5 Fakta Unik Nasi Sumsum, Makanan Khas Tangerang yang Melegenda

5 Fakta Unik Nasi Sumsum, Makanan Khas Tangerang yang Melegenda
info gambar utama

Penulis: Habibah Auni

Tangerang, kota yang disebut-sebut sebagai kembaran ibu kota Jakarta. Di sini banyak sekali pabrik-pabrik besar, jumlahnya menyamai jumlah rumah. Penduduknya pun tak kalah memadati ruas jalan dan seisi kota, menjadikan Tangerang sebagai sebenar-benarnya kota industri.

Namun, industrialisasi inilah yang membawa Tangerang ke pintu keistimewaan, yaitu terbuka banyak destinasi wisata. Karena semakin banyak jumlah penduduk dan gedung-gedung pencakar langit, semakin banyak pula restoran, warung makan, situs sejarah, dan fasilitas lainnya.

Jika tidak percaya, cobalah Kawan GNFI bertandang langsung ke Kota Tangerang. Ada pula warung makan yang hanya terdapat di Tangerang, tidak ada cabang-cabangnya di kota lain. Makanan langka yang menghadirkan aroma sedap dan cita rasa lokal.

Tak jarang warga Tangerang membanggakan makanan ini. Ialah nasi sumsum, makanan khas Tangerang yang unik, istimewa, langka, dan melegenda.

Hidangan lezat yang bersarang di kedai makan Puri, Pasar Lama, Serang ini berwujud nasi bakar dengan seluruh permukannya dibaluti dengan daun pisang. Harumnya memanjakan hidung dan membuat lidah menari saat mencicipinya.

Seperti apa, ya, keistimewaan nasi sumsum ini? Berikut 5 fakta unik yang ada pada nasi sumsum yang harus Kawan GNFI ketahui.

1. Diciptakan untuk menjaga lingkungan

Konon, nasi bakar sumsum diciptakan karena seorang tukang potong hewan melihat banyak sisa-sisa tulang berserakan di tempat bekerjanya. Ia berpikir kalau sisa-sisa tulang itu bakal mubazir jika dibiarkan tergeletak begitu saja, tanpa diolah lebih lanjut.

Kemudian, si tukang potong hewan membawa pulang sisa-sisa tulang. Di rumah, dipecahkannya sisa tulang agar hasil cacahannya bisa dijadikan bahan jualan.

Lalu, istri si tukang potong hewan mengolah sumsum menjadi lauk nasi bakar, dan menjajakannya juga. Tak disangka, makanan itu menjadi hidangan lezat yang sampai sekarang menjadi primadona makanan khas Tangerang.

2. Sudah ada sejak tahun 1941

Bisnis kuliner nasi sumsum didirikan pada tahun 1941 silam. Bertepatan dengan masa ketika si istri tukang potong hewan mendapatkan ide untuk mengolah sumsum.

Nasi sumsum bakar ini sudah bertahan sejak saat itu dan menjadi makanan nomor wahid di Banten. Sekarang, Warung Nasi Bakar dikelola oleh seorang pria bernama Dedi. Ia adalah generasi ketiga yang mengelola Warung Makan Nasi Bakar Sumsum, menggantikan keluarga Mang Puri.

3. Bahan bakunya bukan sumsum sapi maupun kambing

Berbeda dengan olahan sumsum yang biasanya menggunakan sumsum kambing atau kambing, nasi bakar sumsum menggunakan sumsum kerbau sebagai bahan utamanya. Alasan pemilihannya sederhana, karena tekstur dari sumsum bakar yang lebih padat.

Ketika dimasak pun daging tidak menyusut seperti sumsum sapi maupun kambing. Selain itu, selama dibakar, sumsum kerbau tidak akan mencair apalagi menguap dan membuat rasa hambar.

4. Mencatat rekor MURI

Berbahagia dan berbanggalah, Kawan GNFI! Karena ternyata, nama nasi bakar sumsum tercatat di rekor MURI sebagai makanan yang dihidangkan paling panjang, di atas gulungan karpet sepanjang 7 meter.

5. Harganya terjangkau

Walaupun nasi bakar sumsum termasuk makanan langka dan unik di Tangerang, tetapi harganya cukup terjangkau, lho! Coba saja Kawan GNFI mengunjungi Kedai Makan Puri, penjaga kedai akan menjawab kalau harga satu porsinya di bawah Rp10.000. Wah, murah, ya?

Selain itu, ada pula tambahan irisan mentimun, tomat, dan sambal kacang. Duh, kapan lagi, ya, bisa makan makanan mewah dengan harga terjangkau begini?

Nah, itu dia 5 fakta nasi sumsum yang hanya ada di Kota Tangerang. Sudah siap mencicipi nasi sumsum, Kawan?*

Referensi: Fakta Daerah | Indonesia Kaya | Koran Tangerang | Lensa Banten | travelingyuk.com

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

KO
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini