Beradaptasi dengan Zaman, Apakah Kita juga Harus Berkembang?

Beradaptasi dengan Zaman, Apakah Kita juga Harus Berkembang?
info gambar utama

Pernahkan Kawan merasa bahwa manusia di dunia ini semakin banyak, khususnya di Indonesia? Iya. Memang betul, negara kita menempati posisi keempat sebagai negara terbanyak penduduknya di dunia. Namun, faktanya juga Indonesia sedang dihadapkan dengan bonus demografi. Apa sebenarnya bonus demografi? Bagaimana dampaknya?

Bonus demografi adalah di mana angkatan kerja atau umur produktif lebih besar daripada usia tua. Hal ini dapat mengakibatkan keuntungan atau kerugian bagi negara yang mengalami fenomena bonus demografi. Indonesia sedang menghadapi bonus demografi, pemerintah maupun masyarakat harus bersiap-siap akan terjadinya fenomena yang besar ini.

Dari berbagai bidang, telah dipersiapkan Indonesia demi kesuksesan berjalannya bonus demografi. Apabila Indonesia berhasil menghadapi bonus demografi, Indonesia akan mendapatkan keuntungan dari berbagai sektor bidang, seperti bidang ekonomi yang akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan dapat mengurangi beban usia muda.

Namun, bila Indonesia tidak mempersiapkan dengan matang, Indonesia pun akan mengalami kerugian. Mengapa? Hal itu dikarenakan membludaknya penduduk, bila masyarakat tidak mendapatkan pekerjaan atau tidak mempunyai keterampilan yang dimiliki setiap individu.

Hal itu akan mengakibatkan fenomena pengangguran dan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Sekarang, dapat diketahui bahwa bonus demografi adalah fenomena yang tidak bisa kita hindari, tetapi bisa diantisipasi.

Memiliki kesadaran untuk cekatan dalam satu bidang

Ilustrasi bonus demografi | Foto: Dasmap
info gambar

Hidup ini mempunyai ketergantungan dan keterkaitan satu sama lain. Pemerintah dengan masyarakat harus bergandengan untuk mewujudkan keberhasilan fenomena bonus demografi. Masyarakat harus sadar akan setiap orang akan saling bersaing dalam dunia kerja.

Maka dari itu, masyarakat usia produktif harus punya kesadaran untuk mempunyai keterampilan dan kompetensi, agar setiap orang siap bersaing menghadapi bonus demografi. Banyak faktor yang bisa dijadikan solusi untuk kelancaran bonus demografi. Di antaranya pendidikan serta pelatihan keterampilan yang akan menjadi bekal untuk setiap individu.

Dari sisi pendidikan, bisa ditanamkan keterkaitan antara sistem pendidikan dengan dunia pekerjaan, seperti pendidikan vokasional yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan saja melainkan mengajarkan kemampuan praktis. Dengan begitu, mahasiswa yang akan menjadi output dari institusi tersebut bisa diserap di dunia kerja.

Selain pendidikan vokasi yang perlu digaungkan kembali, penduduk usia muda juga perlu ditekankan untuk memiliki paradigma keterampilan kewirausahaan. Ketika penduduk usia muda sudah mampu menciptakan pekerjaan sendiri dengan membuat produk atau jasa tertentu, secara tidak langsung mereka akan melepaskan ketergantungannya kepada orang lain atau mampu hidup secara mandiri.

Apalagi, jika mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain, sumber daya manusia yang berkualitas pun dapat bermunculan. Dengan mampunya penduduk usia muda menciptakan lapangan pekerjaan, diharapkan mereka juga mampu menyerap tenaga kerja yang baik. Secara tidak langsung, penduduk usia produktif di Indonesia akan berkontribusi dalam menggerakkan roda perekonomian nasional.

Dari kejadian yang sedang terjadi memang terlihat bahwa keterampilan seseorang itu akan berdampak ke diri sendiri maupun cakupan yang luas. Banyak sekali sumber ilmu yang bisa dijadikan medium untuk sarana pengembangan keterampilan tiap individu.

Di era digital ini, untuk mendapatkan informasi terbilang mudah. Ingin mengetahui hal yang belum diketahui pun bisa langsung dicari dan langsung mendapatkan jawabannya. Mencari ilmu untuk menjadi individu yang berkembang sudah bisa didapatkan di mana saja, asal ada kemauan dari dalam diri sendiri.

Maka dari itu, tidak ada salahnya untuk selalu belajar memperkaya keterampilan diri. Mulai dari membaca buku yang dapat membangkitkan motivasi, belajar hal-hal baru, dan berani keluar dari zona nyaman.

Referensi: Berita Satu | Warta Ekonomi | Sujana Asep, A. G. (2019). Strategi Mencetak Siswa untuk Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 dan Meningkatkan Semangat Belajar dengan Konsep Law of Attraction bagi Siswa SMA/Sederajat di Lingkungan Mathla'ul Anwar Pandeglang. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 574.

Baca Juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FH
KO
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini