Yuri Gagarin, Manusia Pertama di Luar Angkasa dan Simbol Persahabatan Indonesia-Rusia

Yuri Gagarin, Manusia Pertama di Luar Angkasa dan Simbol Persahabatan Indonesia-Rusia
info gambar utama

Kosmonot Yuri Alekseyevich Gagarin menjadi orang pertama yang melakukan perjalanan ke luar angkasa pada 12 April 1961. Gagarin yang saat itu berumur 27 tahun, juga menjadi orang pertama yang mengorbit Bumi.

Dirinya menggunakan pesawat ruang angkasa Vostok 1, Gagarin mengorbit pada ketinggian maksimum 187 mil dan sepenuhnya dipandu oleh sistem kontrol otomatis.

Dilansir dari History, satu-satunya pernyataan yang dikaitkan dengan Gagarin selama satu jam 48 menit di ruang angkasa adalah, "Penerbangan berjalan normal, saya baik-baik saja."

Namun saat melakukan pendaratan tidak berjalan dengan lancar. Kabel yang menghubungkan modul Vostok dan modul layanan gagal berpisah dengan baik, sehingga menyebabkan guncangan besar ketika memasuki atmosfer bumi.

Gagarin terlempar sebelum mendarat dan terjung payung dengan selamat di dekat Sungai Volga. Keberhasilan ini pun membuat ia mendapat anugerah Ordo Lenin dan diberi gelar pahlawan Uni Soviet.

Sebuah keberhasilan yang memberikan pukulan besar bagi Amerika Serikat yang telah menjadwalkan penerbangan antariksa pertama pada Mei 1961. Monumen dan jalan-jalan diganti dengan nama Yuri Gagarin sebagai bentuk penghormatan

Patung Yuri Gagarin sebagai simbol persahabatan

Bukan hanya di Rusia, sebagai bentuk hubungan bilateral antara Indonesia dan Rusia (Uni Soviet) selama 70 tahun. Pemerintah Rusia memberikan hadiah patung Yuri Gagarin.

Patung Yuri Gagarin dengan tinggi 282 cm. Memiliki lebar antar-lengan 225 cm, lebar dasar 145x175 cm dengan bobot 500 kg. Seluruh material terbuat dari perunggu itu merupakan karya dari seniman Rusia, AD Leonov.

Patung ini diletakkan di Taman Mataram, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan patung yang merupakan manusia pertama asal Uni Soviet yang pergi ke luar angkasa.

"Patung Yuri Gagarin ini menandai persahabatan ke-70 tahun Indonesia-Rusia, dan persahabatan kita ditandai dengan pertukaran pelajar sejak tahun 1950-an. Di Jakarta ini banyak tanda-tanda dari persahabatan itu. Pertama, ada RS Persahabatan Rusia-Indonesia, kedua Stadion GBK, dan sekarang ada Patung Yuri Gagarin," kata Anies dalam keterangan resminya, seperti ditulis Kumparan, Senin (12/4/2021).

Pada gilirannya, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva, menekankan bahwa peresmian patung Yuri Gagarin merupakan simbol sekaligus bukti bahwa kedua negara memiliki hubungan yang semakin kuat dalam berbagai bidang, baik ekonomi, politik, maupun antar-masyarakat.

“Hubungan Indonesia-Rusia selalu dilakukan dengan prinsip saling menghormati dan menguntungkan. Saat ini, kepercayaan menjadi dasar bagi kita untuk memperkuat hubungan kita, baik dalam segi bilateral, maupun multilateral,” kata Vorobieva.

Yuri Gagarin memang bukan hanya menjadi simbol Uni Soviet saat itu, tapi keberhasilannya memberi insipirasi kepada Indonesia. Sedikit hal dari eratnya hubungan antara Indonesia-Uni Soviet (Rusia) pada masa lampau.

Hubungan diplomatik Indonesia-Uni Soviet

Yuri Gagarin yang berhasil menjelajah ruang angkasa selama 108 menit dan satu kali mengelilingi orbit bumi, juga menandai era baru eksplorasi antariksa dan menjadi salah satu inspirasi Indonesia dalam pengembangan ilmu antariksa dan proyek roket nasional.

Sejak momen itulah, Pemerintah Indonesia membentuk Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN). Sebagai penghargaan atas capaian tersebut, Presiden Republik Indonesia Sukarno pada Juni 1961 menganugerahkan Penghargaan Tertinggi Kelas II Republik Indonesia kepada Kolonel Angkatan Udara, Yuri Gagarin.

Selain patung Yuri Gagarin, banyak simbol atau tonggak lainnya tentang hubungan kedua negara yang dibangun di seantero Jakarta. Seperti Tugu Tani atau Patung Pahlawan yang terletak di Menteng Raya, Jakarta Pusat.

Monumen itu adalah hadiah dari pemerintah Uni Soviet. Diresmikan oleh Presiden Sukarno pada 1963 sebagai bukti hubungan kuat Jakarta dengan Moskow kala itu. Monumen-monumen yang merupakan karya pematung tersohor Rusia Matvey Manizer dan Otto Manizer itu juga merupakan simbol dari perjuangan rakyat memerdekakan Indonesia.

Sebuah prasasti yang ditulis dalam bahasa Indonesia di podium Tugu Tani ini berbunyi: "Hanya bangsa yang dapat menghargai pahlawan-pahlawannya yang dapat menjadi bangsa besar."

Bukan hanya karya seni seperti patung. Uni Soviet pada zaman 1960-an juga turut membantu pengembangan rumah sakit Persahabatan Jakarta Timur sebagai satelit dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada 1961 yang dipimpin langsung oleh para insinyur Rusia.

Kemudian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan yang dibangun atas kerja sama pemerintah Indonesia dengan Uni Soviet--diresmikan pada 7 November 1963, bertepatan dengan peringatan 46 tahun Revolusi Oktober 1917.

Kini RSUP Persahabatan memiliki kerja sama dengan Rusia dalam pengembangan penyakit pernapasan maupun pertukaran dokter. RSUP Persahabatan adalah rumah sakit pemerintah kelas A dan merupakan rujukan nasional dalam penyakit pernapasan seperti TBC maupun penanganan infeksi virus seperti Covid-19.

gelora bung karno
info gambar

Rekam jejak hubungan RI-Rusia yang paling fenomenal adalah Stadion Utama Gelora Bung Karno. Arena olahraga ini bukan saja sebagai tonggak utama Jakarta melainkan juga menjadi kebanggaan Asia. Berawal dari kunjungan Presiden Sukarno ke Moskow pada 1956.

Saat itu, Sukarno amat terkesan dengan arsitektur megah the Grand Arena of the Central Lenin Stadium (kini Stadion) Luzhniki yang berkapasitas 100 ribu penonton.

Dari sana, begitu Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games tahun 1962, Bung Karno mendorong dibangunnya kompleks Gelora Bung Karno dengan stadion utama sebagai pusat arena olahraganya. Maka, ide Stadion Utama GBK terlaksana berkat dukungan dana maupun asistensi dari para insinyur maupun arsitek Soviet berkolaborasi dengan arsitek Indonesia.

Menurut Yuke Ardhiati dalam bukunya "Bung Karno Sang Arsitek" (2005), sebagai seorang arsitek, Sukarno turut mempersiapkan rancangan Stadion Utama GBK tersebut. Ia merealisasikan konsep atap "temu gelang", agar para penonton merasa nyaman dalam menyaksikan pertandingan olahraga. Terbebas dari hujan dan terik matahari karena iklim tropis Indonesia.

Selain Indonesia, Rusia pun menjadikan Ir Soekarno menjadi sebuah masjid di Saint Petersburg, Rusia. Masjid bernama Blue Mosque alias Masjid Soekarno itu berdiri megah dengan dinding dan ukiran berwarna biru.

Soekarno dinilai berjasa oleh warga muslim di Rusia karena berhasil menghidupkan kembali masjid tersebut. Sebelumnya, saat era Uni Soviet, masjid tersebut ditutup dan tidak diperbolehkan untuk digunakan oleh umat muslim di Rusia.

Bahkan masjid tersebut sempat beralih fungsi menjadi gudang. Namun, semuanya berubah ketika Soekarno berkunjung ke Rusia dan kembali menjadikan masjid tersebut sebagai tempat ibadah hingga sekarang.

Kedepan tentunya diharapkan Indonesia akan terus terlibat dalam kancah dunia, menjalin persahabatan dengan bangsa mana pun.

Semoga persahabatan antara Rusia-Indonesia telah dijalin sejak masa Presiden Soekarno menjabat, makin erat dan membuka peluang kerja-kerja bersama baru ke depan antar kedua bangsa.

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini