Layanan eSIM Diprediksi Melonjak 18,5 Persen pada 2027

Layanan eSIM Diprediksi Melonjak 18,5 Persen pada 2027
info gambar utama

Pertumbuhan pengguna Embedded SIM (eSIM) khususnya di Tanah Air, boleh dibilang cenderung lambat. Hingga saat ini, dari sekian banyak operator seluler di Indonesia, baru Smartfren yang pada tahun 2019 menyediakan layanan eSIM untuk menjawab kebutuhan pengguna iPhone yang tidak memiliki dual simcard.

Sementara itu, baik Telkomsel maupun Tri (Hutchison 3 Indonesia), meski membuka peluang untuk menerapkan teknologi eSIM, namun keduanya masih sama-sama memilih melihat perkembangan ekosistem eSIM tersebut.

Sementara di seluruh dunia pun baru ada 10 negara yang menawarkan dukungan terhadap teknologi eSIM, yakni Austria, Kanada, Kroasia, Republik Ceko, Jerman, Hungaria, India, Spanyol, Amerika Serikat (AS), dan Indonesia.

Untuk perangkat Android yang sudah mendukung eSIM adalah Google Pixel, Huawei, dan Samsung. Tak banyak memang, karena pemicunya bisa jadi karena perilaku/kebiasaan pengguna (gonta-ganti nomor dan operator seluler) dan masih terbatasnya perangkat dengan teknologi eSIM. Jikapun ada, tergolong dalam kategori high end.

Mendorong industri hijau dan ekosistem IoT

Secara umum, teknologi eSIM mulai diperkenalkan ke publik pada tahun 2017 dalam acara Mobile World Congress (MWC) 2017 di Seminar Program GSMA (Global System for Mobile Communications Association).

Banyak analis dan pelaku industri percaya, bahwa eSIM akan menjadi standar baru kartu SIM di masa depan. Bahkan, dapat memacu lahirnya ekosistem baru di industri seluler. Pemicunya adalah pemakaiannya yang cukup mudah—tinggal buka kamera, lalu memindai kode QR.

Sejatinya, teknologi eSIM juga diklaim ramah lingkungan karena berkontribusi mengurangi sampah elektronik, serta sangat cocok digunakan untuk perangkat wearable, seperti smart watches, smart glasses, dan ekosistem yang berbasis Internet of Things (IoT).

Berkat latar belakang tersebut, teknologi eSIM diyakini bakal mendorong koneksi IoT, yang saat ini sudah sangat familiar bagi para pengguna internet.

Sekadar informasi saja, menurut GSMA Intelligence, kawasan Asia Pasifik menyumbang 35 persen dari pendapatan penjualan perangkat berbasis IoT pada tahun 2020.

Pasar eSIM di Asia Pasifik juga diperkirakan akan tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate atau Tingkat Pertumbuhan Tahunan Gabungan tertinggi di atas 18,5 persen dari tahun 2020 hingga 2027.

market esim
info gambar

''Pertumbuhan ini tercepat ketimbang wilayah lain,'' kata Yoseph Wijaya, Head of Product Forest Interactive, dalam siaran pers perusahaan, Kamis (25/2/2021).

Prospek eSIM, sambung Yoseph, juga diperkirakan bakal semakin positif karena adanya stimulus dari pemerintah untuk membantu upaya transformasi digital.

Teknologi ini akan segera ada di mana-mana dengan dua miliar perangkat yang diperkirakan akan terhubung melalui eSIM pada tahun 2025,'' katanya.

Jika melihat kebutuhan/demand soal tren peningkatan permintaan konektivitas berbasis eSIM pada ponsel/gawai dan perangkat berbasis IoT, Yoseph berpendapat bahwa nantinya vendor dan produsen akan lebih fokus memproduksi perangkat dan meningkatkan kemampuan sistem, ketimbang sekadar soal konektivitas seluler.

Keuntungan vendor, produsen, dan operator

keuntungan teknologi eSIM
info gambar

Tentunya baik vendor, produsen, maupun operator seluler, bakal memiliki banyak keuntungan atas terapan teknologi ini.

Vendor ponsel misalnya, dapat memanfaatkan ruang yang biasanya digunakan buat meletakkan kartu SIM konvensional untuk menambah fitur sehingga fungsi ponsel makin maksimal. Sedangkan produsen lebih fokus berinovasi untuk membuat aplikasi yang dapat meningkatkan efisiensi operasional dan kualitas layanan.

Teknologi eSIM juga memiliki kemampuan untuk menggunakan dan menyimpan banyak profil. Maksudnya adalah, jika pengguna ponsel ingin mengganti jaringan karena bepergian ke luar negeri, maka tak perlu menukar kartu SIM.

Selain itu, eSIM juga memiliki dukungan telco-netral, yang akan memudahkan penggunanya mengganti status eSIM dari layanan pasca-bayar ke layanan pra-bayar, begitupun sebaliknya.

Sementara secara fisik, karena eSIM tertanam dalam papan motherboard ponsel, akan memungkinkan desain ponsel masa depan akan menjadi lebih tipis, karena bisa jadi produsen akan menghilangkan slot kartu SIM.

Bagi pihak operator seluler, eSIM akan menjadi alat yang menghubungkan lebih banyak perangkat dari berbagai industri, membuka pasar baru, dan berpotensi meningkatkan jumlah pelanggan secara signifikan.

Perjalanan panjang teknologi eSIM

Dalam perjalanannya, teknologi eSIM seperti digambarkan dalam infografis di bawah ini disebutkan dimulai sejak 2013 melalui koneksi antar-perangkat (M2M devices). Lalu pada 2016, barulah spesifikasi eSIM diterapkan pada perangkat yang digunakan oleh konsumen, seperti pada jam tangan pintar (smart watch) misalnya.

Pada 2017, eSIM merambah pada perangkat lain, seperti laptop yang membutuhkan koneksi internet secara langsung. Dan, laptop PixelBook serta ponsel Pixel 2 series dari Google adalah laptop dan ponsel pertama yang menggunakan teknologi ini. Teknologi ini juga diperkenalkan pada ajang MWC 2017.

Lalu pada 2018, produsen Apple juga menyuntikkan teknologi eSIM untuk pertama kali pada perangkat iPhone mereka, diikuti Motorola yang pada 2019 berhasil menjual ponsel berbasis teknologi eSIM.

Lalu pada 2020, penggunaan teknologi eSIM pun nyatanya semakin masif. Hal itu dibuktikan dengan disediakannya layanan eSIM oleh 155 mobile service provider. Lain itu, beberapa produsen gawai seperti Samsung dan Huawei juga meliris produk ponsel dan laptop berbasis eSIM yang berjalan pada jaringan 5G.

milestone esim
info gambar

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mustafa Iman lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mustafa Iman. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini