Selamat Hari Laut Sedunia! Ya, tepat di hari ini setiap tanggal 8 Juni sejatinya menjadi hari peringatan yang kerap kali disebut juga sebagai “World Ocean Day”. Istimewanya, di tahun ini PBB meluncurkan situs resmi yang bertujuan untuk memperingati Hari Laut Sedunia setiap tahunnya di waktu yang akan datang, lebih tepatnya melalui laman unworldoceansday.org.
Sekilas sejarah singkat, peringatan Hari Laut Sedunia awal mulanya diusulkan oleh Kanada dalam penyelenggaraan United Nations Conference on Environment and Development pada tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brasil.
Namun tidak langsung disetujui, setelah melalui berbagai perayaan hari laut tanpa tanggal peringatan resmi, pada tahun 2008 akhirnya PBB menetapkan tanggal 8 Juni sebagai Hari Laut Sedunia.
Sama halnya seperti peringatan hari besar lain, Hari Laut Sedunia pun kerap kali menentukan tema penuh makna dari tahun ke tahun perayaannya sejak 2009. Adapun peringatan tahun ini mengangkat tema “The Ocean: Life and Livelihoods” yang bertujuan untuk mengampanyekan pentingnya ekosistem laut dan keberadaannya untuk manusia.
Baca juga Inilah Beberapa Fakta tentang Laut Indonesia
Di sisi lain, Indonesia merupakan salah satu negara yang beruntung karena memiliki wilayah lautan yang luas dibanding negara-negara lain, hal tersebut diperkuat dengan klaim dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menyebutkan bahwa luas lautan Indonesia mencapai sekitar 3,25 juta kilometer persegi dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,55 juta kilometer persegi.
Wilayah lautan Indonesia tersebut jauh lebih luas jika dibandingkan wilayah daratan dengan luas 2,01 juta kilometer persegi. Berangkat dari hal tersebut, rasanya tidak heran jika Indonesia memiliki ragam satwa laut unik yang membuat ekosistem laut negara ini banyak mencuri perhatian dunia.
Hewan unik apa saja yang bisa ditemui di laut Indonesia? Berikut daftarnya:
Hiu berjalan
Berjenis Hemiscyllium halmahera, hiu satu ini kerap kali disebut juga sebagai Hiu Halmahera karena keberadaannya yang ditemukan di dekat Pulau Halmahera, Kepulauan Maluku. Berbeda dengan hiu lain, sesuai namanya hiu ini terdapat di dasar laut dan bergerak dengan merayap seolah berjalan menggunakan siripnya.
Hidup pada perairan tropis, walau sudah tidak asing bagi masyrakat Maluku Utara namun hewan satu ini baru banyak diketahui dan dikenal setelah dilihat dan dipublikasi oleh rombongan ilmuwan yang dipimpin Dr. Gerald Allen pada tahun 2008.
Baca juga Hiu Paus Berjalan di Indonesia Terus Berevolusi
Kuda laut kerdil
Memiliki nama ilmiah Hippocampus bargibanti, kuda laut satu ini memang memiliki bentuk yang berbeda seperti kuda laut pada umumnya. Disebut kerdil karena kuda laut ini berukuran kecil, biasanya kurang dari 2 cm, dan hidup secara menempel pada terumbu karang.
Ada dua variasi warna yang dikenal dari jenis kuda laut ini, yaitu abu-abu dengan tuberkel merah, dan kuning dengan tuberkel oranye. Walau bukan hewan laut asli dari Indonesia, namun keberadaannya cukup banyak ditemui di beberapa wilayah seperti Bali, Sulawesi, dan Papua.
Baca juga Inilah Pygmy Pipehorse, Si Kuda Laut yang Paling Mungil
Ikan raja laut
Coelacanth Indonesia, merupakan jenis ikan yang masuk ke dalam kategori hewan purba yang sudah ada sejak 200 juta tahun lalu, maka tak heran jika ikan ini memiliki tampilan fisik yang primitif ketimbang kebanyakan ikan yang ada saat ini.
Sempat dianggap punah, hewan satu ini nyatanya ditemukan di perairan Indonesia pada tahun 1997 secara tidak sengaja, memiliki habitat di sekitar perairan laut Sulawesi terutama di sekitar Pulau Manado Tua, perairan Malalayang, Teluk Manado, dan di perairan Talise, Minahasa Utara.
Habitat dari ikan satu ini berada pada kedalamanan lebih dari 180 meter dengan suhu maksimal 18 derajat Celsius. Sesuai kondisinya, ikan ini termasuk hewan yang langka dan terancam punah, bahkan masuk ke dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) yang tergolong rentan dan kritis.
Baca juga Sejarah Hari Ini (18 September 1997) - Ikan Coelacanth Pertama di Indonesia, Spesies Kedua di Dunia
Ikan kardinal Banggai
Seringkali dikenal dengan sebutan Banggai Cardinalfish, Ikan Capungan Banggai, atau Ikan Capungan Ambon. Sesuai namanya, hewan satu ini merupakan salah satu satwa endemik Indonesia yang berasal dari Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah, namun belakangan keberadaannya dalam bentuk populasi kecil juga ditemukan di perairan Bali karena penyebaran yang dilakukan oleh pedagang ikan hias.
Umumnya, ikan Kardinal Banggai ini berhabitat di perairan dangkal termasuk terumbu karang, terutama di wilayah perairan yang tenang. Selain itu, hewan yang memiliki sifat komunal atau membentuk kelompok ini juga sering ditemui berdekatan pada bulu babi, anemon laut, dan karang bercabang.
Baca juga Yuk Melihat Keindahan Ikan Endemik Pulau Banggai ini
Ikan matahari
Dikenal juga dengan nama ikan Mola-mola, berasal dari Bahasa Latin “millstone” yang artinya batu gerinda. Julukan ini diberikan karena tubuhnya yang menyerupai batu dengan warna abu-abu, bertekstur kasar, dan bentuknya yang bulat.
Ikan Mola-mola tergolong unik, karena bila umumnya semua jenis ikan selalu mempunyai sirip ekor, berbeda dengan Mola-mola yang nyaris tidak memiliki sirip ekor. Julukan sunfish pun didapat karena ikan ini memiliki kebiasaan berjemur dengan cara naik ke permukaan air laut setelah lama menyelam di kedalaman 600 meter.
Namun, akibat dari kebiasaan tersebut nyatanya membuat ikan ini kerap kali terdampar di tepi pantai atau bahkan menjadi korban kecelakaan dalam lalu lintas perairan laut seperti tersangkut di baling-baling kapal perahu, dan sering menjadi korban tabrakan dari kapal-kapal besar yang sedang melaju ke arahnya.
Karena jumlahnya yang semakin terbatas, banyak pihak yang mengusulkan agar ikan satu ini masuk ke dalam kategori satwa yang dilindungi, dan bersamaan dengan itu ikan ini masuk ke dalam daftar satwa rentan dari IUCN.
Berdasarkan info dari laman resmi kkp.go.id, Ikan Mola-mola saat ini dideteksi hanya terdapat di perairan Kepulauan Nusa Penida, Bali. Untuk melihatnya, silakan kunjungi kawasan itu pada bulan Juli hingga September.
Baca juga Melindungi Bali dari Sampah Plastik
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News