Intip Kota-Kota Bersejarah di Indonesia, Opsi Wisata Terbaik (Bagian 1)

Intip Kota-Kota Bersejarah di Indonesia, Opsi Wisata Terbaik (Bagian 1)
info gambar utama

Penulis: Habibah Auni

#WritingChallenge#InspirasidariKawan#NegeriKolaborasi

Sudah menjadi rahasia umum betapa lamanya bumi nusantara diduduki oleh kerajaan ataupun pasukan Belanda. Ratusan tahun kekayaan alam negeri tidak bisa dimanfaatkan oleh anak-anak bangsa tentu membawa kesedihan yang mendalam. Barangkali ingatan pahit itu membekas hingga sekarang.

Kendati demikian, jerih payah nenek moyang kita dalam merebut kemerdekaan Indonesia, mengalirkan banyak kenikmatan yang bisa dinikmati oleh generasi muda. Salah satunya adalah kota bersejarah dengan arsitektur yang menyimbolkan kekuatan pendirinya.

Beberapa kota bersejarah ini pun menjadi kebangaan sendiri untuk Indonesia. Terbukti, kota-kota ini sudah mendatangkan banyak turis dalam negeri dan mancanegara sehingga dapat memajukan perekonomian daerahnya, dan tentunya para pekerjanya. Berikut 3 kota bersejarah di Indonesia.

Selain Monas dan Kota Tua, Ini 5 Tempat Bersejarah di Jakarta

Kota Tua, Jakarta

Kota Tua Jakarta | Foto: Bobox
info gambar

Melansir Kumparan, Kota Tua merupakan wilayah didirikannya Perusahaan India Timur Belanda (Dutch East India Company). Oleh Belanda, perusahaan ini dirintis dalam rangka menjalankan perdagangan rempah antar benua pada 1602 silam.

Selain membangun gedung Perusahaan India Timur Belanda, pemerintah kolonial juga mendirikan banguna-bangunan lain yang sekiranya dapat memperkokoh bisnis perdagangan rempah, baik dari segi keuangan, hukum, hingga batas teritorial.

Inilah yang membuat Kota Tua dipenuhi dengan banyak rumah dan gedung perkantoran dengan arsitektur Belanda. Makanya, tak heran jika Kawan berkunjung ke sini akan menemukan Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, Museum Wayang, Museum Batik, Museum Bahari, Museum Seni Rupa dan Keramik, dan Museum Bank Mandiri.

Menyambung ke persoalan Kota Tua, kawasan ini menjadi pusat ibu kota dan memiliki letak yang begitu strategis. Lokasinya berada di sekitar 1,5 kilometer dari Pelabuhan Sunda Kelapa, pelabuhan utama perdagangan rempah-rempah Kerajaan Sunda semenjak abad ke-13. Bukti sejarah ini dapat Kawan lihat langsung di Pelabuhan Sunda Kelapa, di sana dapat dilihat ada kapal Bugis Phinisi Schooner yang bertambat di dermaga.

Berdiri dengan Gagah, Patung Gajah Mada Pecahkan Rekor MURI Indonesia

Tambah lagi, tak jauh dari Pelabuhan Sunda Kelapa, ada Museum Bahari yang dulu dijadikan tempat penyimpanan rempah-rempah oleh Belanda. Di dekat Kota Tua, ada pula Jembatan Pasar Ayam. Penghubung antara Benteng Belanda dengan Benteng Inggris yang dibangun oleh VOC pada abad ke-17.

Di samping bangunan-bangunan bersejarah yang sudah disebutkan sebelumnya, ada rekomendasi tempat wisata Kota Tua yang Patut Kawan kunjungi. Kawan bisa mengunjungi beberapa bangunan yang dulu sempat dihancurkan seperti Jalur Trem Batavia dan Gerbang Amsterdam. Atau menjelajahi tempat wisata menarik lainnya, seperti Cafe Batavia dan Gedung Arsip Nasional.

Yang pasti, untuk mencapai Kota Tua, Kawan bisa menaiki kereta dengan tujuan akhir Stasiun Jakarta Kota. Kemudian, Kawan tinggal berjalan kaki menuju Kota Tua, lantaran jaraknya hanya 200 meter dari stasiun.

Sembari memandangi pesona Kota Tua, berswafoto, dan menjelajahi hingga ke dalamnya, alangkah baiknya jika Kawan mengambil jeda untuk istirahat. Kebetulan di Kota Tua, terdapat beragam kuliner Jawa, China, dan Betawi yang bisa dinikmati. Jika beruntung, Kawan juga bisa mencicipi makanan dari perpaduan ketiga gaya kuliner tersebut.

Kota Lama, Semarang

Kota Lama Semarang | Foto: AyoSemarang.com
info gambar

Sama seperti Kota Tua Jakarta, Kota Lama Semarang juga merupakan wilayah bekas kekuasaan VOC. Melansir Dosen Wisata, pada 1678 silam, Kerajaan Mataram yang dahulu dipimpin oleh Amangkurat II menyerahkan wilayah kepada VOC, lantaran mereka telah membantu kerajaan dalam pemberontakan Trunojoyo.

Setelah berpindah kekuasaan, VOC mulai membangun sebuah benteng sebagai rumah warga Belanda dan pusat militer Belanda. Seiring berjalannya waktu, benteng tersebut tidak mampu lagi mewadahi warga yang jumlahnya terus bertambah. Sehingga, didirikanlah berbagai bangunan di luar benteng untuk memenuhi kebutuhan warga.

Beranjak tahun 1740-1743, telah berlangsung peristiwa Geger Pacinan atau serangan besar-besaran terhadap orang keturunan Tionghoa di kota pelabuhan Batavia, Hindia Belanda. Usai peperangan ini, dibangunlah benteng-benteng di sekeliling Kota Lama Semarang.

Akan tetapi, benteng-benteng ini dirobohkan pada 1824 silam lantaran kehadirannya dianggap tidak relevan dengan perkembangan kota. Nah, kawasan-kawasan yang ditempati benteng ini kemudian diberi nama Jalan Merak, Jalan Cendrawasih, Jalan Kepodang, dan Jalan Mpu Tantular. Makanya, tak heran jika Kota Lama Semarang dijuluki sebagai Little Netherland.

Beralih pada abad ke-19 dan ke-20, Kota Lama Semarang dijadikan salah satu pusat perdagangan oleh VOC. Di sini, terdapat jalan perhubungan yang digunakan untuk mempercepat arus laju perdagangan menuju benteng. Nah, jalan utama ini sekarang dikenal dengan nama Jl. Letjen Soeprapto

Bantimurung Gallang, Tempat Mandi Noni Belanda hingga Pappalempanganna Toceilea

Selain bangunan-bangunan yang disebutkan di atas, masih terdapat puluhan bangunan bersejarah lainnya. Bangunan-bangunan ini menjadi saksi bisu atas kekejaman pihak Belanda terhadap rakyat Indonesia.

Untuk mencapai Kota Lama Semarang, Kawan bisa menggunakan berbagai alternatif, yang memakan waktu kurang lebih satu jam dari lokasi terdekat ke tempat ini. Selanjutnya, Kawan bisa memakai aplikasi peta untuk mencapai Kota Lama Semarang yang berada di tepi sungai Mberok.

Jika sudah sampai di kota tua satu ini, jangan lupa untuk mencicipi kuliner dengan cita rasa khas Semarang. Di sini, terdapat beberapa kafe dengan gaya bangunan eropa. Sehingga saat menyantap makanan, Kawan bisa merasakan penuh suasana makan ala Barat.

Kotagede, Yogyakarta

Kotagede | Foto: Kompas.com
info gambar

Dahulu, sebagian besar wilayah Pulau Jawa berada di bawah kekuasaan Mataram Hindu. Tatkala pusat pemerintahan Kerajaan Mataram berpindah ke Jawa Timur, rakyat pun ikut pindah meninggalkan Mataram. Ini mengakibatkan Mataram menjadi daerah terbengkalai, dan mulai ditumbuhi dengan banyak pepohonan.

Beberapa abad kemudian, kekuasaan Pulau Jawa diambil alih oleh Kerajaan Pajang yang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya. Saat itu, Sultan Hadiwijaya memberikan hadiah kepada Ki Gede Pemanahan atas prestasinya mengalahkan seluruh musuh kerajaan dengan Mataram yang terbengkalai tadi.

Setelah itu, Ki Gede Pemanahan pindah ke daerah itu dan membangun sebuah desa kecil. Desa tersebut terus berkembang, bahkan setelah Ki Gede Pemanahan dikebumikan. Buktinya, setelah kekuasaan berpindah ke Senopati Ingalaga pun, Mataram terus berkembang pesat hingga menjadi kawasan yang dijuluki sebagai Kotagede.

Tak sampai di situ saja, Senopati Ingalaga turut membangun benteng luar dan benteng dalam di sekeliling kraton. Beliau menjadi raja pertama di Kerajaam Mataram Islam dengan gelar Panembahan Senopati. Kekuasaan kerajaan in pun meluas, hingga pada akhirnya berhasil menguasai sebagian besar wilayah Pulau Jawa.

Akan tetapi, fungsi Kotagede sebagai wilayah kerajaan tidak berlangsung begitu lama. Lantaran pada masa kepemimpinan Sultan Agung, yaitu cucu dari Panembahan Senopati, pusat pemerintahan Mataram Islam dipindah ke wilayah Karta Pleret Bantul.

Kisah Wayang Potehi, Karya Terpidana Mati Zaman Dinasti Tang

Untuk mencapai Kotagede, Kawan bisa menaiki Trans Jogja yang berada di dekat lokasi Kawan sekarang. Sampaikanlah kepada penjaga loket kalau Kawan ingin berkunjung ke Kotagede. Nanti, Kawan akan diarahkan untuk berhenti di stasiun Jalan Ringroad Selatan, Tpb - Pegadaian Kotagede, atau Tpb- SMAN 5 Yogyakarta.

Jika sudah sampai di Kotagede, jangan lupa untuk menyelami keindahannya. Melansir 1001malam.com, di Kotagede Kawan bisa mencoba untuk melakukan wisata budaya dan sejarah, wisata religi di Makam Panembahan Senopati, berburu kerajinan-kerajinan perak, dan berswafoto.

Kudapan-kudapan tradisional khas Kotagede pun patut Kawan cicipi dan bawa pulang. Dengan harga dibanderol Rp5.000 saja, Kawan bisa mendapatkan satu buah kue basah dengan rasa manis nan gurih.

Itulah beberapa rekomendasi kota tua yang bisa Kawan kunjungi. Selain menyelami keindahan kota-kota ini, Kawan bisa mempelajari sejarahnya. Sehingga, Kawan pun bisa berkontribusi untuk merawat kekayaan bangsa.*

Referensi: 1001malam.com | Amazing Indonesia | Dosen Wisata | Kumparan | Neraca | Tempat Wisata

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

KO
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini