Hari DBD ASEAN 2021, Negara Asia Tenggara Merupakan Endemik DBD

Hari DBD ASEAN 2021, Negara Asia Tenggara Merupakan Endemik DBD
info gambar utama

Sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-19 di Vietnam tahun 2010, tanggal 15 Juni mulai diperingati sebagai Hari Demam Berdarah Dengue (DBD) ASEAN atau juga disebut ASEAN Dengue Day.

Hingga kini, DBD masih menjadi ancaman kesehatan dan terus menyebar di seluruh wilayah Asia Pasifik. Hari DBD ASEAN memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya DBD dan menjadi pengingat agar negara-negara anggota ASEAN bersama-sama melakukan tindakan preventif untuk mencegah DBD.

Dalam laporan WHO berjudul “WHO Global strategy for dengue prevention and control 2012–2020” tertulis bahwa sebagian besar negara di Asia Tenggara merupakan endemik DBD.

DBD merupakan infeksi yang disebabkan virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat membuat penderitanya merasakan nyeri yang hebat, bahkan mengancam nyawa.

Dari anak-anak hingga lansia memiliki risiko terkena DBD. Meski demikian, akan berdampak lebih buruk pada lansia dibanding mereka yang berusia di bawah 45 tahun karena alasan sistem kekebalan tubuh.

Di Indonesia sendiri, kasus DBD masih terbilang tinggi. Menurut data Kementerian Kesehatan, kasus DBD hingga minggu ke-49 tahun 2020 mencapai 95.893 kasus yang tersebar di 472 kabupaten/kota dari 34 provinsi di Indonesia. Penyakit ini telah menyebabkan 661 orang meninggal dunia.

Kasus DBD biasanya mengalami lonjakan saat musim pancaroba atau masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Pada musim pancaroba, biasanya frekuensi orang yang menderita penyakit saluran pernapasan atas seperti flu, pilek, dan batuk relatif mengalami peningkatan.

Gejala dan tahapan DBD

Adapun gejala DBD umumnya meliputi demam tinggi hingga 39 derajat Celsius dan bisa bertahan 2-7 hari. Gejala tersebut biasanya akan diikuti dengan sakit kepala, menggigil, lemas, nyeri otot dan tulang, ruam kulit, sulit menelan, mual, dan muntah. Gejala DBD juga bisa menimbulkan tanda-tanda perdarahan seperti gusi berdarah, mimisan, hingga muntah darah.

Mengutip Detik.com, perwakilan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Mulya Rahma Karyanti, SpA(K) menyampaikan fase penyakit DBD dari hari pertama hingga hari ketujuh.

Mulya menjelaskan fase DBD umumnya dimulai dari demam tinggi, di sini pasien seringkali merasa malas untuk minum sehingga penting untuk selalu terhidrasi. Kemudian masuk ke hari ketiga hingga keenam dalam fase kritis. Pada fase ini, biasa terjadi kebocoran pembuluh darah yang bisa menyebabkan pembuluh darah kolaps. Trombosit akan turun ke titik terendah dan sel darah merah naik ke titik tertinggi.

Lebih lanjut Mulya mengatakan bila ada keterlambatan pemberian cairan sampai pembuluh darahnya kolaps, akhirnya sirkulasi darah akan berkurang ke ginjal, ke otak, dan itu bisa menyebabkan gagal organ dan bisa menyebabkan kematian.

Setelah hari keenam, umumnya pasien akan masuk ke fase penyembuhan. Menurut dr Ronald Irwanto, SpPD-KPTI, FINASIM, dokter spesialis penyakit dalam dari RSPI Puri Indah, kadar trombosit pada saat mengidap DBD ternyata bisa naik dengan sendirinya pada hari ketujuh.

Pertolongan pertama dan upaya pencegahan DBD

Menurut Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia oleh Kementerian Kesehatan, pertolongan pertama pada DBD bisa dilakukan dengan istirahat total selama demam, minum obat pereda demam yang aman, kompres air hangat, minum air 1-2 liter kecuali yang berwarna merah dan cokelat.

Bila terjadi kejang agar menjaga lidah agar tidak tergigit, longgarkan pakaian, dan tidak memberikan apapun lewat mulut selama kejang masih berlangsung. Jika demam tidak turun selama 2-3 hari dan disertai dengan gejala seperti yang telah disebutkan di atas, dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat pemeriksaan lebih lanjut.

Sedangkan untuk upaya pencegahan DBD, Didi Budijanto, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk selalu ingat pedoman 3M Plus, yakni menguras penampungan air, menutup rapat tempat-tempat penampungan air, memanfaatkan kembali limbah barang bekas bernilai ekonomis.

Plusnya adalah memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, dan gotong royong membersihkan lingkungan.


Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

DA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini