Menyoroti Fakta Migrasi Paus di Perairan Indonesia

Menyoroti Fakta Migrasi Paus di Perairan Indonesia
info gambar utama

Banyak media mengabarkan, bahwa lebih dari 50 juta tahun yang lalu nenek moyang paus menyerupai rusa kecil, dengan empat jari yang masing-masing memiliki kuku kecil. Namun, keberadaan paus kini banyak dikenal karena ukurannya yang menakjubkan, bukan karena transisi tubuhnya sebagaimana yang tertuang dalam catatan fosil.

Dari sekian banyak spesies paus, Balaenoptera musculus atau paus biru diyakini menjadi hewan terbesar di dunia saat ini. Dengan panjang 30 meter, paus tersebut memiliki massa tubuh sebesar 181 ton. Paus Sirip yang memiliki kepala berbentuk V menempati posisi selanjutnya dengan panjang 25 meter, disusul paus sikat atau Eubalaena dengan panjangnya 20 meter, dan paus bungkuk dengan tepi ekor bergerigi yang memiliki panjang hingga 15 meter.

Paus dikategorikan sebagai mamalia laut, karena memiliki ciri-ciri, seperti mampu bernapas menggunakan paru-paru, mempunyai kelenjar susu, bereproduksi dengan cara melahirkan, mempunyai jantung dengan empat ruang, serta berdarah panas.

Menariknya, paus memiliki letak lubang hidung yang berada di atas kepalanya. Menurut banyak penelitian, semburan napas paus di permukaan laut memiliki peran penting dalam ekosistem laut. Selama paus bermigrasi untuk berkembang biak, paus juga membawa nutrisi dan plasenta yang berguna sebagai sumber bahan baku untuk organisme lain. Kotoran paus bahkan mengandung zat besi dan nitrogen yang merupakan pupuk efektif untuk plankton.

Sampai saat ini data status populasi paus yang ada di Indonesia belum diketahui secara pasti, hal ini karena sedikitnya survei populasi yang dilakukan. Survei ekologis khusunya paus merupakan tindakan yang memerlukan biaya besar dan memakan waktu yang banyak.

Kendati demikian, ada beberapa fakta yang dapat diungkap terkait perjalanan paus di perairan Indonesia dalam tulisan ini, mulai dari kebiasaannya bermigrasi melawati perairan Indonesia sampai adanya upaya konservasi paus.

Ternyata, 3 Ikan Purba Ini Masih Hidup di Perairian Indonesia

Migrasi paus di perairan Indonesia

Perairan Indonesia merupakan wilayah migrasi bagi sejumlah spesies paus, seperti paus biru, paus sirip, paus sperma, puas bungkuk, paus pilor, dan paus sei. Terkait rute migrasinya, mereka memanfaatkan perairan zona eksklusif dan alur-alur sempit di antara pulau-pulau kecil di Indonesia.

Setiap musim, hewan laut berukuran besar tersebut berimigrasi dengan melakukan perjalanan dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia melalui perairan Indonesia, terutama melewati Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur. Laut Sawu merupakan laut dalam yang dibatasi oleh Pulau Timor, Rote, Sumba, Flores, Solor, Alor, dan Lembata.

Migrasi sendiri bagi paus bertujuan untuk mencari perairan yang hangat bagi mereka untuk melahirkan. Meskipin harus bermigrasi ribuan mil jauhnya, paus yang baru dilahirkan akan selalu dekat dengan induknya untuk berlindung.

Fenomena paus terdampar di perairan Indonesia

Selain menjadi jalur mingrasi para paus, acapkali perairan Indonesia juga menyumbangkan bangkai paus ke tepi laut. Kejadian terdamparnya hewan berukuran besar tersebut masih menuai dugaan dari berbagai kalangan.

Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, pada tahun 2015 hingga 2020 telah terjadi peristiwa terdamparnya hampir 900 mamalia laut di perairan Indonesia. Di tahun 2021, persitiwa terdamparnya 49 ekor paus pilot di Pantai Desa Patereman, Jawa Timur, kembali menambah daftar bangkai mamalia laut di perairan.

Dilansir dari Republika.co.id (22/2), Kepala Departemen Biologi Fakultas Sains dan Analitik Data Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Dewi Hidayati, menjelaskan terdamparnya puluhan ekor paus bisa karena faktor cuaca, perubahan garis pantai, kondisi kesehatan paus, aktivitas kilang minyak di sekitar perairan yang turut mempengaruhi perubahan navigasi paus.

Ancaman terhadap populasi paus juga dapat terjadi karena praktik penangkapan ilegal, terutama menggunakan alat yang membahayakan paus beserta ekosistem perairan sekitarnya.

Hiu Paus Bernama Siti di Laut Cendrawasih

Konservasi paus di perairan Indonesia

Mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah bersama dengan para mitra dan para pakar telah mengembangkan jejaring untuk melakukan program penyelamatan biota perairan terdampar.

Program penyelamatan tersebut dilakukan melalui beberapa kegiatan, di antaranya penyediaan pedoman mekanisme penanganan mamalia perairan terdampar, pelatihan teknis penanganan mamalia perairan terdampar, dan lainya.

Sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 jejaring penyelamatan mamalia perairan terdampar sudah diinisiasi di 8 provinsi dan jumlah stakeholders yang sudah dilatih mencapai lebih dari 700 orang.

Di luar kegiatan penanganan mamalia laut terdampar ini, tetap diperlukan adanya sosialisasi dan penyadaran masyarakat yang terus menerus untuk menumbuhkan pemahaman tentang pentingnya konservasi paus dan lumba-lumba di Indonesia.

Kawasan konservasi perairan yang ada di Indonesia salah satunya ada di Provinsi Sumatra Barat, bernama Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Pieh. Kawasan tersebut meliputi lima pulau kecil dan sudah termasyhur sejak lama di kalangan para pecinta wisata bahari.

Paus Omura (Balaenoptera omurai) menjadi salah satu jenis paus yang ditemukan di perairan Pulau Pieh. Kepala LKKPN Pekanbaru Fajar Kurniawan, menjelaskan keberhasilan identifikasi Paus Omura di TWP Pulau Pieh menjadi keberhasilan dari implementasi pengelolaan Cetacea dengan menitikberatkan pada monitoring dan pembangunan berbasis data yang meliputi jenis, jumlah, frekuensi, jalur dan lokasi, dan sebagainya.

“Dengan adanya data kemunculan mamalia laut dalam lima tahun ini, itu akan menjadi dasar upaya pengelolaan mamalia laut di kawasan ini,” sebut dia pada Tempo.co (29/8/2020).

Pelesiran ke Teluk Saleh di Sumbawa dan Melihat Hiu Paus

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Iip M. Aditiya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Iip M. Aditiya.

IA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini