Sejarah VOC, Perusahaan Merger yang Terkaya Sepanjang Sejarah

Sejarah VOC, Perusahaan Merger yang Terkaya Sepanjang Sejarah
info gambar utama

Dua raksasa teknologi dengan valuasi terbesar di Indonesia, Gojek dan Tokopedia, secara resmi merger. Keduanya membentuk perusahaan baru bernama Group GoTo.

Pembentukan GoTo ini diklaim sebagai kolaborasi perusahaan rintisan terbesar di Indonesia, sekaligus kolaborasi terbesar antara dua startup dengan layanan digital di Kawasan Asia.

2 raksasa startup Indonesia ini diharapkan mampu melakukan IPO ganda di Tanah Air dan Amerika Serikat pada tahun ini. Sehingga lebih mengukuhkan diri sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia.

Kisah perusahaan yang melakukan merger untuk memperkuat pasar tidak hanya terjadi di masa modern seperti saat ini. Dalam sejarah salah satu hasil merger, bernama Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) berhasil menjadi perusahaan terkaya di dunia.

Pada abad ke 16, VOC lahir dari merger 4 perusahaan dagang, yakni Brabantsche Compagnie, Compagnie van Verre, Compagnie can De Moucheron, dan Veerse Compagnie. Keempat perusahaan itu dijadikan satu untuk menghindari persaingan antar perusahaan Belanda di kawasan Hindia Timur.

Bisnis utamanya yakni mencari sumber daya, terutama rempah-rempah di Nusantara, dan kemudian memperdagangkannya ke pasar Eropa. Pada praktiknya, VOC dikenal memiliki ribuan tentara bayaran, memaksakan monopoli perdagangan rempah kepada para penguasa di Nusantara.

Dilansir dari Business Insider, Minggu (12/7/2020), VOC diberikan hak istimewa oleh Kerajaan Belanda untuk melakukan monopoli dan perhubungan penguasa-penguasa di Nusantara, termasuk memerangi penguasa setempat.

Kewenangan-kewenangan istimewa inilah yang membuat VOC dengan cepat berkembang menjadi perusahaan raksasa dan meraup keuntungan besar dari perdagangan rempah-rempah. Pada masa jayanya, VOC tercatat menjadi perusahaan yang pendapatannya belum terkalahkan hingga saat ini.

Kekayaan VOC Setara 20 Perusahaan Modern

Pada 1637, VOC mengalami masa kejayaan sehingga membuatnya bernilai 78 juta gulden alias USD 7,9 triliun alias Rp 112,6 triliun. Jika menggunakan hitungan tersebut, nilai perusahaan VOC baru dilampaui bila ada gabungan 20 perusahaan termahal sejagat yang masih eksis saat ini.

Perusahaan-perusahaan besar dunia, mulai dari Apple, Amazon, ExxonMobil, Tencent hingga Microsoft tidak mampu menandingi kekayaan VOC. Nilai Apple saja cuma 11 persennya dari nilai kekayaan VOC.

Asetnya sendiri ada 150 ribu perahu dagang, 40 kapal perang, 50 ribu pekerja, dan juga angkatan bersenjata yang dimiliki secara pribadi sebanyak 10 ribu tentara. Komoditas yang dijual pun juga sangat beragam seperti rempah-rempah, hasil bumi, ayam, kuda, bahkan juga menjual budak.

Dengan kekayaan yang begitu melimpah, tidak heran jika VOC juga lah yang menjadi inisiator emiten dan bursa saham di dunia, tepatnya pada tahun 1602. Beberapa bursa saham di dunia juga mengacu pada bursa saham VOC seperti Paris Bourse didirikan tahun 1724, London Stock Exchange didirikan tahun 1801, dan Philadephia Stock Exchange pada 1790.

Perusahaan yang bermarkas di Amsterdam ini juga merupakan perusahaan multinasional pertama yang ada di dunia. Cakupannya mulai dari Afrika bagian selatan hingga Selat Magelhaens, terbentang dari Tanjung Harapan, Persia, Malaka, Siam, China, dan beberapa negara lain di Asia, termasuk Indonesia.

Bangkrut Karena Perang dan Berfoya-foya

Namun segala kehebatan ini, umurnya hanya bertahan sekitar 200 tahun saja. VOC yang lahir pada 1602 tamat pada 1799.

Keserakahan, kebobrokan moral, mengakhiri riwayatnya. Sejumlah orang mengatakan, VOC bubar akibat karma atas kekejamannya.

Memang keberhasilan VOC mengundang para petingginya untuk melakukan korupsi demi gaya hidup mereka yang mewah. Gubernur Jenderal Van Hoom sempat menumpuk harta sampai 10 juta gulden saat kembali ke Belanda.

"Pesta pora yang sangat mewah bukan hanya sering terlihat di Batavia, tapi juga di tempat-tempat VOC memiliki kantor cabang seperti Persia, Jepang, India dan Srilangka. Bisa dibayangkan berapa biaya dinas yang dikeluarkan untuk itu. Masih lusinan lagi gubernur jenderal dan anggota Dewan Hindia yang hidup kelewat mewah," ucap sejarawan Alwi Shihab yang dikutip dari Republika, Senin (18/5).

Seperti dikutip dari GlobalFinancialData.com, operasional VOC di Batavia, Hindia Belanda, digerogoti oleh praktik korupsi. Jual beli jabatan biasa dilakukan. Sogokan wajib diberi jika seseorang ingin menjadi pegawai atau mendapat jabatan penting.

Gaji yang rendah di VOC dianggap faktor yang mendorong para pegawainya melakukan praktik nakal, yang akhirnya merugikan kinerja perusahaan. Sejak 1790-an ke depan, singkatan VOC bahkan dipelesetkan jadi vergaan onder corruptie alias "hancur karena korupsi".

Selain itu runtuhnya VOC antara lain juga dipicu oleh campur tangan mereka dalam politik kerajaan-kerajaan di Nusantara. Campur tangan ini membuat mereka terlibat dalam banyak peperangan melawan kerajaan-kerajaan di Nusantara.

Pecahnya perang melawan Inggris menambah derita perusahaan ini. Semua kantor VOC di pantai direbut Inggris. Melihat kebangkrutan VOC yang sudah di depan mata pada 8 Agustus 1799 pemerintah Belanda mengumumkan pengambilan VOC di Batavia, sampai akhirnya Kongsi dagang tersebut dinyatakan secara resmi telah bubar.

Akhirnya imperium yang pada awalnya memonopoli perdagangan dan rempah-rempah itu bangkrut dan meninggalkan hutang 140 juta gulden. Nilai uang Belanda ini nilainya lebih tinggi dari dolar yang kala itu belum punya arti apa-apa.

Baca Juga :

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini