Mengenal Nglanggeran, Peraih Desa Wisata Terbaik se-ASEAN

Mengenal Nglanggeran, Peraih Desa Wisata Terbaik se-ASEAN
info gambar utama

Jika ada tempat yang masuk daftar destinasi wisata wajib dikunjungi setelah pandemi berakhir, Desa Nglanggeran, Yogyakarta adalah tempatnya.

Berbagai jenis wisata dapat kita temui di desa yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai desa wisata terbaik ASEAN ini. Mulai dari wisata alam, situs geologi, wisata sejarah, wisata kuliner, dan lain-lain.

Desa wisata ini berlokasi di Jogja, tepatnya di Kecamatan Patok, Kabupaten Gunung Kidul. Pengunjung dapat menikmati berbagai destinasi wisata menarik seperti gunung api purba, ekowisata paling primadona di desa Nglanggeran.

Selain itu, terdapat pula Embung Nglanggeran, Air Terjun Talang Purba, Air Terjun Kedung Kandang, Kampung Pitu, serta pusat kuliner cokelat tradisional, Griya Cokelat Nglanggeran.

Berikut paparannya:

Gunung Api Purba

Gunung Api Purba Nlanggeran | Foto: Mohpradana/instagram.com
info gambar

Gunung Api Purba adalah wisata pertama yang wajib Anda kunjungi saat tiba di Desa Nlanggeran. Merupakan salah satu dari tiga gunung purba di Pulau Jawa, gunung api yang pernah aktif jutaan tahun yang lalu ini tersusun dari material vulkanik tua yang membentuk pegunungan batu berukuran raksasa.

Perlu diketahui pula, Gunung Api Purba Nlanggeran adalah salah satu situs geologi yang memperoleh penghargaan terbaik tourism karena merupakan wisata berwawasan lingkungan yang mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan sosial budaya ekonomi, masyarakat lokal, pembelajaran serta pendidikan.

Oleh karena itu, selain tempat wisata, bagian dari Taman Bumi Gunung Sewu Geopark ini juga dapat dijadikan laboratorium alam untuk penelitian dan pendidikan.

Disini kita juga dapat melakukan aktivitas liburan seperti homestay, berkemah dan mendaki atau trekking ringan ditemani dengan barisan tebing dan undakan sawah terasering yang memanjakan mata.

Kita juga dapat menatap sunrise keungu-unguan pada pagi hari, sunset dengan cahaya jingga di sore hari atau taburan bintang-bintang di malam hari. Tak hanya itu, tersedia juga atraksi seru seperti flying fox dan rock climbing.

Atraksi Rock Climbing di Desa Wisata Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta | Foto: gunungapipurba/instagram.com
info gambar

Sempat tutup di awal pandemi, kini kawasan Gunung Api Purba sudah beroperasi kembali dengan sejumlah peraturan protokol kesehatan yang harus ditaati. Jika Anda ingin mengunjunginya di masa pandemi, kawasan Gunung Api Purba belum beroperasi 24 jam seperti biasanya, namun hanya buka pada 07.00 WIB dan tutup pada 17.00 WIB.

Di masa pandemi kawasan kemah hanya dibuka pada Sabtu dan Minggu dengan kapasitas tenda dibatasi hanya dua ratus orang dengan satu orang satu tenda. Adapun jika Anda tidak membawa tenda pribadi, pihak pengelola Gunung Api Purba juga menyediakan perlengkapan adventure yang dapat disewa.

Protokol lainnya terkait aktivitas berkemah adalah tidak diperbolehkan memasang tenda di area puncak, karena akan sulit bagi pihak pengelola untuk memantau protokol pandeminya.

Sebelum memasuki kawasan objek wisata, ada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah disiapkan, yakni setiap pengunjung harus memakai masker selama di kawasan objek wisata, melakukan cuci tangan, memakai hand sanitizer serta dicek suhu tubuhnya oleh petugas yang berjaga. Wisatawan juga diatur saat antre pembelian tiket di loket.

Simulasi Pembukaan Pariwisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta di Masa Pandemi | Foto: Markus Yuwono/Kompas.com
info gambar

Jika tidak ingin berkemah, teman-teman dapat memanfaatkan paket penginapan mulai dari 2 hingga 7 hari, contohnya di Kopilimo Café dan Homestay atau rumah warga yang disewakan dengan harga Rp75.000-150.000/malam/orang.

Namun di masa pandemi, wisatawan hanya diperbolehkan menginap/homestay di hari Sabtu dan Minggu, karena sebagian besar pemilik penginapan yang dikelola warga merupakan kelompok usia rentan tertular.

Selain berkemah dan homestay, Desa Nglanggeran juga membuka kunjungan untuk wisatawan yang ingin mendaki. Dengan ketinggian puncak hanya 700 meter diatas permukaan laut, aktivitas pendakian dapat dilakukan bahkan untuk anak-anak maupun lansia.

Waduk Nglanggeran

Wisata Embung Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta | Foto: lensanuswantara/instagram.com
info gambar

Sekitar 1,5 km dari wisata Gunung Api Purba, kita dapat mengunjungi destinasi wisata lainnya, yakni Waduk Nglanggeran, atau penduduk setempat biasa menyebutnya Embung. Perjalanan dari Gunung Api Purba menuju waduk akan ditemani barisan pohon kakao, juga peternakan kambing etawa kelompok Purbaya.

Disediakan mobil pikap sebagai kendaraan para wisatawan yang ingin melakukan perjalanan menuju waduk. Berlatar panorama gugusan batuan purba yang mengagumkan, tak salah jika danau buatan berwarna hijau ini menjadi tempat favorit para wisatawan untuk bersantai. Adapun tampungan air waduk tersebut digunakan para petani untuk mengairi kebun dan sawah.

Air Terjun Talang Purba dan Kedung Kandang

Air Terjun Kedung Kandang, Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta | Foto: Fajar Budi/jogjapost.com
info gambar

Selain Gunung Api Purba dan Embung Nglanggeran, di Nglanggeran juga terdapat dua air terjun populer, yakni Air Terjun Talang Purba dan Air Terjun Kedung Kandang. Keduanya memiliki karakteristik yang sama, dengan aliran air yang bertingkat, bebatuan licin dan lokasinya berada di daerah persawahan menambah kesan asri dan natural pada kedua air terjun tersebut.

Yang perlu diketahui oleh Anda, bahwa kedua air terjun ini merupakan air terjun musiman, yaitu deras saat musim penghujan namun kering saat musim kemarau. Oleh karena itu, sebaiknya disarankan mengunjunginya pada musim penghujan.

Lain itu, karena terletak di daerah persawahan, membuat airnya juga digunakan warga untuk keperluan irigasi.

Pesona mistis Kampung Pitu

Ritual Penduduk Kampung Pitu Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta | Foto: Dewi Yuliantini/suara.com
info gambar

Wisata terakhir yang dapat kamu kunjungi di Desa Nglanggeran adalah Kampung Pitu. Kampung pitu adalah destinasi wisata yang menarik sekaligus penuh sejarah mistis, yang merupakan sebuah desa di puncak timur situs gunung api purba Nglanggeran dengan ketinggian 740 mdpl.

Terdapat aturan adat yang mengharuskan hanya tujuh keluarga yang tinggal disana. Tak kurang, tak lebih, itulah mengapa kampung tersebut dinamai Kampung Pitu (tujuh). Barang siapa yang melanggar pantangan aturan ini, diyakini akan kehilangan nyawa atau menerima marabahaya lainnya.

Kendati demikian, tradisi tujuh keluarga itu juga yang membuat Kampung Pitu juga bebas dari risiko polusi udara dan suara karena mata pencaharian warganya adalah bertani dan berkebun sehingga udara di Kampung Pitu sejuk dan subur.

Bagi para pelancong yang tertarik untuk merasakan keindahan pemandangan, wisata unik dan sejumlah atraksi seru di Nglanggeran, teman-teman dapat mengakses lokasinya dengan mudah melalui berbagai jalur.

Misalnya, dari Bandara Adisucipto Yogyakarta, perjalanan dapat ditempuh menggunakan sepeda motor atau mobil dengan jarak sekitar 20 km atau 45 menit berkendara.

Jika Anda ingin menggunakan kendaraan umum, bisa naik bus jurusan Jogja–Wonosari dari Terminal Giwangan atau Perempatan Ketandan (Ringroad), kemudian turun di Polsek Patuk. Perjalanan dilanjutkan dengan naik ojek hingga basecamp Gunung Nglanggeran. Harga tiket masuk ke desa Nlanggeran hanya dibanderol Rp7.000 (siang) dan Rp.9000 (malam).

Jadi, kapan mau berkunjung ke desa wisata Nglanggeran?*

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
MI
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini