempat disebut masamus atau bomi.

Luarbiasanya, masamus yang dibuat oleh insekta kecil ini tingginya dapat melebihi orang dewasa. Konon, selain dapat dijumpai di Merauke yang memiliki iklim panas dan gersang, hanya ada tempat lain di muka bumi dimana kita dapat menjumpai rumah rayap ini, yaitu Australia (Northern Territory dan West Australia) dan savana Afrika yang memiliki iklim serupa.

Musamus atau rumah semut sebenarnya , dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Ant Castle (Kastil Semut) bukanlah sarang yang dibuat oleh semut. Lebih tepatnya, mahakarya alam Merauke ini adalah sarang dari hewan sejenis rayap Macrotermes sp. Bicara tentang sarang serangga, tentu di pikiran kita akan terbayang sarang yang berukuran kecil. Namun, Musamus berukuran sangat besar, bahkan ratusan kali lipat serangga pembuatnya. Tingginya bisa mencapai 5 meter dengan diameter lebih dari 2 meter, dan ukurannya bervariasi di atas permukaan tanah.

Rumah rayap atau masamus di Merauke. Ada yang tingginya lebih dua kali tinggi orang dewasa. Foto: Ridzki R Sigit/
info gambar


Rayap yang tinggal di dalam Musamus bukanlah rayap yang kita kenal sehari-hari sebagai rayap perusak. Mereka bukanlah serangga pengganggu dan umumnya mereka hidup jauh dari pemukiman manusia. Rayap jenis ini terkenal mandiri dan mereka membangun rumah mereka sendiri tanpa bermaksud merusak pemukiman manusia.

Musamus terbentuk dari bahan dasar rumput kering, tanah, dan air liur rayap pembuatnya. Rayap-rayap tersebut membangun istana mereka dengan sangat kokoh dan kuat, bahkan mampu menahan berat manusia dewasa saat memanjatnya. Jutaan rayap membangun Musamus dan menjadikannya sebagai tempat tinggal bagi koloni mereka.

Di balik rumah rayap terdapat pori-pori seperti ini sebagai ventilasi. Rayap mampu membangun rumah yang mampu mengatur kelembaban dan suhu ruang. Foto: Ridzki R Sigit
info gambar


Bentuk Musamus seperti kerucut dan menjulang tinggi ke atas permukaan tanah menyerupai stalakmit di gua-gua. Tekstur permukaan Musamus berlekuk-lekuk dan berwarna coklat kemerahan seperti warna tanah tempatnya berada. Bila kita telaah hingga ke dalamnya, maka kita akan menemukan ruangan yang berlorong-lorong yang sangat rumit. Lorong ini berfungsi sebagai tempat tinggal sekaligus rongga ventilasi yang menjaga kestabilan suhu di dalam Musamus agar tetap hangat. Keberadaan lorong-lorong inilah yang menjadikan sarang aman untuk ditinggali koloni rayap karena mereka akan terlindung dari perubahan suhu yang ekstrim, bahkan kebakaran hutan sekali pun.

Para ilmuwan mencatat terdapat lebih kurang 330 spesies rayap dari genus Macrotermes yang tersebar dari Afrika Tropis hingga Asia Tenggara dan Australia.

Dikutip dari situs Termite Web, sebagian dari spesies Macrotermes memang senang membangun sarang berbentuk gundukan, meski ada pula beberapa spesies rayap yang membangun liang di bawah tanah. Dilaporkan ketinggian gundukan tertinggi pernah dijumpai di Afrika yaitu 9 meter. Diperkirakan rumah rayap itu telah berusia lebih dari satu abad.

Seperti layaknya jenis rayap, maka Macrotermes pun memiliki struktur sosial. Terdapat ratu, juga rayap pekerja dan rayap tentara. Para pekerja ini yang membangun rumah rayap ini. Warna kepala prajurit biasanya berwarna oranye atau coklat kemerahan, Untuk jenis Mactotermes carbonarius, hampir seluruhnya berwarna hitam.

Dalam situasi klimat yang ekstrim seperti Merauke, koloni rayap memerlukan tempat yang lebih dingin dan lembab sebagai tempat perlindungan dan perkembangbiakan. Gundukan akan memberi proteksi terhadap panasnya hari dan menjaga kelembaban agar mengurangi pengeringan yang terjadi. Rumah ini merupakan gabungan struktur kompleks yang memiliki ventilasi dan saluran udara.

Di dalam rumah ini, para peneliti menyebutkan bahwa rayap menumbuhkan jamur sebagai sumber pakan mereka. Jamur ini berasal dari organik kayu busuk yang dibawa masuk oleh rayap dan dikembangbiakan di dalam pori-pori di dalam rumah yang lembab. Pori-pori di dalam rumah rayap ini mampu mempertahankan rentang suhu dan kelembaban konstan (homeostatis) di sarang mereka dikisaran 29-32 derajat Celcius sehingga mampu mendukung pertumbuhan mikro organisma.

Umumnya masamus dibangun oleh koloni rayap pada masa musim hujan untuk memanfaatkan tanah liat dan material organik yang masih basah. Pada musim panas, rumah rayap akan mengeras bersamaan dengan penguapan air yang terjadi akibat cuaca panas dan kering.

Para peneliti rayap melaporkan bahwa rumah rayap yang ada di savana-savana Afrika tidak terdampak oleh kejadian kebakaran lahan yang kerap terjadi di padang savana. Hal itu diperkirakan karena tanah liat yang menjadi material bahan baku utama dari rumah mereka itu tahan dari api.

Rumah rayap di Afrika dibangun oleh beberapa spesies rayap, seperti M. falciger, M. bellicosus, M.natalensis, M.michaelseni, dan M. subhyalinus. Di Asia Tenggara, spesies utama gundukan bangunan Macrotermes adalah M. gilvus dan M. carbonarius.

Ternyata di balik ukuran tubuhnya yang kecil, rayap adalah maha arsitek dan insinyur alam yang luar biasa.

-------

Tulisan ini dipublikasikan kembali dari mongabay.co.id atas MoU GNFI dengan Mongabay Indonesia

Referensi Lanjutan:

J.M Dangerfield, T.S McCarthy and W.N Ellery. 1998. The Mound-building termite Macrotermes michaelseni as an ecosystem engineer. Journal of Tropical Ecology. Cambridge University Press.

“The Macrotermes Termites - Termite Web.” Termite Web RSS2, www.termiteweb.com/the-macrotermes-termites/.

Kaya, Indonesia. “Musamus, Karya Filosofis Alam Bagi Manusia : Kesenian - Situs Budaya Indonesia.” IndonesiaKaya, www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/musamus-karya-filosofis-alam-bagi-manusia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini