Sejarah Hari Ini (16 April 1916) - Mayor Dimara, Inspirator Patung Pembebasan Irian Barat

Sejarah Hari Ini (16 April 1916) - Mayor Dimara, Inspirator Patung Pembebasan Irian Barat
info gambar utama

Johannes Abraham Dimara merupakan tokoh pembebasan Irian Barat. Keberanian dan jasanya dalam usaha integrasi Irian Barat menjadi inspirasi berdirinya patung pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

Dimara lahir di Biak Utara, Papua, pada 16 April 1916. Pada usia 13 tahun, ia diambil sebagai anak angkat oleh Elias Mahubesi, seorang anggota polisi Ambon dan kemudian membawanya ke Ambon.

Di kota itu, Dimara menyelesaikan pendidikan setingkat sekolah dasar pada tahun 1930, kemudian memasuki sekolah pertanian di Laha. Dimara memiliki nama kecil Arabei.

Dari tahun 1935 sampai 1940 ia menempuh pendidikan sekolah agama (Injil). Sebagai lulusan sekolah agama, ia bekerja sebagai guru Injil di Kecamatan Leksuka, Pulau Buru.

Semangat patriotisme Dimara telah hadir sejak awal kemerdekaan. Ini terlihat pada tahun 1946, ia ikut serta dalam Pengibaran Bendera Merah Putih di Namlea, pulau Buru.

Memulai perjuangan

Saat awal kemerdekaan, info tentang proklamasi Indonesia tidak sampai ke wilayah Ambon, tempat tinggal Dimara. Hal ini karena wilayah Ambon saat itu masih dikepung oleh Belanda.

Kehadiran sejumlah anggota Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) dengan kapal Sindoro dan membawa merah putih ke daerahnya menjadi pintu awal tumbuhnya semangat nasionalisme.

Dimara menjadi salah satu dari 300 pemuda yang diselundupkan KM Sindoro. Pada aksi yang dilakukan pada 8 April 1946, mereka berhasil menyerbu Pos Polisi di Namlea.

Penyerbuan ini cukup heroik, karena Dimara dan pemuda lainnya merobek warna biru bendera Belanda. Kemudian mengibarkan bendera Merah Putih di Namlea.

Karena aksi inilah, Belanda murka. Akhirnya, Dimara bersama Patisahursiwa dan Ibrahim Kabau ditangkap, kemudian dibawa ke Ambon dan dipenjarakan hingga Desember 1949.

Setelah dibebaskan, Dimara tetap melanjutkan perjuangan dengan memimpin pasukan menumpas Republik Maluku Selatan (RMS) pimpinan Soumokil. Ia sempat tertembak lalu dievakuasi ke Rumah Sakit Stella Maris, Makassar. Disanalah ia berjumpa dengan Presiden Soekarno.

Terlibat dalam Trikora

Dimara mendapat tugas membentuk satu organisasi perjuangan pembebasan Irian Barat. Organisasi terbentuk ini diberi nama Organisasi Pembebasan Irian (OPI). Ia diangkat sebagai Pembantu Letnan Satu (Peltu), kemudian diberi jabatan Komandan Peleton Perhubungan Resimen Infranteri 25/Tentara dan Teritorium VIII di Pulau Seram.

Pada tahun 1950, dia diangkat menjadi Ketua OPI (Organisasi Pembebasan Irian Barat). Johannes menjadi anggota TNI dan melakukan infiltrasi pada tahun 1954 yang menyebabkan dia ditangkap oleh tentara Kerajaan Belanda dan dibuang ke Digul, hingga akhirnya dibebaskan tahun 1960.

Dimara menjadi salah satu contoh sosok orang muda Papua yang bersama Bung Karno ikut menyerukan Trikora di Yogyakarta. Ia juga turut menyerukan seluruh masyarakat di wilayah Irian Barat supaya mendukung penyatuan wilayah Irian Barat ke dalam pangkuan NKRI.

Akhirnya tercetuslah Perjanjian New York pada 1962, Abraham sebagai delegasi bersama Menteri Luar Negeri Indonesia. Hasil perjanjian yang mengharuskan Kerajaan Belanda menyerahkan Irian Barat menjadi bagian dari NKRI.

Ketika pawai 17 Agustus di depan istana (waktu itu belum ada Monas), Dimara mengenakan rantai yang terputus. Bung Karno melihat itu dan terinspirasi membuat patung pembebasan Irian Barat. Maka, dibuatlah patung pembebasan Irian Barat di lokasi yang hanya berjarak tidak sampai 1,5 km dari Istana negara, yakni di Lapangan Banteng.

Dimara meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 20 Oktober 2000. Atas segala jasanya, Ia mendapat tanda penghargaan dari pemerintah berupa Satyalancana Perang Kemerdekaan Kesatu dan Satyalancana Bhakti. Pemerintah RI juga menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres No. 113/TK/2011.

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini