Intip Kota-Kota Bersejarah di Indonesia, Opsi Wisata Terbaik (Bagian 2)

Intip Kota-Kota Bersejarah di Indonesia, Opsi Wisata Terbaik (Bagian 2)
info gambar utama

Penulis: Habibah Auni

#WritingChallenge#InspirasidariKawan#NegeriKolaborasi

Setelah sebelumnya sudah dibahas3 kota bersejarah di Indonesia, yaitu Kota Tua Jakarta, Kota Lama Semarang, dan Kotagede Yogyakarta, sekarang kita akan melanjutkan penjelajahan ke belahan nusantara berikutnya.

Kota Tua Bandung

Kota Tua Bandung | Foto: Tripadvisor
info gambar

Melansir Jawaban.com, Kota Tua Bandung merupakan salah satu kota lama d Indonesia yang terletak di dua kawasan, yaitu Jalan Asia Afrika dan Braga. Uniknya, kedua jalan ini memiliki sejarahnya masing-masing dengan penjajahan pemerintah Belanda.

Pertama, Jalan Braga. jalanan dengan panjang kurang lebih 700 meter ini disebutkan berkaitan erat dengan sejarah politik Tanam Paksa oleh kolonial pada 1830 hingga 1870. Kota Bandung pun dipersiapkan secara matang untuk menjadi ibukota Indonesia.

Dahulu ada rencana menjadikan Kota Bandung sebagai ibukota Indonesia. Oleh karena itu, berbagai upaya mempersiapkan Kota Kembang sebagai ibukota pun dilakukan, salah satunya membangun bangunan penting seperti rumah pelelangan kopi (yang saat ini menjadi Balai Kota).

Tambah lagi, di akhir tahun 1870 silam, Kota Bandung dikembangkan menjadi kawasan elit. Mulai banyak bermunculan berbagai gedung yang memfasilitasi kehidupan orang-orang Belanda, seperti bangunan hotel, bank, gedung bioskop, dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk Jalan Asia-Afrika, jalanan dengan nama asli Jalan Raya Pos, merupakan salah satu infrastruktur yang menjadi bagian dari proyek pembangunan jalan Anyer-Panarukan.

Mencicipi Kuliner Kaki Lima Legendaris di Jakarta

Tak hanya itu saja, pada 1810 silam, Jalan Asia-Afrika menjadi lokasi baru pemerintahan Bandung yang dulunya berada di wilayah Dayeuh Kolot atau Krapyak. Inilah yang membuat jalanan ini menjadi titik nol kilometer Bandung.

Arus jalan itu cuma satu arah yang menuju ke Alun-alun Kota Bandung dan Masjid Raya Bandung Propinsi Jawa Barat. Di atas semua itu, Jalan Asia-Afrika Kota Bandung jadi saksi konferensi yang amat bersejarah, yang mempertemukan 29 negara se-Asia dan Afrika pada 18--24 April 1955 silam.

Satu abad kemudian, Jalan Asia-Afrika menjadi saksi bisu dari keberlangsungan Konferensi Asia-Afrika pertama di Gedung Merdeka pada 18--24 April 1955. Adapun konferensi bersejarah ini mempertemukan 29 negara se-Asia dan Afrika untuk membahas isu kedamaian dan kerjasama dunia.

Bagi Kawan yang menyukai sejarah Indonesia, mengunjungi Kota Tua Bandung akan menjadi pengalaman unik tersendiri. Lantaran, Kawan dapat menyelami sejarah kota ini dengan mengintegrasikan sejarah Jalan Braga dengan Jalan Anyer-Panarukan. Dengan mengunjungi Gedung Merdeka Gebeo, misalnya.

Berswafoto menjadi pilihan terbaik untuk mengabadikan momen menelusuri kejayaan sejarah nasional. Kualitas foto pun akan sangat indah nan berkelas, lantaran Kawan akan dijepret bersama gedung bergaya kolonial. Tak sedikit lho yang menggunakan Kota Tua Bandung sebagai lokasi photoshoot prewedding, sinetron, film, ataupun video clip.

Dekat dengan Kota Tua Bandung, terdapat alun-alun yang mewadahi beberapa warung makan dalam menjual kuliner legendarisnya. Di sini, Kawan bisa menikmati Sate DJ ayam dengan saus kering yang dibanderol Rp1.700 untuk setiap tusuknya. Ada pula wedang ronde alkateri seharga Rp20.000 yang mampu menghangatkan tubuh Kawan.

Barania, Sekeping Surga yang Dibangun dengan Dana Desa

Kota Tua Surabaya

Kota Tua Surabaya | Foto: Liputan6.com
info gambar

Tak kalah menariknya, berikut ada Kota Tua Surabaya yang membentangkan tiga kampung dengan beda kewarganegaraan. Melansir travelingyuk.com, Kota Tua Surabaya diketahui menampung tiga bagian Kawasan, yaitu Eropa, Cina, dan Arab.

Mengapa di dalam kota bersejarah ini bisa ada tiga kawasan? Karena, pada masa penjajahan kolonial, VOC membagi wilayah di sekitar Kali Mas menjadi dua, untuk memisahkan wilayah penduduk Eropa dengan Asia non Pribumi. Adapun kedua wilayah ini memiliki bangunan dengan ciri arsitekturnya sendiri-sendiri.

Kota Tua Surabaya pun terus berkembang hingga menjadi tiga kawasan seperti yang sudah disebutkan tadi. Kawasan Eropa berlokasi di sekitar jembatan merah. Ketika Kawan bertandang ke sini, akan banyak ditemui bangunan-bangunan menjulang tinggi dengan nuansa Eropa lama.

Sedangkan di kawasan China, Kawan akan menemui berbagai bangunan dengan gaya arsitektur China di Jalan Kembang Jepun. Tak kalah indahnya, ada pula kawasan Arab dengan bangunan masjid dan warung makan yang menjual kuliner-kuliner khas Arab dan India.

Selain menyusuri kawasan-kawasan tersebut, cobalah untuk menjelajahi berbagai seisi bangunan-bangunan klasik milik Kota Tua Surabaya. Barangkali Kawan ingin menyaksikan langsung hiruk-pikuk warga Surabaya, maka Kawan bisa mencoba memasuki Pasar Atom atau stasiun Surabaya Kota.

Selain Monas dan Kota Tua, Ini 5 Tempat Wisata Sejarah di Jakarta

Atau Kawan ingin mempelajari sejarah pendirian bangunan-bangunan tertentu sembari menikmati pesona keindahannya yang bergaya eropa. Maka, Kawan bisa mengunjungi Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria, Gedung Bank Mandiri, dan De Javasche Bank.

Terik matahari dan lamanya perjalanan tentu membuat diri Kawan mengalami kelelahan. Cobalah ambil jeda sejenak, dan mencoba mencicipi kuliner khas Surabaya yang sangat gurih dan lezat.

Jika ingin segera memburu tempat makannya, Kawan bisa langsung menuju Depot subur dan memesan makanan yang diinginkan. Di sini tersedia banyak sekali varian hidangan, mulai dari ayam kungpao, tamie cap cay, hingga bistik undang. Tidak perlu khawatir soal harga, lantaran semua makanan ini dibanderol dengan harga yang terjangkau di dompet para turis!

Itulah beberapa rekomendasi kota bersejarah di Indonesia yang bisa Kawan kunjungi. Kota-kota ini bisa menjadi kesempatan terbaik Kawan dalam mempelajari sejarah sembari menikmati keindahan panoramanya.*

Referensi:biasputih.com | bolulembang.co.id | Jawaban.com | Kompas.com | Neraca.co.id | PikiranRakyat.com | travelingyuk.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

Terima kasih telah membaca sampai di sini