Kue Keranjang hingga Yu Sheng, Inilah Ragam Makanan Khas Imlek dan Nilai Filosofinya

Kue Keranjang hingga Yu Sheng, Inilah Ragam Makanan Khas Imlek dan Nilai Filosofinya
info gambar utama

Serba merah, serba meriah, itulah tahun baru Imlek yang dirayakan etnis Tionghoa dan peranakan Tionghoa di dunia termasuk di Indonesia. Berkumpul bersama sanak keluarga, memanjatkan doa, dan berbagi kebahagiaan, Imlek tak ubahnya hari raya lain karena tidak bisa lepas dari berbagai aneka sajian makanan menggugah selera.

Dari manis sampai yang gurih-gurih, ragam sajian Imlek mengikuti tradisi leluhur terjaga dari dulu hingga kini. Sebelum hari H tiba, biasanya etnis Tionghoa membeli atau memasak agar bisa disantap bersama-sama.

Namun, sajian pada hari raya tidak melulu soal rasa, tetapi juga memiliki kandungan filosofi di dalamnya. Begitu pula sajian pada hari Imlek. Bagi warga etnis Tionghoa, makanan yang disajikan dan dilahap saat Imlek punya makna yang besar untuk kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang.

Ada yang dipercaya bisa membawa hoki atau keberuntungan, ada pula yang melambangkan kebersamaan, itulah beberapa filosofi yang dikandung pada makanan tradisi khas Imlek. Hanya saja makanan apa yang mengandung filosofi tersebut? Kalau Kawan GNFI penasaran, simak uraian berikut:

1. Siu Mie

Siu Mie
info gambar

Siu mie rupanya sama seperti hidangan utama berbentuk mi pada umumnya dan sering pula disajikan menu andalan pada perayaan Imlek. Mi satu ini melambangkan umur yang panjang, kebahagiaan, serta limpahan rejeki bagi orang yang memakannya sehingga tidak heran dijuluki mi panjang umur.

Untuk menjaga nilai filosofinya, ada baiknya siu mie dimakan dengan cara sesuai tradisi yakni dimakan utuh tanpa digigit. Jangan sampai terputus, karena itu dipercaya memiliki makna yang kurang baik. Mi baru boleh digigit dan dikunyah setelah semua bagiannya sudah ada di dalam mulut. Siu mie sendiri biasa disajikan lengkap dengan ditemani potongan kol, sawi, udang, dan berbagai olahan daging.

2. Yusheng

Menyerbu yusheng bersama-sama adalah simbol kebersamaan dalam Imlek.
info gambar

Yusheng atau yee sang/Yhe shang adalah hidangan khusus yang menjadi makanan pembuka pada perayaan Imlek. Biasanya hidangan ini disajikan oleh peranakan Tionghoa di wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri Yusheng tergolong baru populer setelah mendapatkan "tularan" dari Singapura.

Bahan utama yusheng berupa potongan halus ikan tuna atau salmon mentah dan sayur-sayuran berupa irisan wortel, lobak, timun, jahe, dan ragam lainnya. Agar semakin sedap disajikan pula saus plum bercita rasa asam manis.

Tradisi menyantap memakan Yusheng disebut lo hei yang mengharuskan mengumpulkan seluruh anggota dalam meja, lalu mengaduk-aduk yusheng dengan sumpit sambil mengucapkan selamat Tahun baru Imlek. Sumpit diangkat tinggi-tinggi. Semakin tinggi yusheng terangkat, maka itu dianggap semakin baik lambang harapan akan terkabul, serta semakin baik pula peruntungan pada tahun yang baru.

3. Kue Keranjang

Kue keranjang.
info gambar

Kue keranjang merupakan salah satu makanan yang wajib ada di meja makan saat Imlek. Makanan ini menjadi makanan yang populer diburu warga etnis Tionghoa dan sering pula dibagikan bagi mereka yang tidak ikut merayakan Imlek.

Kue keranjang merupakan kue tradisional di negara Tiongkok dan memiliki nama Mandarin Nian Gao. Bahan dasarnya tepung serta teksturnya kenyal menyerupai panganan lokal lainnya seperti dodol atau jenang.

Kue keranjang memiliki makna kekeluargaan. Bentuknya yang bundar melingkar menandakan kebersamaan yang erat dan tak akan terpisahkan dari sudut manapun. Karena memiliki rasa yang manis dan disusun meninggi, kue keranjang memiliki filosofi akan harapan kehidupan yang manis dan terus menanjak. Tak hanya itu, kue ini juga dipercaya sebagai lambang kemakmuran bagi warga etnis Tionghoa.

4. Ikan Bandeng

Ikan bandeng.
info gambar

Ikan bandeng juga menjadi salah satu makanan yang wajib ada saat Imlek. Sejak dulu, orang Tionghoa telah mempercayai bahwa ikan bandeng adalah sumber rezeki bagi mereka.

Dewan Pakar Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Azmi Abubakar menegaskan, naiknya popularitas bandeng jelang Imlek di Jakarta merupakan bentuk akulturasi budaya antara etnis Tionghoa dan Betawi. Tradisi ini sudah muncul sejak abad ke-19.

"Tercatat dalam dokumen di Museum Peranakan Tionghoa, mereka (warga keturunan Tionghoa) sudah mencari bandeng di Cilincing (Jakarta Utara) dari tahun 1850-an. Kemudian sekarang terpusat di Rawa Belong," ujar Azmi, seperti dilansir GNFI dari Seni Budaya Betawi.

Ikan bandeng dikenal harganya mahal. Namun, khusus saat perayaan Imlek, saat membelinya tidak diperkenankan untuk menawar. Hal ini karena menurut kepercayaan yang ada, jika menawar dan menyediakan secara tidak utuh dalam satu ekor, maka berarti mengurangi rezeki atau akan terkena sial.

Selain itu, ikan bandeng juga dipercaya sebagai harapan bagi warga etnis Tionghoa dalam menjalankan kehidupan mereka. Menurut mereka, menyantap bandeng akan membawa kesuksesan di masa depan serta baik bagi keturunan mereka berikutnya.

5. Manisan Segi Delapan

Manisan segi delapan
info gambar

Manisan segi delapan terdiri berbagai jenis manisan yang akan disusun berdampingan. Biasanya manisan segi delapan akan diisi dengan manisan melon, jeruk, leci, dan lain-lain.

Sesuai dengan kepercayaan masyarakat Tionghoa di mana angka delapan pada manisan segi delapan ini memiliki arti keberuntungan dan keluarga yang bahagia.

6. Ayam atau Bebek

Ilustrasi olahan bebek.
info gambar

Ayam atau bebek juga menjadi salah satu makanan yang wajib ada saat Imlek. Sebenarnya, ayam atau bebek sama saja, dan boleh memilih salah satu.

Dalam penyajiannya, ayam dan bebek sama seperti ikan bandeng, yaitu disajikan secara utuh. Tidak diperbolehkan memotong bagian tubuhnya ataupun memisahkannya.

Ayam dan bebek melambangkan keutuhan keluarga yang harus dijaga oleh warga Tiongkok pada umumnya. Selain itu, makna dari ayam atau bebek ialah kesetiaan dan ketaatan. Harapan bagi warga etnis Tionghoa yaitu mereka ingin lebih taat dan setia dalam beribadah kepada Tuhan

7. Jeruk

Jeruk manis.
info gambar

Jeruk menjadi salah satu makanan yang selalu ada saat perayaan imlek karena kata "jeruk" terdengar mirip dengan kata "kemakmuran" jika diucapkan dalam bahasa mandarin sehingga tidak mengherankan jika jeruk juga akan menjadi pajangan di meja makan dan ruang tamu.

Filosofi jeruk: Jeruk melambangkan kemakmuran karena terdengar mirip dengan kata "kemakmuran" dalam bahasa mandarin selain itu jeruk yang berwarna oranye cerah merupakan warna yang dipercayai dengan keberuntungan.

8. Lapis legit

Lapis legit
info gambar

Kue yang berlapis- lapis dengan rasa manis dan legit ini selalu hadir dalam perayaan Imlek. Bagi masyarakat Tionghoa, lapis legit memiiki makna tersendiri yang sudah diturunkan turun-temurun.

Bentuknya yang berlapis-lapis memiliki arti rezeki yang berlapis-lapis. Selain lapis, susunan kue yang tumpang tindih dan rasanya yang manis merupakan simbol akan harapan memiliki kehidupan yang manis

---

Referensi: Kompas | Detik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini