Kue Yahudi, Kuliner Khas Ambon yang Paling Dicari Saat Ramadan

Kue Yahudi, Kuliner Khas Ambon yang Paling Dicari Saat Ramadan
info gambar utama

Saat bulan Ramadan, Ambon yang merupakan Ibu Kota Provinsi Maluku, punya aneka makanan khas Ramadan. Pusat jajanan takjil di kawasan Desa Batumerah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, menjadi tempat paling tepat untuk mencari aneka kue dan kuliner.

Masyarakat mengenalnya sebagai bursa kue Ramadan yang mulai buka sekitar pukul 15.00 dan biasanya sudah tutup menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIT.

Di desa yang berjuluk Kampung Kue itu kita bisa menjumpai aneka kuliner tradisional yang terkadang kemunculannya hanya ada di bulan puasa. Dilengkapi tenda terpal, para penjual siap melayani pembeli.

Dengan baki beragam warna bak pelangi berisi aneka kue yang ditata apik pada meja-meja besar, tiap-tiap pedagang berlomba-lomba menawarkan aneka kue dan menu takjil. Misalnya kue cara, kue dari adonan tepung terigu yang dicairkan kemudian dimasak dalam cetakan berbentuk bulat.

Namun, dari sekian banyak pilihan, ada satu kue yang jadi incaran banyak warga. Enggak hanya diincar yang berpuasa, kue ini juga jadi incaran warga non muslim yang tak menjalankan ibadah puasa. Namanya kue Yahudi.

Kue Yahudi juga sangat spesial karena hanya bisa ditemukan pada bulan suci Ramadan. Tidak salah kue ini banyak menjadi incaran para penikmat jajanan di desa kuliner Batumerah, pada bulan Ramadan ini.

Tidak seperti namanya yang unik, bentuk kue yahudi ini terbilang sangat biasa, hampir sama seperti kue lainnya yang terbuat dari terigu. Bentuk kue Yahudi hanya berwarna kuning pucat dan di atasnya berwarna coklat.

Bentuknya ini sama seperti tart pada umumnya, dan hanya dibuat dari terigu, telur, mentega, susu kental manis, gula, vanili serta coklat bubuk.

“Sekilas nyaris mirip kue brudel, kue Yahudi punya rasa yang khas, karena di dalamnya ada campuran biji gardamu asal Timur Tengah,” ujar Ivon Silitonga, pemilik account Instagram kuliner khas di Maluku, @instafoodmaluku.

Sejarah Kue Yahudi

Menurut informasi yang di dapatkan dari sejumlah warga di Batumerah, kue ini pertama kali dipopulerkan tahun 1985 oleh keluarga Cokro yang sudah berdiam lama di desa tersebut.

Konon kue berbentuk tart tersebut merupakan resep warisan almarhum ibu Nur Bargeis dari keluarga Cokro yang kebetulan berdarah Arab, Ambon. Namun keturunannya tidak pernah diberi tahu, kenapa kue tersebut dinamakan Tart Yahudi.

“Kue Yahudi ini sangat tepat disantap saat berbuka puasa, karena rasanya manis, legit dan teksturnya yang lembut seperti pudding,” ujar Nana salah satu pembeli yang dikutip dari Satumaluku.

Keunikan Kue Yahudi terletak pada komposisinya yaitu gardamu atau kapulaga yang dicampur dengan bahan-bahan kue lainnya. Kapulaga atau gardamu merupakan salah satu rempah paling populer di Maluku selain buah pala.

Berasal dari keluarga jahe-jahean (Zingiberaceae), terdapat dua jenis kapulaga yang tumbuh di Indonesia, yaitu kapulaga Jawa (Amomum cardamomum) dan kapulaga seberang atau kapulaga India (Elettaria cardamomum).

Rempah yang satu ini mengandung banyak mineral seperti mangan, kalsium, dan kalium. Kapulaga mengandung asiri dengan komponen utama sineol yang berkhasiat sebagai antidepresan atau penurun tekanan darah dan sebagai antiinflamasi atau penawar radang.

Penyakit halitosis atau bau mulut karena radang akibat gigi berlubang juga dapat diobati dengan kapulaga. Kue ini dijual dengan harga per potong Rp.3.000. Harga yang pas dengan kenikmatan kuenya.

Cara pembuatan Kue Yahudi

kue yahudi
info gambar

Dalam pembuatan kue Yahudi ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah menumbuk kapulaga hingga halus seperti tepung supaya bisa tercampur merata di dalam adonan kue. Selain itu kapulaga berbentuk tepung ini berguna agar meresap dan menebarkan aroma khas pada setiap potongan kue Yahudi.

Kapulaga yang digunakan adalah jenis seberang karena ukurannya lebih besar dan aromanya jauh lebih kuat dari kapulaga Jawa. Berbeda dengan adonan kue tart atau kue bolu, kue Yahudi punya dua adonan, yaitu adonan utama dan adonan pendamping.

Ada dua adonan kue yang dibuat. Adonan utama atau babon berbahan tepung terigu, susu krim, mentega, telur, dan gula lalu dimasak bersama air matang di atas api kecil. Setelah itu adonan diinapkan semalam sebelum diuleni hingga kalis keesokan harinya.

Untuk adonan kedua dibuat dari bahan baku telur, susu krim, gula, dan tepung terigu. Setelah tercampur, adonan kedua dicampurkan adonan pertama yang telah diinapkan.

Lalu secara perlahan, masukkan tepung kapulaga hingga tercampur rata di dalam kedua adonan yang sedang diaduk. Setelah semua bahan tercampur sempurna, adonan dipangggang di loyang dalam oven dengan api kecil hingga matang.

Saat ini, kue yahudi telah diinovasi dengan pewarna alami daun suji hijau agar warnanya tidak monoton.Kue yahudi dengan aroma kapulaga yang nikmat dengan rasa manis serta tekstur lembut seperti puding dan legit juga bisa dinikmati di dalam loyang kecil yang dapat disantap oleh satu orang saja.

Saat berbuka puasa, kue yahudi nikmat disantap sambil ditemani secangkir teh manis hangat. Selamat menikmati kuliner khas Indonesia saat bulan Ramadan.

Baca Juga :

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini