Fenomena Embun Es Selimuti Dataran Tinggi Dieng, Indah tapi Mengancam

Fenomena Embun Es Selimuti Dataran Tinggi Dieng, Indah tapi Mengancam
info gambar utama

Dataran tinggi Dieng kembali membeku pada, Senin (10/5/2021). Embun es di Dieng pertama di tahun 2021 ini terlihat tebal di kompleks Candi Arjuna.

Hampir setiap tahun saat musim kemarau tiba, kawasan dataran tinggi Dieng selalu diwarnai dengan kemunculan embun upas. Pegiat Wisata Dieng Darwanto menjelaskan, es yang membeku tersebut mulai terlihat sejak pukul 03.00 WIB.

“Tadi pagi ada warga Kepakisan, Kecamatan Batur, Banjarnegara yang pergi ke ladang sebelum aktivitas sahur dan di sana dia melihat sendiri embun upas mulai terlihat menempel di sejumlah tanaman sayurannya itu,” terangnya kemarin yang dikutip dari Radar Semarang.

Darwanto menjelaskan, sebelum embun upas muncul di kawasan Dieng, cuaca terasa cukup dingin dibanding malam-malam sebelumnya. Saat melihat alat termometer, suhu di sana mencapai delapan derajat celcius pada malam hari.

“Kemungkinan pagi hari suhunya bisa lebih turun lagi. Karena memang pagi itu terasa dingin sekali di sana,” ujarnya.

Pada tahun ini embun es yang terjadi di dieng lebih cepat daripada tahun-tahun sebelumnya. Karena biasanya Embun ini baru muncul mulai Bulan Juni atau Juli.

Kepala UPT Pengelolaan Obyek Wisata Dieng Banjarnegara Sri Utami membenarkan jika embun es tahun ini muncul lebih awal. Ia mengimbau kepada wisatawan untuk membawa jaket tebal saat berkunjung ke Dieng.

"Ini muncul lebih awal. Jadi sekarang, kalau ada wisatawan yang akan naik ke Dieng jangan lupa membawa jaket tebal. Karena udara sudah tambah dingin," imbaunya.

Tapi dari kemunculan yang pertama itu, ada harapan besar bagi para pengelelola wisata di sejumlah kawasan Dieng. Sebab hal tersebut bisa menjadi alternatif tujuan wisatawan untuk datang melihat langsung turunnya embun upas tersebut.

”Bagi kami para penggiat wisata Dieng, ini sebagai pertanda baik. Apalagi kemunculannya ini mendekati musim libur Lebaran yang sebentar lagi akan tiba,” jelasnya.

Penjelasan fenomena embun es di Dieng

Warga Dieng sendiri telah puluhan tahun mengenal fenomena kristal es yang mereka sebut sebagai embun upas, yang berarti embun yang berbisa. Ketika muncul di ladang kentang, sudah pasti tanaman di situ akan segera layu.

Daun yang tertempel frost itu rusak seketika. Tahun 2019, di luar kisah puluhan ribu wisatawan datang menyongsong hamparan kristal es, tidak kurang 10 hektare ladang kentang petani Dieng puso dihantam embun upas itu.

Sejauh ini memang belum ada teori yang memuaskan untuk menjelaskan terjadinya cuaca mikro ekstrem di hamparan dedaunan itu. Yang bisa terkonfirmasi, cuaca ekstrim itu hanya terjadi di lahan yang terbuka, sekitar 0-60 cm dari permukaan tanah.

Skalanya pun terbatas. Maka, ketika disebut suhu -4 derjat celsius di sekitar daun kentang, tak berarti suhu udara di seluruh desa –4 derajat celsius.

Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara, Setyoajie Prayoedhie, mengatakan, dataran tinggi Dieng yang kembali membeku memunculkan embun upas. Embun upas atau es biasa terjadi di wilayah dataran tinggi Dieng dengan topografi pegunungan di atas 2.000 mdpl antara Mei hingga Agustus.

“Sekarang di wilayah Jawa Tengah sebagian sudah masuk musim kemarau. Ini ditandai dengan menguatnya angin timuran. Hal ini mengakibatkan sedikitnya uap air yang terbentuk meskipun hanya sedikit yang berkurang dari kondisi normal,” jelas Setyoaji yang dikutip dari Solopos.

Berdasarkan citra satelit Himawari-8 pada kanal Water Vapour, terlihat intrusi kering dari Australia kuat di wilayah Jawa Tengah. Kondisi ini menyebabkan jumlah uap air berkurang hingga tidak terbentuk awan.

“Dengan tidak terbentuk awan, outgoing solar radiation dari gelombang panjang permukaan Bumi menjadi tinggi. Selain itu outgoing solar radiation yang tinggi juga menyebabkan suhu udara turun drastis, sehingga pada dini hari suhu dapat mencapai di bawah titik beku,” tandasnya.

Sementara itu menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R. Prabowo menyebut fenomena ini dipengaruhi aliran massa udara dingin dan kering dari Australia yang dikenal dengan aliran monsun dingin.

Wilayah yang akan terekspos monsun Australia, katanya, adalah bagian selatan Indonesia, seperti Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Bali.

"Kondisi udara yang relatif lebih dingin, terutama pada malam hari dapat dirasakan lebih signifikan di wilayah dataran tinggi atau pegunungan," ujarnya dikutip dari BBC.

Ia mengatakan fenomena ini normal dan rutin terjadi di musim kemarau. Saat kemarau, ujarnya, udara sangat sedikit tertutup oleh awan dan saat siang permukaan tanah mendapat radiasi panas yang cukup banyak.

Akibatnya, di siang hari, suhu dapat menjadi sangat panas. "Namun saat malam hari, bumi bergantian melepaskan panas (ke atmosfer). Kondisi demikian menyebabkan suhu di permukaan menjadi turun," ujar Mulyono.

Fenomena indah namun mengancam

Fenomena langka ini tentunya menarik bagi wisatawan, namun bisa mengancam bagi para petani lokal. Tak hanya kali ini saja, fenomena ini juga sudah terjadi berulang kali.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R. Prabowo menyebut embun salju dapat merusak jaringan tanaman. "Tanaman kalau kena (embun salju) dapat menjadi busuk," katanya.

Saat embun es menempel ke daun tanaman kentang dan carica pagi hari, kemudian siang hari terkena matahari, menjadikan daun tanaman kuning dan layu, berpotensi besar menjadi kering dan mati.

Padahal tanaman kentang adalah salah satu tanaman yang banyak ditanam petani di Kawasan Daratan Tinggi Dieng. "Kalau sudah turun embun es, para petani kentang sudah tidak berharap bisa panen," kata Romadhoni, warga Dieng Kulon dalam Republika.

Namun, para pelancong tetap tertarik berkunjung lantaran ingin merasakan fenomena munculnya embun es di musim kemarau. Buliran embun es memantulkan panorama elok hingga menggoda wisatawan ke Dieng untuk berburu nuansa musim dingin bak salju di Eropa.

Wisatawan yang ingin melihat dan menikmati fenomena embun es biasanya sudah sejak pukul lima pagi mendatangi kompleks Candi Arjuna Dieng. Selain itu sensasi hawa dingin Daratan Tinggi Dieng juga menyimpan daya tarik tinggi bagi wisatawan.

Namun embun es ini tidak selalu ada sepanjang hari. Biasanya pukul 07.30 WIB embun es sudah mencair karena terkena sinar matahari.

"Kalau sinar matahari sudah mulai terik, embun es ini mencair. Jadi waktu yang tepat untuk menikmati embun es ini antara pukul 06.00 WIB sampai 07.00 WIB. Karena kalau sebelumnya jam 06.00 WIB masih gelap," kata Pembuat aplikasi Cuaca Dieng, Aryadi Darwanto, mengutip Detikcom.

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini