Melihat Benteng Peninggalan Kolonial Belanda yang Tak Lekang oleh Zaman

Melihat Benteng Peninggalan Kolonial Belanda yang Tak Lekang oleh Zaman
info gambar utama

Penulis: Habibah Auni

Adanya Indonesia tak pernah luput dari sejarah. Bahwasanya, nenek moyang kita pernah dijajah begitu lama. Setidaknya, bumi nusantara paling lama dikuasai oleh kolonial Belanda, diperkirakan mencapai 3 abad.

Dalam kurun waktu itu, pihak kolonial memerintahkan dan memaksa masyarakat Indonesia untuk menyerahkan seluruh tenaganya secara cuma-cuma dalam rangka membangun jalan raya, fasilitas publik, dan bangunan-bangunan lainnya.

Selama itu pula, banyak sekali nyawa melayang. Semua usaha yang dikerahkan rakyat tidak memberikan keuntungan apapun untuk mereka, yang diuntungkan hanyalah pihak kolonial semata.

Akan tetapi, setidaknya peninggalan-peninggalan kolonial Belanda bisa Kawan rasakan manfaatnya. Pembangunan jalan kereta api misalnya. Berkat fasilitas ini, Kawan bisa mengakses semua wilayah di Pulau Jawa.

Selain transportasi, ada pula benteng-benteng yang bisa menjadi wadah Kawan untuk mempelajari pengalaman nenek moyang semasa penjajahan. Benteng-benteng ini dapat pula menjadi sarana Kawan untuk menikmati nilai-nilai seni berkelas tinggi. Berikut beberapa benteng peninggalan kolonial Belanda, yang terbentang dari Aceh hingga Papua.

1. Benteng Belgica

Benteng Belgica | Foto: Republika
info gambar

Berlokasi di Pulau Neira, Maluku, membuat Benteng Belgica lekat dengan sejarah pendudukan Maluku oleh pemerintah Portugis. Tepatnya pada 1512 silam, mereka datang ke Banda untuk kepentingan membeli rempah-rempah dan membangun Benteng Nassau.

Berlanjut pada 1609, terjadi perjanjian antara orang kaya di Banda dengan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang memutuskan monopoli VOC atas rempah-rempah di Banda. Lantaran sangat merugikan, masyarakat setempat pun menolak perjanjian itu sepenuh hati. Hingga akhirnya, VOC termotivasi untuk mendirikan kembali Benteng Nassau yang sebelumnya sudah runtuh.

Selama pembangunan kembali Benteng Nassau, Pieterszoon Verhoeven dan beberapa pasukannya tewas. Untuk mencegah hal ini agar tak terulang kembali, VOC pada 1611 membuat Benteng Belgica I dan Benteng Neira di Pulau Neira.

Kedua benteng itu pun mengalami perubahan fungsi menjadi basis militer Belanda. Sebagai satu kesatuan bangunan, di mana Benteng Neira dibangun di atas Benteng Belgica I, basis militer ini sangat kokoh, ideal, dan menjadi tempat pertahanan terbaik bagi pasukan kolonial.

Hampir setengah abad kemudian, kedua benteng itu dibongkar dan diganti dengan benteng baru bernama Benteng Belgica II. Atas perintah Cornelis Speelman, utusan dari kolonial Belanda, Benteng Benteng Belgica II pada 1667, direnovasi menjadi benteng baru bernama Benteng Belgica III.

Baca Juga: Kisah Benteng Buton yang Tak Tembus Belanda dan Masuk Guinnes World Record

2. Benteng de Kock

Benteng de Kock | Foto: Traverse.id
info gambar

Benteng satu ini terletak di Kota Bukittinggi dan menjadi saksi bisu dari Perang Paderi yang menelan banyak nyawa. Nama “de Kock” pada benteng ini diambil dari nama tempat benteng itu didirikan, yakni Bukit Jirek.

Benteng ini dibangun oleh Kapten Bauer pada 1825 silam sebagai bentuk dedikasi kepada Hendrik Merkus Baron de Kock, Letnan Gubernur Jenderal Hindia yang juga menjabat sebagai Komandan Militer pada masa itu.

Di samping itu, benteng de Kock didirikan untuk menjadi basis militer Belanda dan Kaum Adat dalam menghadapi Kaum Paderi. Dilansir dari Indonesiakaya, perjanjian kerja sama antara keduanya berakhir dengan kerugian di pihak Kaum Adat. Imbasnya, Kerajaan Pagaruyung beserta benteng de Kock pun mengalami keruntuhan.

Runtuhnya benteng ini tidak menyisakan apa pun, kecuali sisa-sisa parit yang pernah berada di lokasi sekitarnya. Namun, di atas area benteng ini berdiri sebuah bangunan bercat hijau yang bisa digunakan oleh pengunjung untuk melihat pemandangan. Orang-orang pun menjadikan arena ini sebagai tempat untuk mengabadikan momen mereka dalam menyelami sejarah Perang Paderi.

Baca Juga: Cerita Pondok Kopi, Perkebunan Kopi Pertama Belanda di Tanah Jawa

3. Benteng du Bus

Benteng du Bus | Foto: Wisato.id
info gambar

Benteng du Bus merupakan suatu benteng yang didirikan dan diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1828 di Desa Lobo, Kabupaten Kaimana, Papua Barat, bertepatan dengan hari ulang tahun Raja Belanda Willem III.

Nama “du Bus” pada benteng ini berasal dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa pada masa itu, yakni Burggraaf du Bus de Gisignies. Benteng ini didirikan dengan tujuan untuk menghalau gerakan pasukan kolonial Inggri dari arah selatan (Australia).

Sayangnya, Benteng du Bus hanya beroperasi selama delapan tahun, tepatnya sampai tahun 1835. Lantaran, terjangkitnya berbagai macam penyakit berbahaya yang berpotensi besar mengakibatkan kematian. Sehingga, pihak kolonial pun memutuskan untuk mengosongkan dan meninggalkan benteng ini.

Meskipun begitu, bentuk fisik dari Benteng du Bus bertahan sampai tahun 1836. Baru pada tahun itu, benteng tersebut benar-benar dihancurkan. Di atas area benteng tersebut, berdiri sebuah tugu yang menjadi saksi bisu dari kisah pendudukan pihak kolonial.

Baca Juga: Mengenal Bidadari Halmahera, Jenis Cendrawasih yang 'Minggat' dari Papua

4. Benteng Pendem Cilacap

Benteng Pendem Cilacap | Foto: JejakPiknik.com
info gambar

Benteng terakhir yang memiliki kesan mistis dan mengerikan. Benteng Pendem Cilacap, merupakan suatu benteng yang didirikan oleh pihak kolonial Belanda untuk menjadi tempat pertahanan mereka di pesisir di atas tanah yang menjorok ke laut, sebagaimana asal namanya yakni Kustbatterij op de Landtong te Cilacap.

Benteng ini sempat direbut oleh pasukan Jepang pada 1942, namun diambil dan dikuasai kembali oleh pasukan Belanda pada akhir 1945 hingga 1950. Hingga akhirnya Benteng Pendem bisa diambil oleh Indonesia dan dijadikan tempat pelatihan para Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Kemudian, Benteng Pendem mengalami pemugaran dan penataan ulang pada 1987, menjadi salah satu destinasi wisata Cilacap. Bangunan yang berusia ratusan ini masih gagah berdiri dan menjadi kebanggaan masyarakat setempat.

Membaca sejarah pembangunan benteng peninggalan kolonial Belanda dapat membuat Kawan bersyukur dengan kondisi Kawan saat ini. Selain itu, mengenali nama-nama benteng juga bisa mendorong Kawan untuk berbangga diri dengan kekayaan budaya Indonesia!*

Referensi:Brilio.net | Cagar Budaya Kemendikbud | Indonesia.go.id | Kebudayaan Kemendikbud | Wisato.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

Terima kasih telah membaca sampai di sini