Menunggu Pertempuran Para Raksasa di Medan Laga Asia Tenggara

Menunggu Pertempuran Para Raksasa di Medan Laga Asia Tenggara
info gambar utama

Jika semuanya berjalan sesuai rencana, Grab (Singapura) akan segera mengumpulkan sekitar US $ 4 miliar dalam pembiayaan di listing SPAC (Special Purpose Acquisition Company) terbesar dalam sejarah. Listing tersebut memberikan valuasi Grab sebesar US $ 40 miliar. Tak dipungkiri, berita ini menjadi buah bibir di Wall Street dan media di seluruh dunia, dan perhatian terhadap startup-startup dari Asia Tenggara pun makin besar.

Bagaimana tidak? Dengan populasi hampir 700 juta, ukuran pasar Asia Tenggara sangat besar. Separuh dari China, tetapi Sebagian besarnya adalah digital native dan anak muda. Indonesia misalnya, usia rata-rata populasinya adalah adalah 30,2 tahun.

Konsumsi digital, atau mereka yang membeli produk atau layanan secara online, berkembang pesat di kawasan ini. Sebelumnya, Bain and Co, sebuah perusahaan konsultan teknologi yang berbasis di Boston, AS, memperkirakan bahwa jumlah konsumen digital di Asia Tenggara akan mencapai 310 juta pada tahun 2025.

Siapa sangka, angka itu tercapai tahun 2020 lalu, atau lima tahun lebih awal. Bayangkan, 310 juta konsumen digital ini mewakili sekitar setengah dari populasi Asia Tenggara, di mana 40 juta orang di wilayah ini online untuk pertama kalinya tahun lalu.

Grab, Gojek, dan SEA Group (Shopee) semuanya mengikuti tren ini dengan ride hailing, belanja dan pengiriman online, dan semakin banyak yang memasuki area lain seperti perbankan dan asuransi.

Tak bisa dihindari, Sea, Grab, dan GoTo akan berhadap-hadapan dan ‘bertempur’ di medan laga di Asia Tenggara, untuk memperebutkan pasar besarnya. Salah satunya tentu saja untuk terus mempertahankan posisinya sebagai SuperApp. Dan hal ini bisa dilakukan dengan mencaplok startup-startup maupun perusahaan-perusahaan lain. Ketiganya memiliki jumlah dana yang melimpah untuk melakukannya.

Di titik ini, rasanya genderang ‘peperangan’ raksasa-raksasa Asia Tenggara diam-diam memang semakin terasa, yakni antara Grab, Shopee (Sea), dan Gojek. Aplikasi Shopee adalah aplikasi ketiga yang paling banyak diunduh secara global dalam kategori belanja pada tahun 2020, menaikkan reputasi perusahaan induknya, Sea, untuk terus berkibar.

Dikutip dari Nikkei Asia, perusahaan teknologi dari Singapura ini sudah memiliki valuasi $134 milyar, jauh di atas rival-rivalnya di Asia Tenggara. Sementara itu, kemungkinan besar akan muncul startup hasil merger bernama GoTo, perusahaan gabungan dari Gojek dan Tokopedia.

CEO baru Gojek co-chief Kevin Aluwi and Andre Soelistyo, calon CEO GoTo (Photo: Gojek)
info gambar

Perusahaan hasil merger dua startup unicorn tersebut diperkirakan akan memiliki nilai valuasi hingga 40 miliar dollar AS atau sekitar Rp 581 triliun (kurs Rp 14.500). GoTo akan tetap fokus pada dua sektor besar, yakni ride-hailing melalui Gojek, dan e-commerce lewat Tokopedia.

GoTo juga akan menyediakan layanan keuangan melalui Dompet Karya Anak Bangsa yang sudah 22 persen dimiliki oleh unit pembayaran dan layanan keuangan Gojek, GoPay.

Sea Ltd, terbesar di Asia Tenggara | Reuters
info gambar

Sementara itu, Sea Limited (pemilik Shopee) juga mengincar kemungkinan menyediakan layanan keuangan kepada 175 juta pengguna Internet di Indonesia melalui pembelian Bank Kesejahteraan Ekonomi. Dengan lebih dari US $ 8 miliar uang tunai yang dimilikinya saat ini, Sea memiliki banyak daya tembak dan merupakan kekuatan yang harus diperhitungkan.

Harian Strait Times Singapura juga melaporkan SEA juga mengincar Bank Aladin Syariah. Kemungkinan ini untuk memenuhi aturan kepemilikan bank di mana OJK menyasarkan lembaga yang ingin memiliki saham bank lebih dari 40% harus mengakuisisi dua bank di Indonesia.

Sementara itu, diketahui Grab juga sudah masuk ke bisnis pembayaran digital dengan menguasai 39,2% saham dompet digital OVO, pemegang saham terbesar kedua setelah Tokopedia yang memiliki 41,1% saham perusahaan.

Rumor lainnya, Grab dikabarkan ingin masuk ke bisnis bank digital dengan mencaplok bank di tanah air. Kabarnya yang beredar di pasar bank yang diincar adalah Bank Capital. Bank ini akan menjadi tulang punggung pembayaran digital Grab.

Terakhir, Grab dikabarkan sudah membeli 4% saham Emtek Mahkota Teknologi Tbk (Emtek) senilai Rp 4 triliun, seperti dikutip dari Strait Times. Aksi korporasi ini menghidupkan kembali rumor merger OVO dan DANA sebagai cara Grab untuk mengalahkan dominasi GoPay di Indonesia. Rumor ini sudah berhembus sejak tahun lalu.

Dana, siap merger dengan Ovo? | dana.id
info gambar

Patut diingat pula Emtek merupakan pemegang saham dari Bukalapak. Perusahaan teknologi dan media ini menguasai 30-an persen saham e-commerce yang didirikan Ahmad Zaki dan Fajrin Rasyid ini. Jadi ada potensi Grab akan memperluas layanannya ke toko online.

Menurut Vinnie Lauria dari Golden Gate Ventures, seperti CNBC Internasional beberapa hari lalu, apa yang terjadi ini mirip seperti di China 10-15 tahun. Saat itu Baidu, Alibaba dan Tencent juga membeli perusahaan lebih kecil. Vinnie mengatakan pada 2025 nanti ratusan akuisisi akan terjadi. Pemimpinannya adalah para decacorn, perusahaan bernilai US$10 miliar saat ini.

Selain itu, menurutnya para investor akan menarik uang pada ekosistem startup di Asia Tenggara. Namun dikatakan Vinnie mereka belum tentu mendorong perusahaan untuk menjual dirinya sendiri.
Nantinya kemungkinan akan mencari pembeli sekunder. Pihak tersebut juga sangat tertarik dalam merger, ungkapnya.

Sementara itu, dia juga menganggap fintech menjadi sektor yang undervalued. Menurutnya di masa depan perusahaan seperti Visa dan Mastercard tidak memiliki penetrasi yang sama di Asia Tenggara dan pembayaran jadi alternatif besar.

Vinnie juga meramal jika sektor kesehatan akan menjadi salah satu yang paling diminati. Investor juga dipastikan akan melihat ke industri teknologi pendidikan. "Di Asia Tenggara akan berkembang sangat berbeda dari dunia barat, dan kita akan melihat sejumlah inovasi menarik di sini," kata dia.

Kita tunggu.

===

Referensi:

Davis, Jason. “Commentary: Why Grab, Gojek, Tokopedia and Sea Are the New Darlings of US Markets.” CNA, 3 May 2021, www.channelnewsasia.com/news/commentary/grab-gojek-tokopedia-sea-listings-ipo-nasdaq-spac-investors-14710430.

Deal Street Asia, www.dealstreetasia.com/user/plans?intent=subscribe&next=%2Fstories%2Findonesia-super-app-battle-237912%2F.

Kuo, David. “Commentary: That Gojek and Tokopedia Merger Should Have Happened a Long Time Ago.” CNA, 28 Apr. 2021, www.channelnewsasia.com/news/commentary/gojek-tokopedia-grab-tech-indonesia-merger-14708642.

Ng, Abigail. “Southeast Asia's Tech Giants Could 'Gobble up' Start-Ups after Going Public, Venture Capitalist Says.” CNBC, CNBC, 26 Apr. 2021, www.cnbc.com/2021/04/26/grab-goto-sea-could-gobble-up-start-ups-in-southeast-asia-vc.html.

Soeriaatmadja, Wahyudi. “Grab Buys 4% Stake in Indonesian Tech Firm Emtek.” The Straits Times, 15 Apr. 2021, www.straitstimes.com/asia/se-asia/grab-may-merge-e-money-arm-ovo-with-indonesias-dana-after-taking-4-stake-in-its-parent.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

AH
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini