Kata Dokter Soal Bahaya Positif Covid-19 Pada Anak dengan Komorbid

Kata Dokter Soal Bahaya Positif Covid-19 Pada Anak dengan Komorbid
info gambar utama

Hingga saat ini, angka penyebaran Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah. Menurut data Covid.go.id, jumlah kasus positif di Indonesia hingga kini mencapai 1,85 juta, dengan 1,7 juta orang sembuh dan 51 ribu meninggal dunia.

Penyebaran virus SARS-CoV-2 memang masih harus tetap diwaspadai. Sebab, siapa saja bisa terkena Covid-19 tanpa memandang latar belakang dan usia. Dari anak-anak sampai orang dewasa pun punya risiko yang sama.

Prof. Cissy Kartasasmita, Sp.A (K), M.Sc, dokter spesialias anak sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, mengatakan bahwa tak menutup kemungkinan bila pasien anak ada yang memilki gejala berat, bahkan sampai harus masuk ICU dan meninggal dunia karena Covid-19.

"Biasanya karena memiliki penyakit lain sebelumnya seperti komorbid atau kurang gizi. Fatalitas di negara lain sebenarnya cukup rendah meski dalam hasil studi di Indonesia kita tinggi," ujarnya, seperti dikutip Detik.com.

Studi FKUI mengenai Covid-19 pada anak dengan komorbid

Saat anak dengan komorbid terkena Covid-19, kesehatannya bisa terancam. Menurut studi terbaru oleh peneliti FKUI dalam Journal of Infectious Diseases, 40 persen pasien anak yang positif Covid-19 di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, meninggal dunia dan sebagian besar dari mereka memiliki komorbid.

Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan data dan rekam medis pasien COVID-19 yang dirawat di RSCM pada periode Maret hingga Oktober 2020.

Dari penelitian tersebut, tertulis bahwa beberapa komorbid pada anak yang paling sering dijumpai antara lain gagal ginjal kronik, anak dengan kondisi ganas seperti kanker, anak dengan penyakit jantung bawaan, anak obesitas, dan anak kurang gizi.

Yogi Prawira, Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), yang juga terlibat dalam penelitian, mengatakan bahwa kebanyakan pasien anak dengan komorbid datang ke rumah sakit dalam kondisi kritis sehingga risiko menjadi fatal tinggi.

Perlu diketahui bahwa Covid-19 dapat menyerang hingga sembilan organ tubuh, mulai dari paru-paru, jantung dan pembuluh darah, otak, mata, hidung, liver, ginjal, kulit, hingga saluran pencernaan.

Pada anak-anak dengan komorbid dan positif Covid-19, virus bisa mengganggu kerja organ tubuh dan memperparah penyakit penyerta dan menghalangi proses pengobatan.

"Jadi, pada beberapa kondisi seperti gagal ginjal, keganasan, itu dalam kondisi normal pun daya tahan tubuhnya sudah terganggu, jadi imunitasnya sudah mengalami masalah. Apalagi, ditambah dengan adanya infeksi Covid-19. Jadi, memang bisa memperparah kondisi kesehatannya," kata Yogi kepada CNNIndonesia.com.

Jika seorang anak penderita kanker harus menjalani kemoterapi, ia bisa saja tidak mendapatkan perawatan tersebut saat sedang dirawat untuk pengobatan Covid-19. Setelahnya, hasil tes mungkin negatif, tetapi komorbid tetap tidak terkendali.

Peran orang tua dalam menjaga kesehatan anak

Peran orang tua dalam menjaga anak-anak sangatlah penting agar mereka tak terinfeksi virus. Dikhawatirkan kondisinya bisa memburuk bila sebelumnya memang telah memiliki penyakit penyerta seperti seperti jantung, ginjal, TBC, atau asma.

Prof. Cissy menyarankan agar protokol kesehatan harus dijalankan dengan ketata untuk menjaga agar anak-anak tidak tertular virus. Orang tua bisa mengajarkan anak untuk menjaga diri dengan baik, termasuk tidak dibawa ke kerumunan seperti pusat belanja, piknik, atau makan di restoran yang banyak orang.

Sementara itu menurut dokter anak, dr Hijrah Harmansyah, dari RS Sandi Karsa, Makassar, mengatakan kalau gejala Covid-19 terhadap anak sama saja dengan orang dewasa. Jika anak mengalami gejala, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan daripada menebak-nebak sendiri.

“Ada beberapa obat yang dibedakan untuk penanganan anak atau dewasa. Bahkan, memang ada beberapa yang juga tidak bergejala,” katanya, seperti dikutip Republika.co.id.

Menurut Hijrah, memang sebaiknya anak-anak lebih sering di rumah. Bila terpaksa keluar pun harus mematuhi protokol yang ketat seperti menggunakan masker dan menjaganya agar tidak menyentuh barang-barang selama di luar.

Laman resmi WHO menulis bahwa pihak mereka masih mempelajari dampak virus Covid-19 pada anak-anak. Orang tua bisa mengenali gejala-gejala seperti batuk, demam, dan sesak napas dan bila itu terjadi, bisa minta saran dari tenaga medis.

Meski sulit, tapi orang tua bisa mengajarkan anak menjaga kebersihan dengan mencuci tangan, menutup hidung dan mulut saat batuk, serta tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.


Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini