Hal yang Harus Dilakukan Pemimpin Saat Terkena Imposter Syndrome

Hal yang Harus Dilakukan Pemimpin Saat Terkena Imposter Syndrome
info gambar utama

Penulis: Habibah Auni

Untuk memiliki skill kepemimpinan yang baik tidak bisa dicapai dalam waktu yang singkat. Pemimpin harus mahir dalam berkomunikasi, memotivasi, dan mendelegasikan pekerjaan. Untuk mencapai hal ini, diperlukan penempaan diri, pengalaman yang banyak, dan mental yang kuat.

Namun, seorang pemimpin kerap kali menemui rintangan yang menghambat perkembangan dirinya. Bukan karena tidak memiliki keahlian atau karakter yang kuat. Melainkan kurangnya kepercayaan diri atau bisa dibilang terkena imposter syndrome.

Menurut people matters, imposter syndrome merupakan perasaan yang melanda pada orang-orang sukses atau hebat. Mereka merasa tidak pantas berada di posisi tersebut atau meragukan posisi yang dimiliki. Pemimpin yang mengidap imposter syndrome merasa malu, rendah diri, dan cenderung perfeksionis dalam bekerja.

Para peneliti terdahulu mengungkapkan bahwa imposter syndrome banyak menimpa perempuan ketimbang laki-laki. Sekarang, baik perempuan maupun laki-laki sama-sama mempunyai rasa imposter syndrome yang tinggi.

Kita dapat melihat contoh imposter syndrome dari kisah seorang penulis terkenal yang ragu dengan kemampuan dirinya. Ia merasa bahwa dirinya belum menunjukkan kompetensi yang sebenarnya sehingga masih harus terus berusaha.

Imposter syndrome menjadi ancaman ketika Kawan mengharapkan kinerja tim yang tinggi. Keraguan dapat menghambat Kawan dalam mengambil keputusan sehingga produktivitas kerja pun akan menurun.

Oleh karena itu, Kawan GNFI sebagai pemimpin perlu mengetahui cara-cara mengatasi imposter syndrome. Supaya dapat menciptakan iklim mental yang sehat, serta menciptakan budaya kerja yang positif, inklusif, dan kolaboratif. Berikut beberapa cara mengatasi imposter syndrome yang bisa dilakukan seorang pemimpin.

1. Buat Strategi Kegagalan

Ilustrasi | Foto: Unsplash
info gambar

Dilansir dari Sloan Management Review di MIT, kesiapan untuk menghadapi kegagalan harus dimiliki seorang pemimpin. Hal itu untuk menciptakan inovasi pada suatu kelompok, dibutuhkan usaha berkali-kali yang kerap kali merusak rasa aman kita.

Dengan berani gagal, pemimpin dapat mempelajari kekurangan pribadi, strategi kerja, dan anggota kelompok. Pemimpin yang siap untuk gagal tidak malu meminta saran perbaikan dari anggota kelompok. Hal ini berguna untuk memupuk rasa saling percaya antara pemimpin dengan anggota kelompok.

2. Dorong Anggota untuk Memberikan Solusi

Ilustrasi | Foto: Unsplash
info gambar

Cara mengatasi imposter syndrom yang kedua adalah memotivasi anggota untuk menari solusi. Ini menjadi bukti kalau pemimpin percaya pada kemampuan diri sehingga berani meminta saran kepada anggota. Mereka tidak menganggap kritik dan saran sebagai tantangan, melainkan sebagai solusi untuk perbaikan diri dan kelompok.

3. Berani Bertanya dan Meminta Feedback

Ilustrasi | Foto: Unsplash
info gambar

Masalah seorang pemimpin dengan imposter syndrome adalah perfeksionisme. Pemimpin seperti ini cenderung terobsesi untuk mencapai kesempurnaan agar tidak tersakiti.

Pemimpin perlu melepaskan rasa tidak aman ini, karena dapat menghambat proses pembelajaran diri. Caranya dengan berani bilang “Saya tidak tahu” dan bertanya ke beberapa pihak bagaimana cara mengatasi kekurangan yang dimiliki.

4. Mengakui Pencapaian Orang

Ilustrasi | Foto: Unsplash
info gambar

Berani mengakui pencapaian orang adalah cara terbaik dalam mencegah imposter syndrome. Hasil penelitian seorang psikolog Carol Dweck menunjukkan kalau mengapresiasi orang, dapat membuat pemimpin lebih menghargai diri sendiri sehingga mencegah terjadinya imposter syndrome. Ini berguna untuk membantu orang merasa memiliki tanggung jawab.

5. Menciptakan Budaya Kerja yang Inklusif

Ilustrasi | Foto: Unsplash
info gambar

Sebagai seorang pemimpin, Kawan GNFI perlu menciptakan budaya kerja yang jujur di mana orang-orang bisa merasa nyaman, jujur, dan tidak merasa diserang. Ini juga dapat membantu mengurangi efek negatif dari perasaan diserang orang lain.

Nah, itu dia 5 cara yang bisa dilakukan seorang pemimpin dalam mengatasi imposter syndrome. Semoga artikel ini dapat menjadi referensi untuk Kawan GNFI!

Referensi: Forbes | Melody Wilding

Baca Juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

Terima kasih telah membaca sampai di sini