Homo Erectus Bumiayu, Penemuan Fosil Manusia Purba Tertua di Jawa

Homo Erectus Bumiayu, Penemuan Fosil Manusia Purba Tertua di Jawa
info gambar utama

Jejak sejarah seperti tidak akan pernah ada habisnya. Kali ini tim peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan fosil manusia purba di situs Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Tim yang dipimpin oleh Professor Harry Widianto dari LIPI ini menemukan fosil tulang paha, akar gigi, dan rahang dari Homo Erectus.

Fosil tersebut diperkirakan berusia 1,8 juta tahun atau lebih tua 300 ribu tahun dibandingkan Homo Erectus yang ditemukan di Sangiran, Jawa Tengah. Adanya perkiraan ini menjadikan penemuan fosil Homo erectus di Bumiayu sebagai manusia tertua di Jawa.

Perkiraan umur dilakukan dengan melakukan analisis stratigrafi terhadap batuan tempat dimana fosil ditemukan. Identifikasi formasi batuan Kali Glagah bagian tengah bawah juga dilakukan.

Hasilnya dikonfirmasi bahwa fosil berasal dari endapan paling bawah formasi Kali Glagah. Kesimpulan diambil setelah ditemukan napal karbonat yang berasal dari endapan Kali Glagah menempel pada fosil yang ditemukan.

Homo Erectus Bumiayu membenturkan dua teori

Fosil manusia purba Bumiayu.
info gambar

Menurut Harry, penemuan fosil tersebut bisa menguatkan fondasi klaim teori Multi-Regional yang mengkonstruksikan bahwa evolusi dari Homo erectus menjadi Homo sapiens tidak hanya terjadi di Afrika Tengah.

Bisa jadi melalui penemuan ini akan merubah dan mengkoreksi teori Out of Africa yang menyebutkan bahwa Homo erectus berasal dari Afrika pada 1,8 juta tahun lalu dan kemudian menyebar ke Eropa, Asia, sampai di Sangiran yang kemudian menjadikannya leluhur manusia modern atau Homo sapiens.

Sedangkan fosil yang ditemukan di Bumiayu ini usianya sama dengan penemuan di Afrika. Teori Out of Africa sendiri sudah lama mendapatkan perlawanan dari teori Multi-Regional. Namun, untuk mengetahui apakah benar-benar dapat mengkoreksi teori Out of Africa masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Penemuan fosil manusia purba itu sendiri hasil dari riset lapangan yang dilakukan pada 17 Juni hingga 4 Juli 2019.

Mengenal Manusia Purba Bumiayu Lewat Animasi Pertualangan Arcil

Teori Out of Africa

Di situ pula lahir nenek moyang manusia purba versi Jawa semisal Homo wajakensis yang hidup sampai 50.000 tahun lalu dan memiliki ciri-ciri mendekati sosok Homo sapiens.

Harry mengatakan, teori Multi-Regional itu merupakan tandingan dari teori Out of Africa yang lebih diterima secara luas. Teori Out of Africa menjelaskan Homo sapiens lahir dari proses evolusi Homo erectus.

Padang savana Afrika dianggap ikut mendukung proses evolusi makhluk bipedal (yang berdiri dengan dua kaki) menjadi lebih konvergen ke arah Homo erectus yang lebih pandai menggunakan kaki untuk bergerak dan tangan untuk mencari makanan sekaligus membela diri.

Lantas cara hidup di padang rumput itu juga mendorong berkembangnya tingkat kecerdasan hingga Homo erectus itu berkembang menjadi Homo sapiens.

Setelah tumbuh menjadi Homo sapiens, menurut teori Out of Africa, makhluk-makhluk cerdas itu pun bermigrasi ke suluruh penjuru dunia dan menjadi leluhur manusia modern.

Teori Multi-Regional

Penemuan bahasa dan api adalah penemuan besar yang mempercepat perkembangan kecerdasan Homo sapiens. Penemuan api yang berlanjut dengan penemuan tekniik memasak makanan dengan pemanasan.

Ini membuat pola diet Homo sapiens generasi awal itu lebih efisien untuk mendapatkan asupan kalori dan makanan bergizi. Tingkat kecerdasan makin berkembang.

Teori Out of Africa itu sejak lama menghadapi perlawanan dari teori Multi-Regional. Hal ini ditandai dengan adanya manusia purba Homo neanderthal dari Eropa, Manusia Dminasi (Georgia), Manusia Longgupo (China), Manusia Wajak (Tulungagung).

Mereka diangggap sebagai nenek moyang penduduk asli setempat dan tidak bisa diabaikan. Dalam versi teori Out of Africa, manusia purba Neanderthal, Manusia Dminasi, Longggupo, dan Manusia Wajak, punah dan digantikan Homo sapiens dari Afrika Tengah.

Bagaimana dengan posisi Manusia Bumiayu? Bila peneliti dari Eropa mengklaim menemukan jejak DNA Neanderthal di Homo sapiens yang bisa membuka kemungkinan bahwa Homo sapiens lokal telah bercampur dengan pendatang dari Afrika Tengah.

Apakah anak cucu Manusia Bumiayu ini bercampur dengan manusia pendatang dari Afrika atau punah di tengah perjalanan? Tentu butuh penelitian lanjutan untuk bisa menjawab teka-teki itu.

Mengapa Jawa Menjadi Tempat Peristirahatan Terakhir Manusia Purba

Bumiayu, tempat ditemukannya jejak sejarah berupa fosil

Situs Bumiayu yang berada di Kabupaten Brebes meliputi wilayah kecamatan Siampong, Tonjong, Bumiayu, Siampog, Paguyangan, Salem, dan Bantar kawang. Banyak ditemukan jejak sejarah berupa fosil di situs tersebut. Seperti fosil kuda laut, gajah purba, kura-kura raksasa, higga rusa. Tidak hanya fosil makhluk hidup, ditemukan juga situs berupa candi.

Penelitian sudah dilakukan sejak seabad silam oleh peneliti dari Belanda atas situs Bumiayu ini. Namun sempat luput dari perhatian para peneliti. Keadaan kemudian berubah ketika warga mulai berinisiatif ikut mengumpulkan batu fosil dan mengkoleksinya hingga menjadi Museum Mini. Penemuan tersebut pun mengundang tim dari LIPI dan Balai Arekeologi Yogyakarta untuk melakukan penelitian lebih dalam lagi.

Wilayah Bumiayu merupakan daerah pegunungan dan perbuktian. Namun, kemudian diperkirakan dulunya wilayah Bumiayu ini adalah lautan setelah ditemukannya sejumah fosil fauna laut. Kira-kira sekitar 2 juta tahun yang lalu wilayah tersebut berupa lautan. Selain itu, situs ini diperkirakan sebagai situs tertua di Jawa Tengah.

Sofwan Nurwidi, ahli fosil Balai Arkeolog Yogyakarta, dikutip dari Liputan6.com, mengatakan bahwa sangat logis jika situs yang ditemukan di Kabupaten Brebes menjadi yang tertua karena pengangkatan Pulau Jawa dari lautan bermula dari wilayah Barat.

Sedangkan Jawa Tengah, seperti Brebes wilayah Tonjong dan Bumiayu berada di barat. Situs Bumiayu juga menemukan fosil tua selain fosil manusia purba, yaitu fosil Sinomastodon atau gajah purba yang berusia 1,5 juta tahun. Fosil itu ditemukan di Sungai Glagah, Kecamatan Tonjong.

Saat ini Pemerintah Kabupaten Brebes berencana untuk membangun Museum Situs Buton (Bumiayu-Tonjong). Di tahun 2019 lalu, beberapa tokoh masyarakat di Kabupaten Brebes mengusulkan kepada Pemkab Brebes untuk membangun museum daerah karena kawasan situs Bumiayu harus dikonservasi, dikembangkan, dan dikenalkan ke masyarakat.

Usulan tersebut sudah direspon dan akan segera disiapkan lahan. Akhirnya pada Januari 2020, rapat koordinasi dilaksanakan di Balai Desa Galuh Timur, Kecamatan Tonjong. Rencananya bangunan akan ditempatkan di atas tanah bengkok di Desa Galuh Timur. Pembangunan tersebut melalui sistem kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Desa selama 15 tahun dan bisa diperpanjang.

7 Manusia Purba yang Ditemukan di Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Iip M. Aditiya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Iip M. Aditiya. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini