Idulfitri 2021, Berharap Kelapangan Itu Segera Datang

Idulfitri 2021, Berharap Kelapangan Itu Segera Datang
info gambar utama

Inilah kedua kalinya, umat muslim di seluruh dunia melaksanakan berbagai ibadah Ramadhan dan merayakan hari raya Idulfitri dalam suasana pandemi. Mudik kembali tidak dibolehkan. Bukan hal yang mudah. Banyak dari kita yang tentu saja merasakan beratnya ber-Idulfitri yang jauh dari orang tua dan sanak saudara yang tinggal di kampung halaman.

Tradisi sosial ini, sungkem pada orang tua dan orang yang dituakan, berkumpul ramai-ramai dengan sanak keluarga, sudah mengakar dalam budaya bangsa ini sejak berabad lamanya. Tradisi inilah yang sejak begitu lama menjadi simpul penting di berbagai bidang, mulai dari ketersediaan bahan pokok berikut harganya, inflasi, perputaran dan pemerataan uang, pembangunan infrastruktur, tumbuhnya ekonomi makro dan mikro, pun juga arus urbanisasi yang terjadi terutama di kota-kota besar.

Tahun ini, pemerintah sepertinya lebih serius untuk mencegah jutaan orang agar tidak mudik. Pembatasan-pembatasan di rute-rute mudik tahun ini benar-benar dilakukan, dan penegakan aturan pun benar-benar dilaksanakan. Dan ini membuat (menurut asumsi penulis) jutaan orang mengurungkan niatnya untuk mudik. Penulis sendiri sudah dua kali idul fitri memilih tinggal di rumah (Surabaya) dan tidak pulang kampung ke Yogyakarta.

Ada bencana besar yang harus kita hindari. Tentu kita sudah melihat, mendengar, dan membaca betapa dahsyatnya dampak tsunami Covid-19 di India, dan kemudian disusul Nepal. Hati siapa tak pilu melihat foto-foto dan berita tentang ribuan orang yang akhirnya tak terselamatkan, dan kemudian dibakar secara bersamaan. Tak seorangpun dari kita yang ingin hal yang terjadi di Indonesia atau pun di tempat lain.

Upaya besar harus dilakukan. Senin lalu (10/5/2021), Malaysia sudah melakukan lockdown total di seluruh wilayah menyusul naiknya kasus positif Covid-19 di negeri jiran tersebut. Bahkan, pengetatan juga dilakukan terhadap ibadah ritual Idul Fitri, di mana salat Idulfitri masih dibolehkan saat lockdown, namun peserta tak boleh melebihi 50 orang bagi masjid dengan kapasitas 1.000 jemaah, serta 20 orang bagi masjid dengan kapasitas kurang dari 1.000 jemaah.

Malaysia tentu juga tak ingin kejadian di India terjadi di sana.

Keputusan pengetatan dan larangan berkumpul yang digemakan oleh pemerintah Indonesia, sudah tepat, harus dilakukan, dan wajib kita jalankan. Momentum Idulfitri ini selayaknya menjadi momentum besar Indonesia untuk bersatu mengesampingkan berbagai perbedaan, menghadapi musuh yang sama, yakni Covid-19.

Ramadan juga telah menempa kita untuk makin mengembangkan sikap simpati, empati, pentingnya keluarga, pentingnya masyarakat di lingkungan sekitar kita, pun pentingnya kita semua untuk saling melindungi.

Selayaknyalah Ramadan telah menjadikan kita makin kuat memahami, dan memaknai nilai-nilai tersebut, sehingga mampu menjadi pemicu penting dalam mengatasi apapun dampak pandemi ini terhadap sektor sosial dan ekonomi masyarakat di sekitar kita.

Dunia telah melihat bahwa selama pandemi, partisipasi sosial masyarakat Indonesia dalam membatasi berbagai dampak pandemi patut mendapat apresiasi. Dalam Legatum Prosperity Index, Indonesia menduduki peringkat kelima di dunia untuk modal sosial, peringkat pertama untuk partisipasi sipil dan sosial, dan peringkat #1 dunia dalam hal kerja sukarela.

Dalam World Giving Index 2018, Indonesia juga menduduki peringkat teratas dunia yang masyarakat gemar membantu orang lain. Masyarakat Indonesia terbiasa untuk tidak berdiam diri jika ada orang lain, siapapun itu, yang kesusahan. Ini sudah menjadi DNA yang mendarah daging di masyarakat kita.

Itu pulalah sebabnya, di akhir-akhir Ramadan ini, masyarakat Indonesia juga tak kuasa melihat saudara-saudara mereka di Palestina yang tak putus dirundung nestapa. Kejahatan demi kejahatan yang menimpa mereka seolah mendera tanpa mengenal henti, bahkan saat mereka sedang menjalankan ibadah Ramadhan.

Secara lugas, pemerintah Indonesia mengecam keras kejahatan yang dilakukan terhadap bangsa Palestina, dan menegaskan bahwa Indonesia akan selalu berada di pihak Palestina.

Berbagai kesulitan dan kesempitan yang kita rasakan ini, apapun daya upaya yang sudah kita lakukan sebagai manusia, tetap saja hasil akhirnya kita kembalikan kepada Al-Qadir, Allah yang Maha Menentukan. Bukankah Dia sudah berjanji dalam firmannya di Surah At-Talaq Ayat 7:

"Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan"

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1422 H, semoga kemudahan dan kelapangan itu segera datang. Semoga, Idul Fitri tahun ini tetap mendatangkan kebahagiaan bagi kita, keluarga kita, dalam lingkupan kesehatan, dan keridhoan dari-Nya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

AH
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini