Mengenal NASAMS, "Iron Dome" Indonesia untuk Tangkal Serangan Udara

Mengenal NASAMS, "Iron Dome" Indonesia untuk Tangkal Serangan Udara
info gambar utama

Pertempuran antara Israel dan pejuang Palestina di Jalur Gaza memberikan kita sebuah pemahaman baru tentang persenjataan dan sistem pertahanan untuk menangkal serangan. Dari sini kita mengenal Iron Dome, sebuah sistem pertahanan dari serangan rudal yang basisnya ada di darat yang berfungsi mengintervensi roket dan artileri jarak dekat. Sistem pertahanan ini bekerja menggunakan rudal dan teknologi radar.

Sederhananya, radar akan membaca objek yang masuk, dalam hal ini adalah roket. Informasi kemudian diproses. Dari sana sistem mengetahui berbagai informasi mengenai objek, terutama soal kecepatan dan lintasan. Setelah itu rudal penangkal akan dikirim untuk mencegatnya dengan meledakkan muatan di dekat objek, sehingga menghancurkan obyek di udara.

Faktor lain, seperti kondisi atmosfer dan pola cuaca juga diperhitungkan sebelum rudal penangkal diluncurkan. Iron Dome mirip dengan sistem anti-rudal lain seperti sistem Patriot buatan AS dan S-400 buatan Rusia. Bedanya adalah, Iron Dome berbeda dalam hal jangkauan dan jenis objek yang dapat mereka jatuhkan. Iron Dome hanya dapat mendeteksi ancaman yang masuk antara empat dan 70 km jauhnya, sedangkan S-400 memiliki jangkauan hingga 400 km.

Sistem pertahanan udara Indonesia tak kalah canggih

Foto : kongsberg.com
info gambar

Indonesia ternyata juga memiliki sistem pertahanan udara yang tak kalah canggih dengan Iron Dome, salah satunya adalah yang dimiliki TNI AU yakni NASAMS (National Advance Surface to Air Missile System) buatan pabrikan Kongsberg, Norwegia. Sistem Pertahanan Udara ini telah datang ke Indonesia pada paruh akhir 2020, dan di tempatkan di kawasan strategis dekat dengan ibukota.

Melalui siaran persnya, Konsberg menyebutkan bahwa paket pembelian NASAMS untuk Indonesia mencakup command posts, radar, launcher, radio and integration, serta training dan logistics support.

Rudal terbaru ini nantinya memiliki jangkauan tembak minimal 55 km. Dan bila di-uprage, sistem pertahanan udara NASAMS (Norwegian Advanced Surface to Air Missile) itu bisa menjangkau sasaran dengan radius 180-220 km.

NASAMS merupakan sistem pertahanan udara terintegrasi menggunakan rudal sebagai sarana penghancur sasaran udara, didukung radar dan pos komando sebagai sarana deteksi dan eksekusi target. Kemampuan NASAMS mengeliminasi sasaran di udara meliputi rudal jelajah, rudal udara-darat, jet tempur, pesawat pengebom, pesawat tanpa awak (drone), dan helikopter.

Pengembangan NASAMS

Foto: kongsberg.com
info gambar

NASAMS dikembangkan bersama oleh Kongsberg Defense & Aerospace (KDA) dari Norwegia dengan Raytheon dari Amerika Serikat. NASAMS pertama kali dibuat untuk memenuhi kebutuhan sistem persenjataan bagi Royal Norwegian Air Force (RNoAF) dan telah diperasikan sejak 1998.

Keunggulan NASAMS salah satunya karena sudah mengadopsi network centric, yang dapat memindai 72 sasaran sekaligus dalam mode aktif dan pasif.

Sistem ini menggunakan rudal pertahanan udara jarak menengah Raytheon AIM-120 AMRAAM, serupa dengan yang digunakan jet tempur F-16C/D Fighting Falcon milik TNI-AU. Lalu ada delapan radar (AN/MPQ-64 Sentinel F1 Improved Sentinel X band 3D radar), satu pusat kendali tembakan (CTOC), satu kendaraan kamera elektro-optik (MSP500) dan satu kendaraan Tactical Control Cell (TCC).

Radar baru yang dapat dipasang di berbagai kendaraan, memiliki catu daya sendiri dan dapat memproses serta mendistribusikan data secara mandiri. Kendaraan dapat dihubungkan melalui hubungan radio, kabel, melalui Multi Rolle Radio, atau melalui TADKOM.

Titik penempatan NASAMS

Di Indonesia, NASAMS ditempatkan di Teluk Naga, Tangerang di bawah kendali TNI AU sebagai payung ibu kota. TNI AU telah menyatakan bahwa NASAMS adalah sistem pertahanan udara jarak menengah, sedangkan dalam rencana jangka panjang TNI AU berencana untuk memperoleh sistem pertahanan udara jarak jauh.

Selain Indonesia, ada 15 negara lain yang sudah mengoperasikan NASAMS, diantaranya adalah Amerika Serikat yang bahkan menggunakan NASAMS untuk melindungi wilayah udara di ibukotnya, Washington DC, saat pelantikan Presiden AS tahun 2005. NASAMS juga melindungi wilayah udara gedung putih.

NASAMS menjadi salah satu pilihan Indonesia dalam memenuhi sistem pertahanan udara yang modern. Selain NASAMS, Indonesia juga pernah ditawari S-300, BUK-ME dan Pantysr dari Rusia, serta HQ-16 dan variannya dari Tiongkok.

(Dari berbagai sumber)

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

AH
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini