Mengenal Digital Fatigue, Kelelahan yang Berdampak Pada Fisik dan Mental

Mengenal Digital Fatigue, Kelelahan yang Berdampak Pada Fisik dan Mental
info gambar utama

Selama pandemi Covid-19, semua orang disarankan untuk melakukan berbagai kegiatan dari rumah masing-masing. Tak ada murid yang pergi ke sekolah, seluruh mahasiswi berkuliah dari rumah, bahkan para pegawai pun turut bekerja dari rumah.

Untungnya, kita hidup di era digital. Maka, semua kegiatan yang biasanya dilakukan di tempat khusus, kini bisa dialihkan lewat berbagai platform digital. Tak hanya soal belajar atau bekerja, bahkan hiburan seperti nonton film atau konser, dan belanja pun sudah tersedia secara daring.

Namun, sayangnya berkegiatan seharian penuh di depan media digital bisa menimbulkan masalah kesehatan yang disebut digital fatigue.

Psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi., menjelaskan kepada Klikdokter bahwa digital fatigue diartikan sebagai perasan lelah secara fisik dan mental akibat terlalu lama mengakses internet.

Kondisi digital fatigue bisa disebabkan oleh interaksi virtual dan digital yang membutuhkan usaha besar bagi otak. Apalagi, jika dilakukan terus-menerus, ini bisa mengganggu fungsi kerja otak. Blue light dari layar ponsel dan komputer juga bisa berbahaya bagi mata dan membuat otak lelah.

Ditambah lagi, selama menjalankan hari-hari berkegiatan dengan platform digital, orang-orang cenderung mengalami sedentary lifestyle atau tidak aktif secara fisik. Dari pagi sampai malam, Anda kebanyakan hanya duduk dan berbaring. Pada akhirnya, ini menyebabkan peredaran darah kurang lancar, dan mengganggu otot serta persendian.

Ketika mengalami digital fatigue, yang paling terasa dampaknya adalah timbul rasa lelah berlebihan walau sudah cukup istirahat, merasa sering bosan dan malas bergerak, sering sakit kepala sebelah, otot dan sendi terasa nyeri di bagian leher, pundak, dan punggung, sulit berkonsentrasi, gangguan suasana hati, dan lelah jika harus berhadapan dengan kegiatan digital seperti meeting atau presentasi daring.

Dampak digital fatigue juga bisa berpengaruh pada kesehatan mental, termasuk gangguan tidur, pola makan, emosional seperti mudah marah dan lebih sensitif, bahkan bisa sampai menyebabkan depresi, psikotik, dan gangguan kecemasan.

Jika mengalami beberapa dampak digital fatigue atau untuk pencegahan, lakukan hal berikut ini:

Batasi jumlah waktu di depan layar

Apakah selama ini Anda terbiasa dari pagi hingga malam di depan layar, baik itu komputer, ponsel, dan televisi? Sebaiknya, batasi waktu untuk memandangi layar. Prioritaskan waktu hanya untuk kegiatan penting, misal hanya selama jam kerja.

Jangan lupa untuk mengistirahatkan mata Anda dari layar dan melihat benda-benda yang lebih jauh, tanaman, atau bisa sambil jalan-jalan di halaman rumah. Jadwalkan untuk mengistirahatkan mata setidaknya setiap 20 menit sekali.

Jangan lupa bergerak

Dalam sehari, berapa jam Anda hanya duduk di depan layar komputer untuk menyelesaikan tugas? Bisa jadi, Anda malah tak bergerak sama sekali karena melakukan semua hal di meja kerja. Kebiasaan ini lama-lama akan membuat otot dan sendi terasa kaku serta nyeri.

Usahakan untuk tetap aktif secara fisik, meskipun hanya dengan bergerak sederhana. Misalnya, memasak untuk makan siang, melakukan peregangan di sela-sela aktivitas, menyempatkan jalan kaki selama 30 menit sebelum atau selepas bekerja.

Buat jadwal kegiatan non-digital

Selama di rumah, mungkin Anda berpikir tak banyak yang bisa dilakukan setelah usai bekerja. Anda hanya akan berbaring sambil mengecek media sosial, bermain gim atau menonton film secara daring. Ini hanya akan menambahkan waktu Anda depan layar.

Sebaiknya, carilah kegiatan non-digital dan lakukan setiap hari. Ini bisa mengajak hewan peliharaan jalan-jalan di sekitar rumah, memasak, merawat tanaman, menggambar, menulis di buku, membaca buku fisik, menari, atau sekadar membereskan rumah.

Detoks digital

Rasanya sulit untuk melepaskan diri dari akses dunia digital. Apalagi, saat ini semua kegiatan dilakukan berbasis daring. Namun, Anda bisa mencoba melakukan detoks digital demi kesehatan fisik dan mental. Sebisa mungkin kurangi akses Anda ke internet dan elektronik.

Bila memungkinkan, malah Anda bisa mengambil jatah cuti beberapa hari dan sama sekali tak menyentuh segala sesuatu yang berbau digital. Liburan ke alam atau pergi ke rumah keluarga mungkin bisa memaksimalkan momen detoks Anda.

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

DA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini