Wow! Indonesia Punya 21 Juta Ton Cadangan Nikel Senilai Rp5.880 Triliun

Wow! Indonesia Punya 21 Juta Ton Cadangan Nikel Senilai Rp5.880 Triliun
info gambar utama

Dunia mengakui bahwa negeri kita adalah sumber nikel terkemuka di dunia. Alam Indonesia mengandung jutaan ton nikel yang diprediksi tidak akan habis hingga beberapa dekade kedepan. Namun sebentar, sudahkah kawan GNFI tahu lebih jauh apa itu nikel dan kegunaannya?

Nikel sendiri merupakan mineral tambang yang keras tetapi bisa dibentuk. Mineral ini pertama kali ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1971 dan diberi nama kupfernickel (nikolit). Awalnya, nikel dianggap sebagai logam pengotor pada tembaga. Namun, kemajuan teknologi membuat para peneliti berhasil mengungkap manfaat nikel sebagai logam berharga.

Sementara dikutip dari situs Kementerian Perindustrian, nikel adalah salah satu jenis logam. Logam ini memiliki julukan "the mother of industry", artinya merupakan tulang punggung yang mendukung sektor industri lainnya, misalnya elrktonik dan otomotif.

Manfaat dan kegunaannya cukup beragam, mulai dari bahan baku baja anti karat (stanless steel), bahan pembuat kawat, bahan pembuat rangka otomotif, bahan pembuat peralatan rumah tangga (sendok, garpu dll) dan manfaat nikel yang tak kalah penting adalah menjadi bahan utama pembuatan baterai.

Berbeda dengan baterai sekali pakai, baterai yang terbuat dari nikel merupakan baterai sekunder yang bisa diisi ulang. Dua jenis baterai berbahan nikel yang populer dan paling banyak digunakan adalah Lithium-ion (Li-ion) Nickel-Cadmium (Ni-Cd) dan Nikel Metal Hidrida (NiMH).

Jenis baterai berbahan dasar nikel kerap dimanfaatkan sebagai sumber energi peralatan elektronik, termasuk smartphone dan bahan bakar kendaraan listrik. Sederet manfaat dan kegunaannya membuat nikel disebut sebagai mineral paling berharga selain emas dan berlian.

Baca juga: Tesla Siap Bangun Pabrik Mobil Listrik di Indonesia

Salah satu lokasi tambang nikel di Kepulauan Halmahera © sahabattambang.org
info gambar

Pada tahun 2020 produksi nikel Indonesia diperkirakan mencapai 760 ribu ton dan berkontribusi terhadap 30% dari output global. Meskipun produksinya menurun sebanyak 11% dari tahun 2019 (853 ribu ton), Indonesia tetap kokoh sebagai raja nikel dunia. Bahkan mencatatkan selisih yang cukup jauh dari negara penghasil nikel terbesar ke-2 dunia, Fiipina.

Penurunan produksi nikel Indonesia rupanya berpengaruh terhadap penurunan priduksi global. Pada 2020 produksi nikel global diperkirakan mencapai 2,5 juta ton, menurun 4,2% year on year (yoy) dibanding tahun sebelumnya yang menyentuh angka 2,61 juta ton.

Dikutip dari CNBC Indonesia, pandemi covid-19 mengakibatkan harga logam nikel anjlok ke harga $11.000/ton di London Metal Exchange (LME) sehingga produksi pun ikut menurun.

Kabar baiknya, berdasarkan riset DBS dan Goldman Sach, pada 2021 harga logam nikel dperkirakan bakal menguat dan tembus $20.000/ton.

Baca juga: Siapa Sangka, Indonesia Adalah Produsen Nikel Terbesar di Dunia

Salah satu pemicunya adalah pesatnya pertumbuhan penjualan mobil listrik. Jika sebelum pandemi penjualan mobil listrik mencapai 2,26 juta unit. Maka tahun lalu pendualannya naik 43% secara year on year (yoy) menjadi 3,24 juta unit. Padahal penjualan mobil secara umum sedang menurun.

Banyak pihak memprediksi, penggunaan baterai listrik akan semakin pesat di masa depan. Sehingga permintaan nikel akan semakin tinggi. Sementara defisit pasokan bakal membuat harga nikel terus melonjak. Hal tersebut menjadi keuntungan tersendiri bagi Indonesia.

Dalam laporan tim EV Battery BUMN, cadangan nikel Indonesia ditaksir mencapai 21 juta ton atau setara dengan 22% dari cadangan nikel global. Jika dikonversi dengan harga $20.000/ton (harga versi DBS dan Goldman Sach), nominalnya mencapai $420 miliar atau jika dikonversi ke rupiah (kurs Rp14.000) nilainya mencapai Rp5.880 triliun. Sungguh fantastis!

==

Sumber Referensi: U.S Geological Survey | Goldman Sach | Cnbc Indonesia | Indihome.co.id | Kementerian Perindustrian RI

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Iip M. Aditiya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Iip M. Aditiya. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini