3 Sutradara Film Senior Indonesia yang Mendunia di Tahun 1990-an

3 Sutradara Film Senior Indonesia yang Mendunia di Tahun 1990-an
info gambar utama

Hiburan sudah pasti menjadi suatu hal yang dibutuhkan bagi hampir semua kalangan termasuk di Indonesia. Sejatinya, ada berbagai macam jenis kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing orang untuk mencari hiburan, guna menjernihkan pikiran di samping melakukan aktivitas atau kegiatan rutin sehari-hari layaknya bekerja, belajar, dan sejenisnya.

Beda kepribadian, beda pula cara yang dilakukan masing-masing orang dalam mencari hiburan, beberapa senang bermain gim, beberapa harus berlibur ke destinasi wisata, dan beberapa ada pula yang puas mendapatkan hiburan hanya dengan menonton film di sela-sela waktu luang.

Tapi jika bicara soal menonton film, rasanya kegiatan satu ini menjadi hal yang umum bahkan bisa dikatakan sudah pasti disukai oleh hampir semua kalangan tanpa terkecuali. Bukan tanpa alasan, ungkapan tersebut nyatanya sejalan dengan kondisi industri perfilman di tanah air, terutama dari sisi penikmat film.

Terbukti, perkembangan pesat dari segi antusias penikmat film meningkat selama hampir 1 dekade dalam rentang tahun 2010-2019. Menurut data Filmindonesia.or.id dari peringkat 15 besar film Indonesia, total ada 6,5 juta penonton yang berhasil didapat.

Baca juga Dalam 1 Dekade, Penonton Film Indonesia Meningkat 5 Kali Lipat

Sedangkan di tahun 2019, dengan hanya berdasarkan peringkat 5 besar film Indonesia terlaris pada tahun tersebut, total ada sekitar 14,8 juta penonton yang menikmati film-film buatan tanah air.

Di saat masyarakat menjadikan film sebagai pilihan mencari hiburan, tentu lain halnya bagi para orang-orang di balik film yang membuat industri tersebut menjadi sumber penghasilan, baik untuk kru pembuat film, aktor atau aktris, bahkan sampai sutradara.

Semua pihak yang berada di balik film yang ditonton oleh banyak orang pastinya berusaha sebaik mungkin agar film-film buatan tanah air dapat lebih banyak dinikmati, dan tidak kalah menghibur dengan film-film garapan luar negeri.

Tidak dapat dimungkiri jika keberadaan sutradara menjadi hal krusial dalam sebuah produksi film untuk bisa menghasilkan karya terbaik. Beruntungnya, Indonesia memiliki jajaran sutradara film ternama dengan hasil karya yang menakjubkan, bahkan tak sedikit pula yang diakui keberadaannya sampai taraf internasional.

Siapa saja sutradara ternama Indonesia yang mendapat pengakuan dunia lewat karya yang dihasilkan? Berikut daftarnya.

Baca juga Warnai Perfilman Tanah Air, Inilah Deretan Sutradara Mancanegara Penggarap Film Indonesia

1. Arifin Chairin Noer

Arifin C. Noer
info gambar

Merupakan sosok legendaris di industri perfilman tanah air, pria kelahiran Cirebon, 10 Maret 1941, ini rupanya sudah tertarik dengan bidang seni sejak duduk di bangku SMP. Dirinya diketahui aktif menulis cerpen, puisi, dan naskah sandiwara, yang aktif dikirim ke Radio Republik Indonesia (RRI) Cirebon.

Mengadu nasib ke Jakarta dan mendirikan teater kecil pada tahun 1968, Arifin lalu mengikuti International Writing Program ke Universitas Iowa, Amerika Serikat. Proyek film pertamanya adalah ''Rio Anakku'' yang digarap bersama dengan sutradara Hasmanan di tahun 1973.

Karyanya yang paling dikenal dan mengundang kontroversi adalah ''Pengkhianatan G-30-S/PKI'' yang dirilis pada tahun 1984. Di samping itu, ada banyak deretan film karya Arifin yang mendapat berbagai penghargaan Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI) pada tahun 1970-1990.

Ada satu film lagi yang memunculkan namanya sebagai sineas internasional, yakni film berjudul ''Pemberang''. Melaui film ini, Arifin dinobatkan sebagai penulis skenario terbaik di Festival Film Asia tahun 1972 dan mendapat piala The Golden Harvest.

Kemudian di tahun 1990, dirinya mendapat Penghargaan Penulis Asia Tenggara (SEA Write Award) berkat naskah drama yang ia tulis berjudul ''Sumur Tanpa Dasar''. Lima tahun sejak penghargaan Internasional tersebut, Arifin meninggal dunia di tahun 1995 karena penyakit kanker hati yang dideritanya.

Baca juga Film Tjoet Nja' Dhien yang Diproduksi Tahun 1988 Kembali Diputar Ulang

2. Ami Priyono

Ami Priyono
info gambar

Sosok bernama asli Lembu Amiluhur Priyawardhana Priyono ini lahir pada tahun 1939 di Jakarta--saat itu masih bernama Batavia. Pernah mengenyam studi tentang perfilman di Institut Sinematografi Gerasimov, Rusia, membuat Ami--sapaannya--berkarier menjadi seorang aktor dan sutradara film sekaligus di tanah air sejak tahun 1971.

Salah satu karyanya di tahun 1977 yang bertajuk ''Jakarta Jakarta'', memenangkan 5 Piala Citra sekaligus di ajang FFI tahun 1978. Tidak cukup sampai di situ, salah satu pengajar di SOAS, University of London, memberikan respons positif dan menggambarkan bahwa film tersebut sebagai gambaran menarik dari Jakarta sepanjang tahun 1970.

Menjelang akhir masa aktifnya sebagai sutradara, Ami acapkali menjadi juri pada beberapa festival film internasional, di antaranya Asia-Pacific Film Festival di tahun 1995 dan Fukuoka International Film Festival di tahun 1996.

Baca juga Ajang Melegenda, Festival Film Sundance Kini Hadir di Indonesia

3. Garin Nugroho

Garin Nugroho
info gambar

Pria kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1961, ini bukan hanya seorang sutradara melainkan juga seorang produser, dirinya sudah memiliki latar belakang perfilman setelah menempuh pendidikan Sinematografi di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan lulus pada tahun 1985.

Karier Garin di industri perfilman ternyata dimulai dengan menjadi kritikus dan pembuat film dokumenter. Tidak hanya film, dirinya juga menyutradarai video musik mulai tahun 1991 yang saat itu masih jadi hal baru di televisi Indonesia.

''Kucumbu Tubuh Indahku'' menjadi film terbaru besutan Garin yang sukses di industri perfilman Internasional, walau menuai kontroversi di dalam negeri karena isu yang di angkat.

Meski begitu, sosok yang juga pernah menempuh pendidikan hukum di Universitas Indonesia ini nyatanya sudah langganan memenangkan penghargaan film Internasional sejak tahun 1990-an.

Film pertamanya yaitu ''Cinta Sepotong Roti'' sukses mengantarkan Garin menjadi pemenang kategori Sutradara Pendatang Baru di penghargaan Asia-Pacific Film Festival pada tahun 1992.

Setelah itu, film keduanya pada tahun 1996 yang bertajuk ''Bulan Tertusuk Ilalang'' membuat Garin diganjar 2 penghargaan FIPRESCI Prize Forum of New Cinema di ajang Berlin International Film Festival dan Sutradara Terbaik di penghargaan Festival des 3 Continents (Festival 3 Benua).

Baca juga Garin Nugroho, Sutradara Pembawa Budaya Indonesia ke Dunia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

SA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini