Penulis: Ega Krisnawati
Tahukah Kawan bahwa Indonesia memiliki deretan perempuan yang telah berjasa di bidang pers? Seperti yang kita ketahui, bahwa pahlawan bukan saja mereka yang berperang di lapangan.
Pahlawan juga dipahami sebagai tokoh yang berani menyuarakan suara orang-orang tertindas. Meski perempuan Indonesia semula dianggap tertindas dan tidak mampu menyuarakan haknya, tapi tidak bagi Ruhana Kuddus, S.K Trimurti, Rasuna Said, Ani Idrus, dan Herawati Diah. Mereka adalah tokoh perempuan Indonesia yang telah berhasil memajukan dunia pers Indonesia.
Menurut laman Dewan Pers, pengertian pers dibagi menjadi empat bagian. Pertama, pers sebagai lembaga, yaitu pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa. Sehingga, yang dimaksud sebagai pers adalah lembaga sosial dan lembaga wahana komunikasi massa.
Kedua, pers sebagai jurnalistik, yaitu lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melakukan kegiatan jurnalistik. Ketiga, pers sebagai lembaga sosial, yaitu kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyiarkan berita (6M).
Terakhir, pers tidak lagi hanya terbatas pada media cetak, tapi segala saluran yang tersedia. Lantas, siapa saja deretan tokoh perempuan yang berhasil memajukan dunia pers Indonesia?

Menurut laman Gensindo, Ruhana Kuddus adalah permpuan jurnalis pertama di Indonesia. Langkah yang pernah ia ambil untuk mengawali kariernya adalah dengan mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia di Kota Gadang, Sumatera Barat, pada 1911. Langkah itu ditujukan untuk memperluas perjuangan perempuan dan hak-haknya.
Tidak hanya itu, melalui tulisannya, Ruhana juga pernah mengkritik praktik pergundikan dan praktik-praktik lainnya yang berakar manipulasi untuk menjebak dan memperdaya para buruh perempuan ke dunia prostitusi. Hebat sekali ya Kawan!
Kemudian, pada tahun 1912, Ruhana pernah mendirikan surat kabar khusus perempuan di Indonesia yang dinamai Soenting Melajoe. Lalu, pada tahun 1987, Ruhana dianugrahi gelar Perintis Pers Indonesia dalam peringatan Hari Pers Nasional ke-3 pada 1987. Tidak berhenti di tahun itu, baru-baru ini di tahun 2019, Presiden Joko Widodo menganugerahi Ruhana dengan gelar pahlawan nasional Indonesia pada perayaan Hari Pahlawan.
Tari Puteri Telunjuk Sakti, Representasi Keperkasaan Perempuan
S. K Trimurti

Perempuan dengan nama asli Surastri Karma Trimurti ini adalah aktivis, jurnalis, dan advokat kesetaraan gender di Indonesia. Sebagai seorang tokoh yang vokal dalam mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah, isu-isu sosial di sekitarnya, dan jurnalistik, S.K Trimurti aktivitas politik pun sering keluar-masuk penjara kolonial di masa penjajahan.
Beberapa contoh langkah Trimurti ialah berbicara lantang tentang sikap tidak setujunya pada aturan feodal karena perempuan yang berpolitik dianggap sebagai pekerjaan yang tabu. Kendati begitu, Trimurti telah berhasil mengkritisi isu-isu adat yang antiemansipasi terhadap perempuan dan nasib buruk buruh perempuan.
Tidak hanya melalui tulisan, Trimurti juga berjuang melalui aktivisme dan penggalangan gerakan di dunia nyata. Contohnya dalam usia 21 tahun, Presiden Sukarno meminta Trimurti untuk menjadi pemimpin redaksi majalah Pikiran Rakyat. Lantas, sepak terjang Trimurti membuat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menerima penghargaan Trimurti Awards untuk menghargai karya perempuan jurnalis di Indonesia.
4 Perempuan Hebat Pengatur Keuangan di Negara G20
Rasuna Said

Rasuna Said adalah perempuan dengan profesi jurnalis yang dilahirkan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Selain berprofesi sebagai jurnalis, Rasuna juga aktif berkontribusi di organisasi islam dan gerakan perempuan. Kala itu, Rasuna pernah menjadi pemimpin redaksi Majalah Raya. Majalah Raya merupakan sebuah media perjuangan di Sumatra Barat.
Kemudian, ia juga pernah menjadi redaktur di majalah Suntiang Nagari dan pendiri majalah mingguan Menara Poetri. Menara Poetri fokus membahas kesetaraan hak perempuan dan semangat antikolonialisme di Indonesia pada 1935.
Kendati begitu, Rasuna pernah disebut sebagai perempuan Indonesia pertama yang dipenjara atas tuduhan ujaran kebencian dalam jeratan hukum spreekdelict. Hal tersebut disebabkan karena, ia sering berorasi untuk menentang pemerintahan dan politik praktis milik kolonial Belanda di Indonesia pada masa penjajahan.
Nah itulah tiga perempuan Indonesia yang telah berhasil memajukan dunia jurnalistik Indonesia. Sudahkah Kawan mendengar kisah tiga perempuan ini lebih dalam?*
Referensi: Gensindo | Dewan Pers
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News