TaniHub dan Deretan Startup Pertanian Indonesia yang Berhasil Raih Investasi Miliaran

TaniHub dan Deretan Startup Pertanian Indonesia yang Berhasil Raih Investasi Miliaran
info gambar utama

Industri startup yang terus menghadirkan berbagai perusahaan dengan masing-masing bidang yang menyasar target pasar tertentu nyatanya semakin beragam, bukan hanya di bidang perniagaan atau layanan keuangan, nyatanya banyak juga pencetus startup yang memilih pertanian sebagai bidang yang berpotensi dan perlu dikembangkan dalam keberadaan perusahaan berbasis teknologi.

Saat ini, ada berbagai startup di bidang pertanian yang hadir di Indonesia dan sejatinya memiliki tujuan serta visi misi yang sama, yaitu berfokus untuk memajukan industri pertanian dan diharapkan dapat membantu bukan hanya masyarakat yang menggunakan layanan yang disediakan, melainkan juga memberi manfaat yang bisa ikut dirasakan oleh para petani.

TaniHub misalnya, yang merupakan salah satu dari beberapa startup pertanian Indonesia yang cukup berkembang pesat dalam bisnisnya sejak pertama kali hadir di tahun 2016. Bukan satu-satunya entitas bisnis yang ada, TaniHub sejatinya merupakan bagian dari TaniHub Group yang juga menghadirkan entitas bisnis lainnya.

Aplikasi TaniHub
info gambar

Jika TaniHub berfokus pada integrasi platform e-commerce yang menyediakan hasil tani terbaik dan mempermudah petani menjual barang-barang hasil panen langsung ke konsumen, lain halnya dengan dua bentuk bisnis lainnya, yaitu TaniFund dan TaniSupply.

TaniFund merupakan platform ​peer-to-peer lending d​engan sistem pendanaan yang dilakukan sebagai solusi pembiayaan untuk operasional petani. Sedangkan TaniSupply merupakan infrastruktur distribusi yang disediakan untuk menghadirkan rantai pasok yang membantu distribusi semua hasil panen petani langsung ke pelaku usaha dan rumah tangga.

Secara umum, layanan TaniHub saat ini tersedia di wilayah Jabodetabek dan 9 kota besar lain di antaranya Bandung, Sumedang, Malang, dan Pasuruan. Berdasarkan klaim di situs resmi tanihub.com, startup ini sudah mendukung lebih dari 35 ribu petani di Indonesia dengan memberikan dampak positif berupa peningkatan pendapatan sebesar 50 persen dan peningkatan produksi sebesar 30 persen bagi para petani yang terdukung.

Baca juga Petani Indonesia Bertambah 8 Juta Orang Selama Pandemi

Terbaru, startup pertanian ini baru saja mendapatkan pendanaan seri B pada 21 Mei 2021 sebesar 65,5 juta dolar AS atau setara Rp942 miliar. Sebelumnya, TaniHub juga sudah mendapatkan pendanaan seri A di bulan yang sama pada tahun 2019 sebesar 10 juta dolar AS, di mana sebagian dana investasinya berasal dari The DFS Lab, sebuah akselerator fintech yang didanai oleh Bill and Melinda Gates Foundation.

TaniHub hanya satu dari sekian banyak startup pertanian yang hadir di Indonesia. Nyatanya, ada sederet startup pertanian lain yang juga berhasil berkembang secara pesat dan mengumpulkan dana investasi yang nilainya cukup besar.

Crowde

Crowde
info gambar

Crowde merupakan startup penyedia layanan peer-to-peer lending yang memang dikhususkan bagi para petani dan memungkinkan mereka memperoleh modal usaha ramah petani secara mudah, startup ini pertama kali dirintis pada tahun 2015-2016 oleh Yohanes Sugihtononugroho dan M. Risyad Ganis.

Pada tahun 2019, Crowde mendapat pendanaan sebesar 1 juta dolar AS yang diperoleh dari Mandiri Capital Indonesia. Berdasarkan kilas balik year in review di laman resmi crowde.co, sejak pertama kali beroperasi secara resmi di tahun 2017, startup ini sudah memberikan sekitar Rp252 miliar pinjaman yang disalurkan ke sebanyak 5.071 petani di Indonesia, termasuk di dalamnya pinjaman yang disalurkan sejak awal Januari 2021 sampai per hari ini, Selasa (25/5/2021) yang sudah mencapai kisaran Rp12 miliar.

Baca juga Selamat Hari Bumi! Yuk, Cari Tahu 6 Startup Indonesia yang Peduli Lingkungan

Kedai Sayur

Kedai Sayur
info gambar

Berbeda dengan startup sebelumnya, layanan startup satu ini lebih fokus pada distribusi hasil pertanian berupa sayur-sayuran kepada konsumen. Dengan sistem mengajak tukang sayur konvensional bergabung menjadi bagian dari Kedai Sayur sebagai Mitra Sayur.

Mitra sayur ini menjadi satu layanan utama yang dihadirkan untuk memberikan kemudahan bagi para pengguna khususnya ibu rumah tangga yang ingin berbelanja kebutuhan sayur tanpa perlu bepergian, namun tetap mendapat kualitas sayur terbaik.

Startup yang pertama kali dirintis pada tahun 2016 oleh Adrian Hernanto ini sudah mendapatkan dua kali pendanaan di tahun 2019 yang keduanya dipimpin oleh East Ventures. Pendanaan pertama diperoleh pada bulan Mei sebesar 1,3 juta dolar AS dan pendanaan kedua dilakukan tiga bulan setelahnya yaitu di bulan Agustus dengan nominal lebih besar yaitu 4 juta dolas AS.

Baca juga Dengan Kedai Sayur, Jualan Sayur Semakin Kekinian

Eden Farm

Eden Farm
info gambar

Lain halnya dengan TaniHub dan Kedai Sayur yang fokus untuk menghubungkan masyarakat sebagai konsumen dengan petani dan hasilnya secara langsung, Eden Farm lebih fokus untuk membawa hasil terbaik dari petani lokal ke berbagai restoran dan warung makan yang ada di Indonesia.

Startup yang didirikan pada tahun 2017 oleh David Gunawan ini memiliki tujuan supaya usaha kuliner tanah air menggunakan bahan-bahan yang mayoritas berasal dari para petani lokal. Berdasarkan keterangan situs resminya, Eden Farm menjadi penyuplai berbagai jenis sayuran dan bahan makanan beragam seperti sayuran hidroponik, buah, dan bahan kering.

Mengutip TechinAsia, Selasa (25/5), Eden Farm berhasil mengumpulkan pra-pendanaan sebesar 250 ribu dolar AS di bulan Agustus 2019, kemudian tepat sebulan setelahnya pada putaran awal pendanaan yang dipimpin oleh Global Funders Capital, Eden Farm berhasil mengumpulkan dana investasi sebesar 1,7 juta dolar AS.

Baca juga Anak Muda Mau Keren? Jadilah Petani

eFishery

eFishery
info gambar

Bicara soal kebutuhan pangan yang sebetulnya bukan hanya berasal dari sumber agrikultur atau pertanian, industri akuakultur atau budidaya sumber daya pangan perairan juga jadi bagian yang tak kalah penting di Indonesia.

Beruntungnya, bukan hanya industri pertanian saja yang menarik minat para pencetus startup. Hal ini terbukti dengan hadirnya eFishery, sebagai perusahaan berbasis teknologi yang menaruh perhatian di bidang budidaya perairan yang di dalamnya terdapat beragam sumber pangan berupa biota perairan laut maupun air tawar, seperti ikan, udang, tiram, rumput laut, dan lain sebagainya.

Pertama kali didirikan pada tahun 2013 di Bandung oleh Gibran Huzaifah, eFishery saat ini memiliki 3 fokus pengelolaan bisnis, yaitu eFisheryFeeder, eFisheryFresh, serta eFisheryFeed dan eFisheryFund.

eFisheryFeeder merupakan produk berbasis teknologi yang dimiliki oleh eFishery untuk membantu para pembudidaya sumber pangan air, supaya lebih mudah dalam mengelola usaha budidaya yang dimiliki dengan menggunakan peralatan penunjang yang bisa dikontrol hanya melalui ponsel pintar.

Sedangkan eFisheryFresh merupakan sarana yang menjadi penghubung antara pembudidaya dengan masyarakat yang ingin mendapatkan berbagai jenis ikan dalam bentuk segar.

Layanan yang sudah tersebar di berbagai penjuru Indonesia termasuk Sumatra dan Maluku ini mendapatkan pendanaan pada tahun 2018 sebesar 4 juta dolar AS yang berasal dari beberapa investor, di antaranya Social Capital dan Triputra Group. Sedangkan di tahun 2020, pendanaan seri B yang tidak disebutkan nominalnya juga didapat eFishery dari Go-Ventures sebagai perusahaan modal ventura dengan Gojek sebagai investor utama.

Tidak cukup sampai di situ, mengutip TechinAsia, Selasa (25/05) eFishery juga berhasil menjalankan proyek dan operasional di negara lain seperti Bangladesh, Thailand, dan Vietnam.

Baca juga Raih Dana Rp59 Miliar, eFishery Siap Jadi Startup Perikanan Terbesar di Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

SA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini