Mencoba Wisata 12 Jam di Kota Banda Aceh, Cocok untuk Solo Travelling!

Mencoba Wisata 12 Jam di Kota Banda Aceh, Cocok untuk Solo Travelling!
info gambar utama

#WritingChallengeGNFI #CeritadariKawanGNFI

Sudah bukan rahasia umum lagi, banyak penduduk kota Medan dan Banda Aceh yang sering melakukan perjalanan antar dua kota tersebut saat hari libur tiba. Tujuannya beragam, mulai dari keperluan bisnis, keluarga, kesehatan hingga sekedar cuci mata.

Biasanya, mereka berangkat pada Jumat malam dan kembali pada Minggu malam. Perjalanan Medan—Banda Aceh sendiri dapat ditempuh dalam waktu 12 jam, begitu juga sebaliknya. Pada umumnya, para pelancong menghabiskan seluruh keperluan bisnis mereka pada hari Sabtu dan menyisakan waktu luang pada hari Minggu.

Nah, karena pada Minggu malamnya mereka sudah balik, artinya tersisa waktu 12 jam di Banda Aceh yang bisa dimanfaatkan untuk berwisata, dari pagi hingga sore hari. Kira-kira dengan waktu yang tersisa, para pelancong harus pergi kemana, ya? Berikut 5 tempat wisata di kota Banda Aceh yang bisa dikunjungi dalam waktu 12 jam saja.

1.Masjid Raya Baiturrahman

Foto Mesjid Baiturrahaman pada pagi hari.
info gambar

Tak lengkap rasanya, jika tidak mengunjungi masjid ini saat ke Banda Aceh. Mesjid ini dibangun pada tahun 1612 M oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam. Masjid bergaya arsitektur India kuno ini terletak tepat di tengah kota Banda Aceh.

Kawan bisa mengawali wisata 12 jam, dimulai dari sini. Pergilah ke masjid ini pada pagi hari. Angin sejuk dan cuaca tidak terlalu panas sangat pas untuk menemani Kawan menikmati suasana di masjid ini.

Jika kawan seorang muslim, Kawan bisa jelajah mulai dari bagian basement masjid, tempat wudu, dan kemudian melaksanakan salat di dalam masjid. Setelahnya, puaskanlah mata dan kamera Kawan untuk mengabadikan keindahan interior dalam masjid.

Dinding, tangga marmer, dan lantai masjid ini berasal dari Tiongkok. Jendela kaca bagian atas, pintu kayu berdekorasi, lampu hias gantung, serta batu-batu bangunan berasal dari Belanda. Semua berpadu indah bagai membentuk sebuah lukisan yang indah.

Pergilah ke halaman masjid, kemegahan mesjid ini dapat tertangkap sempurna oleh mata. Singgah juga ke bagian menara masjid. Jika Kawan beruntung, Kawan bisa naik ke atas menara dan melihat pemandangan Banda Aceh. Selain pagi, sore hari juga merupakan waktu yang tepat untuk berkunjung ke masjid ini. Warna jingga di langit sore, menimbulkan sisi romantisme dari mesjid ini.

2. Komplek Taman Bustanussalatin

Lereng rumput di taman Bustanussalatin
info gambar

Lokasi taman ini berada diantara Masjid Raya Baiturrahman dan Museum Tsunami, atau tepat di depan Balai Kota Banda Aceh. Dahulunya, taman ini adalah tempat bercengkrama keluarga Sultan Aceh. Seiring berjalan waktu, taman ini kini difungsikan untuk kepentingan warga dan menjadi salah satu lokasi untuk acara bertaraf lokal maupun nasional.

Berjalan kaki adalah pilihan terbaik untuk menikmati taman ini. Deretan pohon flamboyan, Ketapang kencana, dan tanaman hias lain terawat rapi. Cukup banyak spot foto untuk yang bisa Kawan explore. Seperti bangunan putih yang bertuliskan "Bustanussalatin Kota Banda Aceh".

Naiklah sampai puncak bangunan. Kawan bisa melihat lanskap kota Banda Aceh dari sini. Tak lupa, kawan juga bisa memotret Masjid Baiturrahman dalam bingkai khas dari atas. Terdapat tiga tangga untuk mencapai puncak bangunan ini, di tengah dan di sisi kanan kiri bangunan.

Bila lelah, istirahat saja di lereng rumput hijau dari bangunan ini atau tangga yang ada. Biasanya menjelang sore atau malam hari, lereng rumput ini ramai oleh penduduk setempat.

3. Museum Tsunami

Ruangan replika ombak tsunami
info gambar

Gempa bumi dan tsunami dahsyat menghantam Nanggroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004 silam. Gempa bumi 9,1 skala richter meluluhlantakan bangunan dan menimbulkan tsunami skala besar. Peristiwa itu merenggut sekitar 227 ribu jiwa.

Untuk mengenang tsunami dahsyat tersebut, sejumlah lembaga, yaitu Badan Rekonstruksi dan Aceh-Nias, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Daerah Aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh, dan Ikatan Arsitek Indonesia memprakarsai pembangunan Museum Tsunami Aceh.

Museum yang dirancang oleh Ridwan Kamil ini, buka mulai pukul 09.00 WIB dengan harga tiket masuk Rp10.000 saja. Di awal pintu masuk, Kawan akan disuguhi penampilan helikopter yang rusak akibat tsunami. Selesai melewati pintu masuk, kawan akan memasuki lorong yang akan membawa Kawan pada suasana saat kejadian tsunami.

Ujung dari lorong adalah ruangan yang disebut sebagai sumur doa. Sumur doa adalah sebuah ruangan berbentuk tabung yang mengerucut pada bagian atas. Pada dinding-dinding ruangan ini tertempel seluruh nama korban tsunami saat itu.

Berikutnya, Kawan akan menyebrang melalui sebuah jembatan yang menanjak. Di jembatan ini Kawan bisa melihat semua bendera negara-negara yang membantu Indonesia pasca kejadian tsunami. Di bawah jembatan terdapat sebuah kolam berbentuk elips. Di seluruh pinggir kolam terpasang bolard bulat terbuat dari batu yang terukir nama-nama negara penolong juga.

Ruangan berikutnya, tepatnya di lantai 2. Sebuah ruangan audio visual yang memutar film dokumenter berdurasi 20 menit tentang kejadian tsunami kala itu. Usai menonton, bergeraklah ke sisi sebelah kiri. Kawan akan memasuki ruang pameran temporer. Seperti namanya, isi pameran ini bersifat sementara.

Ruangan pameran berikutnya ialah ruangan replika yang menggambarkan peristiwa gempa dan tsunami sebelum, sesaat, dan sesudah tsunami. Terdapat sebuah ruangan memanjang, lantainya berliku-liku, dan di dindingnya terdapat foto ombak yang tinggi dan panjang. Sesaat Kawan akan langsung sadar kalau ruangan ini adalah replika dari ombak tsunami saat menerjang.

Ketinggian lukisan ombak ini dibuat dengan skala 1:1. Jadi, Kawan bisa membayangkan sendiri, setinggi apa ombak yang menghantam Nangroe Aceh Darussalam saat tsunami datang.

Ruangan terakhir adalah ruangan pasca tsunami. Kawan akan diperlihatkan tiang-tiang bangunan yang tersisa, puing-puing bangunan yang berserakan, dan hancurnya kendaraan pasca ombak tsunami menerjang.

Museum Tsunami adalah museum yang wajib Kawan kunjungi saat berada di Banda Aceh. Kawan bisa mendapatkan pengalaman menakjubkan serta mengingatkan betapa kecilnya kita di alam semesta ini, serta betapa besarnya kuasa Tuhan.

4. PLTD APUNG 1

PLTD Apung 1
info gambar

Lokasi PLTD APUNG 1 cukup jauh dari ketiga lokasi di atas bila dituju dengan berjalan kaki. Gunakanlah kendaran untuk mempersingkat perjalanan Kawan. Tidak ada biaya yang dipungut saat berkunjung ke sini. Deretan kios suvenir, dan lahan parkirlah yang menjadi penyambut.

Sebelum menjadi museum, kapal dengan panjang 63 meter ini mampu menghasilkan daya sebesar 10,5 megawatt. Dengan luas mencapai 1.900 meter persegi dan bobot 2.600 ton, tidak ada yang membayangkan kapal ini dapat bergerak hingga ke tengah Kota Banda Aceh.

Ketika tsunami terjadi pada 26 Desember 2004 lalu, kapal ini terseret gelombang pasang setinggi 9 meter sehingga bergeser ke Kota Banda Aceh sejauh 5 kilometer, dari posisi awal di pantai Ulee Lheue.

Tidak banyak yang bisa dilihat dalam kapal berlantai dua ini selain infografis dan video di LCD yang tersebar di seluruh ruangan. Infografis yang disajikan merupakan informasi mengenai sejarah kapal, rute perjalanan kapal, hingga kejadian saat tsunami.

Puas melihat keadaan dalam kapal, Kawan bisa keluar dan menyisir badan luar kapal sembari menikmati area sekeliling kapal. Pada area luar kapal, dibangun dinding dengan relief menyerupai gelombang air bah. Terdapat juga runtuhan rumah asli penduduk yang diterjang gelombang tsunami. Runtuhan ini masih asli dan dijaga keberadaannya.

Di ujung kapal, terdapat tangga yang bisa digunakan untuk naik ke lantai paling atas kapal. Dari lantai atas, Kawan bisa melihat lanskap kota Banda Aceh yang menakjubkan. Rangkaian pegunungan Bukit Barisan membentuk setengah lingkaran, seolah menjadi tembok pelindung kota ini. Kawan bisa melihat Pantai Ule Lheue tempat kapal ini bersandar saat itu.

5. Pantai Ulee Lheue

Pantai Ulee Lheue | Foto: Native Indonesia
info gambar

Pantai ini berjarak 5 kilometer dari lokasi Museum PLTD Apung I. Tepatnya, berada di desa Ulee Lheue, Kecamatan Meuraksa, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Berada tepat di sepanjang Jalan Pelabuhan Ulee Lheue yang digunakan sebagai penyebrangan, untuk menuju Pulau Weh.

Banyak aktivitas yang bisa Kawan lakukan di sini. Mulai dari memancing, bermain di pantai, bersantai di bawah pohon cemara, menikmati sunset, jogging, menikmati kuliner, hingga bersepeda. Kawasan ini mulai ramai saat sore hari. Untuk masuk ke kawasan pantai ini, Kawan tidak akan dipungut biaya, jadi tetap jaga kebersihan saat berada di sini, ya.

Itulah 5 tempat wisata yang bisa Kawan kunjungi di kota Banda Aceh dari pagi sampai sore hari, sebelum Kawan melanjutkan aktivitas lain di malam hari. Jangan lupa untuk wisata kuliner dan berburu oleh-oleh disela-sela mengunjungi berbagai wisata tadi, ya.*

Referensi:DetikTravel | InvestorDailyIndonesia | IndonesiaKaya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini