Tembakau Srinthil, Si Pembawa Keberuntungan Asal Temanggung

Tembakau Srinthil, Si Pembawa Keberuntungan Asal Temanggung
info gambar utama

Penulis: Ega Krisnawati

#Writingchallenge#Inspirasidarisekitar #Negerikolaborasi

Diceritakan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, terdapat nama "Srinthil" yang mirip dengan nama seorang ronggeng, penari tayub yang berasal dari Dukuh Paruk. Kendati demikian, di Temanggung terdapat tembakau dengan kualitas terbaik dengan nama yang sama, yaitu tembakau srinthil.

Dilansir dari laman Merdeka.com, masyarakat sekitar di Temanggung berpendapat bahwa nama “Srinthil” sendiri berasal dari kata “sri-ne” dan “ngintil”. Sri adalah seorang dewi keberuntungan, sedangkan ngintil artinya mengikuti. Maka dari itu, srinthil dapat diartikan sebagai tembakau yang diikuti dengan keberuntungan.

Atas kualitas mutu srinthil yang sangat baik, tidak jarang jika masyarakat Temanggung melekatkan tembakau ini dengan aspek mistis. Berdasarkan cerita yang beredar, daun tembakau yang bakal menjadi srinthil ditandai dengan cahaya kuning di kegelapan pada malam hari.

Bahkan, sebagian masyarakat petani percaya, cahaya itu diturunkan oleh para dewa di langit. Pasalnya, srinthil bagi mereka adalah suatu ‘pulung’ atau ‘ndaru rigen’. Makna dari kedua istilah tersebut, yaitu keberuntungan atau berkah yang tidak dapat direncanakan oleh manusia dan terjadi karena kuasa Tuhan.

Awal Mula Kehadiran Tembakau di Indonesia

Keberadaan srinthil di Temanggung

Tembakau Srinthil | Foto: Merdeka.com
info gambar

Kabupaten Temanggung terletak persis di tengah Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Tengah dengan luas wilayah 870,65 km2. Kabupaten ini terdiri dari kawasan pegunungan pada ketinggian 500--1.600 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata 20 sampai 30 derajat celsius.

Area tembakau tersebar berada di 15 kecamatan. Sebanyak 15 kecamatan itu membentang di kaki dan lereng tiga gunung, yaitu Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Prahu. Pada dataran tinggi berhawa sejuk inilah terhampar ladang tembakau sebagai tanaman musiman, dan menjadi salah satu sumber utama perekonomian masyarakat setempat.

Menurut laman Kompas.com, beberapa desa yang menghasilkan srinthil adalah Desa Legoksari, Desa Tlilir, Desa Wonosari, Desa Losari, Desa Pagergunung, Desa Pagersari, Desa Wonotirto, Desa Banaran, Desa Bansari, Desa Gedegan, Desa Kemloko, dan Desa Gandu.

Oleh karena jenis tanah, ketinggian, suhu, paparan sinar matahari, dan ketersediaan air yang berbeda-beda, maka setiap kecamatan penghasil tembakau di Temanggung memiliki produktivitas lahan dan mutu daun tembakau yang beragam.

Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Anjuran Berhenti Merokok Cegah COVID-19

Maka dari itu, tembakau dari Temanggung dikenal dengan kualitas yang baik dan nilai ekonomi yang tinggi daripada berbagai jenis tembakau di daerah lainnya. Masyarakat dari daerah lereng timur Sumbing, lereng Sindoro, dan Prahu menjadikan tembakau srinthil sebagai pemberi rasa dan aroma.

Bagaikan lauk pada sepiring nasi, tembakau srinthil sering dikenal dengan tembakau lauk. Hal ini disebabkan karena tembakau srinthil memiliki rasa dan aroma khas.

Kemudian, tembakau ini sering digunakan sebagai bahan racikan (bland). Komposisi tembakau Temanggung berkisar antara 12--24 persen bercampur dengan beragam jenis tembakau lokal daerah lain untuk membuat sebuah produk kretek.

Asal mula tembakau srinthil di Temanggung

Tembakau Srinthil | Foto: Boleh Merokok
info gambar
The Lensoist, Grup Andalan dan Upaya Soekarno Tandingi Musik Rock Tanah Air

Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat, pada zaman dahulu, Sunan Kudus mendapat laporan dari Sunan Kedu bahwa bibit tembakau yang dititipkannya untuk ditanam ternyata tidak menghasilkan bagi masyarakat. Akhirnya, ia melemparkan hewan capung emas.

Lantas, tempat di mana capung emas jatuh itu dinilai cocok sebagai wadah penanaman tembakau. Ternyata, capung emas itu jatuh di lereng Gunung Sumbing. Namun, salah satu faktor yang membuat tembakau srinthil bisa ditanam di Temanggung adalah teknik penanaman dan pemeliharaannya yang masih menggunakan kearifan lokal.

Sehingga, tidak hanya srinthil, tembakau biasa yang mereka tanam juga dipastikan mengandung kadar nikotin yang tinggi. Maka itu, tak heran jika Lamuk Legok, bisa menghasilkan tembakau srintil yang berkualitas dengan harga yang mahal.*

Referensi: Merdeka.com | Indonesia.go | Kompas.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

KO
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini