Petani Indonesia Bertambah 8 Juta Orang Selama Pandemi

Petani Indonesia Bertambah 8 Juta Orang Selama Pandemi
info gambar utama

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, setidaknya ada 8 juta petani baru selama pandemi satu tahun terakhir. Hal tersebut tak lain disebabkan oleh Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dialami oleh banyak orang.

"Saat ini, kurang lebih ada delapan juta petani baru," ucap Syahrul ketika menyerahkan alat dan mesin pertanian bantuan presiden untuk kelompok tani di Indramayu, Jawa Barat, Jumat (30/4).

Menurut Syahrul pertanian merupakan salah satu sektor yang dapat berkontribusi positif saat pandemi. Kebutuhan pangan yang terus ada, bahkan meningkat, dikatakan membuat sektor pertanian menyediakan lapangan pekerjaan.

"Semua yang di-PHK, keluar dari perusahaan, mereka sekarang bertani supaya enggak stres juga," kata Syahrul lagi seperti disitat dari Antara.

"Pertanian itu (banyak) lapangan kerja, jadi kalau mau cari uang tidak usah ke kota, jadi di desa saja dengan bertani," tambahnya.

Meski begitu, Kementan menyebutkan bahwa pilihan menjadi petani adalah pilihan terbaik di masa pandemi seperti sekarang ini.

Dengan lowongan pekerjaan yang sedikit, pekerja pun masih bisa produktif dengan profesi sebagai petani. Selain itu kebutuhan pangan yang akan terus ada dan meningkat membuat pekerjaan di bidang pertanian selalu dibutuhkan.

Mayoritas petani Indonesia berusia di atas 40 tahun

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2019 ada sekitar 33,4 juta petani yang bergerak di semua komoditas sektor pertanian. Namun, di antara jumlah tersebut jumlah petani muda Indonesia hanya sedikit.

Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mencatat petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang. Sedangkan sekitar 30,4 juta orang atau 91 persen berusia di atas 40 tahun.

"Hanya sekitar 8 persen dari total petani kita 33,4 juta orang. Sisanya lebih dari 90 persen masuk petani kolonial, atau petani yang sudah tua," Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi dikutip dari Tempo.co (13/04/2020).

Kurangnya minat generasi muda terhadap pertanian merupakan salah satu penyebab petani muda sedikit dan cenderung menurun. Padahal petani muda atau regenarasi petani sangatlah penting untuk pembangunan pertanian nasional.

Pemerintah dorong anak muda jadi petani

Diperlukan pelopor pertanian yang mampu menarik minat generasi muda untuk terjun ke bidang pertanian. Petani milenial diharapkan bisa meningkatkan produktivitas tenaga kerja, lahan dan komoditas pertanian.

Karena hal tersebut, Kementan juga telah mengangkat 67 Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) dari beberapa provinsi untuk upaya percepatan regenerasi petani. DPM berjumlah 59 orang dengan usia antara 19-39 tahun dan DPA sebanyak 8 orang petani berusia di atas 39 tahun.

Dengan kecilnya angka petani muda, Presiden Joko Widodo pun juga turut mendorong anak muda Indonesia untuk kembali terjun di dunia pertanian. Hal tersebut karena regenerasi petani di Indonesia saat ini terus mengalami penurunan tiap tahunnya.

Jika tidak diantisipasi, Indonesia kemungkinan bisa mengalami krisis petani di masa depan. Presiden Jokowi dengan tegas mengajak para pemuda untuk tidak malu dan gengsi menjadi petani.

==

Sumber: Idxchannel.com | CNN Indonesia | Lokadata.id | Tempo.co

Baca Juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Iip M. Aditiya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Iip M. Aditiya.

IA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini