Melacak Lokasi Keraton Pajajaran yang Lenyap di Batutulis Bogor

Melacak Lokasi Keraton Pajajaran yang Lenyap di Batutulis Bogor
info gambar utama

Pakuan Pajajaran atau Pajajaran adalah ibu kota dari Kerajaan Sunda Galuh yang pernah berdiri pada tahun 1030-1579 M di Tatar Pasundan, wilayah barat pulau Jawa. Di Asia Tenggara ada kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya sehingga Kerajaan Sunda Galuh sering disebut sebagai Kerajaan Pajajaran.

Pakuan Pajajaran hancur pada tahun 1579 akibat serangan Kesultanan Banten. Era Pajajaran pun berakhir dengan ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Namun, sampai sekarang letak keraton Pajajaran masih menjadi misteri.

Prasasti Batutulis di Bogor disebut sebagai salah satu situs Kerajaan Pajajaran yang berhasil ditemukan. Diduga Kampung Batutulis yang sekarang terarah sebagai tempat puri Kerajaan Pajajaran.

Prasasti ini terletak di daerah kelurahan Batu Tulis, Kecamatan Bogor Selatan, lebih tepatnya ada di komplek yang memiliki luas sekitar 17×15 m. Batu Prasasti dan benda-benda lain peninggalan kerajaan Pajajaran terdapat dalam komplek ini.

Dalam buku ''Mencari Gerbang Pakuan dan Menelusuri Situs Prasasti Batutulis'' oleh Saleh Danasasmita, diceritakan tentang pencarian keraton Pajajaran. Kota Pakuan dikelilingi oleh benteng alam berupa tebing-tebing sungai yang terjal di ketiga sisinya.

Hanya bagian tenggara batas kota tersebut berlahan datar. Pada bagian ini pula ditemukan sisa benteng kota yang paling besar. Penduduk Lawanggintung sisa benteng Kuta Maneuh.

Prabu Siliwangi dan Sejarah Berseminya Islam di Tatar Sunda

Sementara itu, laporan Adolf Winkler (1690) menyebutkan, di Batutulis Bogor ditemukan lantai atau jalan berbatu yang sangat rapi. Menurut penjelasan para pengantarnya, di situlah letak istana kerajaan ("het conincklijke huijs soude daerontrent gestaen hebben").

Setelah diukur, lantai itu membentang ke arah paseban tua. Di sana ditemukan tujuh (7) batang pohon beringin. Namun posisi persisnya sampai sekarang masih menjadi misteri.

Di kompleks Batutulis itu terdapat 15 peninggalan berbentuk terasit, batu yang terdapat di sepanjang Sungai Cisadane. Ada enam batu di dalam cungkup, satu di luar teras cungkup, dua di serambi dan enam di halaman.

Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dengan huruf Sunda Kawi. Diukir oleh Prabu Surawisesa pada tahun 1533 Masehi (1455-Saka) dengan maksud memperingati jasa ayahandanya Sri Baduga Maharaja, atau yang lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi yang sakti.

Satu batu bercap alas kaki, satu batu bercap lutut, dan satu batu besar lebar yang berisi tulisan Pallawa dan berbahasa Sanskerta.

Konon prasasti batutulis itu dibuat oleh Prabu Surawisesa sebagai bentuk penyelasannya karena ia tidak mampu mempertahankan keutuhan wilayah Pakuan Pajajaran yang dimanatkan padanya, akibat kalah perang dengan kerajaan Banten.

Wilayah Batutulis sebagai tempat penobatan Raja Pajajaran

Prasasti Batutulis pertama kali ditemukan oleh sebuah ekspedisi VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie/Persatuan Dagang Hindia Timur) pada tahun 1687. Pemimpinnya adalah Scipio. Berita penemuan Prasasti Batu Tulis pertama kali tercatat dalam laporan ekspedisi Scipio tersebut bertanggal 28 Juli 1687.

Penelitian tentang prasasti Batu Tulis ini sudah dilakukan oleh banyan ahli arkeolog. Tercatat pada tahun 1853 seorang ahli dari Belanda yang juga diduga sebagai penemu patung Lembu Nandi di Kebun Raya Bogor.

Sampai tahun 1921, telah ada empat orang ahli yang meneliti isinya. Akan tetapi, hanya Cornelis Marinus Pleyte seorang kurator museum Belanda yang mencurahkan pada lokasi Pakuan, sementara yang lain hanya mendalami isi prasasti itu.

Hasil penelitian Pleyte dipublikasikan tahun 1911 (penelitiannya sendiri berlangsung tahun 1903). Dalam tulisannya, Pleyte menyakini kampung Batutulis merupakan tempat puri kerajaan Pajajaran, namun untuk lokasi yang tepat perlu ditelusuri lebih jauh.

(22 April 1578) - Penyerahan Mahkota Binokasih pada Kerajaan Sumedang Larang

Pleyte mengidentikkan puri dengan kota kerajaan dan kadatuan Sri Bima Narayana Madura Suradipati dengan Pakuan sebagai kota. Dirinya juga menemukan benteng tanah di daerah Jero Kuta, sekarang membentang ke arah Sukasari pada pertemuan Jalan Siliwangi dengan Jalan Batutulis. Letak keraton diduga kuat di sekitar Batutulis.

Selain itu, Batutulis disebut tempat penobatan raja-raja Pajajaran termasuk Prabu Siliwangi (1482-1521). Siliwangi dari kata Asilih Wewangi atau berganti nama.

Prabu Siliwangi bergelar Prabu Guru Dewata Prana, yang kemudian dinobatkan lagi untuk kedua kali dengan gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaransri Sang Ratu Dewata.

Di komplek Prasasti dijumpai antara lain Batu Tapak (bekas telapak kaki Prabu Surawisesa), meja batu bekas tempat sesajen pada setiap perayaan, batu bekas sandaran tahta bagi raja yang dilantik, batu lingga, dan lima buah tonggak batu yang merupakan punakawan (pengiring-penjaga-emban) dari batu lingga.

Batu lingga ini adalah bekas tongkat pusaka kera­jaan Pajajaran yang melambangkan kesuburan dan kekuatan. Sekitar 200 meter dari komplek Prasasti, yaitu di daerah Panaisan yang merupakan bekas alun-alun kerajaan Pa­jajaran juga dapat ditemui 4 buah area batu.

Keempat area tersebut adalah patung Purwakali, Gelak Nyawang, Kidang Pinanjung dan Layung Jambul yang kanan masing-masing adalah Mahaguru, pengawal, dan pengasuh Prabu Siliwangi.

“Sayangnya sekarang patung batu ini sudah tiada kepalanya. Dicuri orang,” ungkap juru kunci situs, Maemunah, mengutip Okezone.

Merawat situ Batutulis sebagai peninggalan sejarah

Pada tahun 1817, tulisan di Batu Tulis baru diteliti yakni oleh Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles, hasilnya dituangkan dalam The History of Java yang monumental.

Di buku tersebut, Raffles melampirkan transkripsi dari prasasti Batu Tulis sebagai objek penelitiannya. Ia juga menyebutkan bahwa saat ditemukan, batu prasasti itu dalam kondisi kurang baik.

Menurut narablog Areong Binang, ada bagian permukaan batu prasasti yang telah somplak pada salah satu sisinya. Pasalnya ketika batu prasasti masih terbenam di dalam aliran Sungai Ciarunteun, para penduduk pemecah batu sempat memecahkan tepi batu prasasti ini.

"Namun tidak diteruskan ketika mereka melihat lekukan tapak kaki dan deretan huruf yang aneh pada permukaan batu," tulisnya dalam blog pribadinya areongbinangcom.

Pada 1903, batu dipindahkan ke tempatnya semula. Baru pada 1981, Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Dept P&K berinisiatif memindahkan batu prasasti ini. Menurut penjaga, perlu waktu 30 hari untuk memindahkan batu ke tempatnya yang sekarang.

Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor juga berencana membenahi kawasan Cagar Budaya Batutulis di Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan. Kondisi situs cagar budaya itu saat ini dinilai kurang representatif.

Pemkot juga sudah lama berencana membangun kawasan Cagar Budaya Batutulis ini menjadi Pusat Budaya Batutulis. Demikian kata Sekretaris Daerah Kota Bogor Syarifah Sofiah, saat meninjau lokasi, Rabu (21/6/2021).

Kebun Raya Bogor, Sejarah dan Tanda Cinta Raffles

Saat ini, ruangan tempat prasasti Batutulis berada ukurannya kecil dan hanya bisa menampung beberapa orang.

"Tidak bisa menampung peserta JKPI jika datang ke lokasi," kata Syarifah.

Bahkan Pemkot Bogor berencana membangun Museum Pajajaran di Kawasan Batutulis. Pernyataan tersebut disampaikan Wali Kota Bogor Bima Arya, pada 2020 silam.

Dia mengemukakan, wacana pendirian museum tersebut dilakukan untuk menghimpun dan melestarikan benda-benda bersejarah peninggalan dari Kerajaan Pajajaran. Menurutnya, gagasan mewacanakan membangun Museum Pajajaran memiliki nilai kesejarahan.

Lantaran, Prasasti Batutulis yang berada di Kota Bogor merupakan salah satu situs peninggalan Kerajaan Pajajaran yang memiliki nilai sejarah sangat tinggi.

Wacana pembangunan museum ini juga akan diikuti dengan penelitian anthropologi mengenai peninggalan-peninggalan lainnya dari Kerajaan Pajajaran yang mungkin masih tercecer di daerah Batutulis.

"Perlu ada penelitian, untuk memastikan bahwa ibu kota Padjajaran itu di Bogor atau di daerah lain? Bagaimana kaitannya Kerajaan Pajajaran dengan Raya Bogor. Jadi, masih banyak misteri sejarah yang belum terungkap," katanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini