Gejala Bisa Menetap Meski Sudah Sembuh, Ini yang Dimaksud Long Covid

Gejala Bisa Menetap Meski Sudah Sembuh, Ini yang Dimaksud Long Covid
info gambar utama

Pandemi Covid-19 telah berlangsung sekitar satu setengah tahun lamanya. Akhirnya vaksin ditemukan dan mulai diberikan kepada masyarakat dunia. Namun, di sisi lain, juga muncul virus varian baru yang dikabarkan lebih berbahaya. Pun ada pula gejala lanjutan yang dialami para penyintas setelah dinyatakan negatif atau biasa disebut Long Covid.

Zubairi Djoerban, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia, mengatakan bahwa Long Covid adalah penyakit yang kerusakannya menetap setelah melewati masa sembuh. Bahkan, setelah orang dinyatakan sembuh dari virus SARS-CoV-2 tetapi masih merasakan gejalanya dalam jangka panjang.

“Biasanya, orang yang terinfeksi Covid-19 itu sebagian besar gejalanya menghilang setelah dua tiga minggu. Namun ada sekelompok orang yang setelah sembuh dari Covid-19 masih mengalami gejala-gejala selama satu bulan, bahkan sampai dengan beberapa bulan dan itu cukup banyak, bisa sekitar 20 persen,” ujarnya kepada Kontan.co.id.

Sebuah penelitian terbaru dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Persahabatan mengungkap 63,5 persen pasien dan penyintas COVID-19 di Indonesia mengalami Long Covid. Hal ini membuat para penyintas mengeluhkan gejala Covid-19 terus-menerus meski sudah dinyatakan negatif.

Risiko dan gejala Long Covid

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr Agus Dwi Susanto, memaparkan risiko Long Covid, yaitu melihat gejala yang dialami selama positif Covid, berat penyakit akibat Covid yang dialami, memiliki komorbid, serta pernah melakukan terapi oksigen akibat kondisi kritis saat terkena Covid.

Dokter Spesialis Paru, Yahya, mengatakan bahwa ada beberapa kebiasan yang bisa memicu munculnya Long Covid. Di antaranya adalah kebiasaan merokok, terlalu banyak pikiran, kebiasaan menyepelekan penyakit, tidak mau kembali ke dokter untuk konsultasi setelah sembuh, hingga kurang tidur.

Untuk gejala Long Covid, biasanya pasien akan mengalami kelelahan, batuk, nyeri otot, gangguan tidur, sakit kepala, sesak napas, nyeri sendi, jantung berdebar, sulit berkonsentrasi, mual, hidung tersumbat, kehilangan penciuman, nyeri tenggorokan, demam, diare, muntah, bahkan mengalami depresi.

Dr. Nasia Safdar, direktur medis pengendalian infeksi di University of Wisconsin, mengatakan bahwa kunci untuk membedakan Long Covid adalah dengan memperhatikan gejala baru yang berkembang, atau yang tidak pernah hilang, setelah sekitar 30 hari pasca infeksi.

Bila tak kunjung sembuh, dampak dari Long Covid ini bisa memengaruhi sebagian besar organ tubuh, dari mulai jantung, paru-paru, ginjal, kulit, hingga fungsi otak.

Waspada dan upaya mengelola gejala Long Covid

Menukil Detik.com, juru bicara Satgas Covid-19, Prof Wiku Adisasmito berharap semua masyarakat selalu waspada sebab Long Covid tak hanya bisa berisiko pada mereka yang menderita komorbid. Orang yang masih berusia muda serta anak-anak tanpa komorbid pun tetap berisiko.

Namun, ia pun menyarankan agar masyarakat tidak perlu takut berlebihan pada Long Covid. Sebab, gejala berkepanjang yang dialami pasien tidak menular. Di sisi lain, protokol kesehatan harus terus ditegakkan demi mencegah penyebaran virusnya sejak awal.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengelola gejala Long Covid. Mulai dari tidak memaksakan diri dengan kecepatan saat berkegiatan. Anda bisa merencanakan kegiatan per hari, pertimbangkan waktu luang untuk melakukan hal-hal menyenangkan, tak lupa tidur cukup, dan mulai tingkatkan kebiasaan olahraga jadi lebih rutin. Anda juga bisa latihan fleksibilitas seperti yoga dan latihan kekuatan.

Dari segi mental, pastikan Anda tahu bagaimana cara untuk meningkatkan suasana hati, berbaik hati pada diri sendiri selama pemulihan, terkoneksi dengan orang-orang yang mampu membuat Anda merasa lebih baik, dan tetaplah aktif demi melepaskan endorfin.




Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini