Kisah Vespa Kongo, Hadiah Soekarno ke Kontingen Garuda yang Harganya Tembus Ratusan Juta

Kisah Vespa Kongo, Hadiah Soekarno ke Kontingen Garuda yang Harganya Tembus Ratusan Juta
info gambar utama

Buat penggemar Vespa, Vespa Kongo layaknya harta karun karena populasinya yang langka. Vespa Kongo punya perbedaan dengan Vespa seri VBB, Vnb atau VLA yang unitnya lebih banyak. Selain itu Vespa ini memiliki sejarahnya sendiri bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Presiden Soekarno.

Vespa Kongo ini adalah hadiah untuk prajurit TNI yang ikut masuk jajaran Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB. Kala itu pasukannya dinamakan Kontingen Garuda (Konga). Pada tahun 1956, pasukan Konga I dikirim ke Mesir.

Hal ini dilakukan untuk membalas budi Mesir dan negara-negara Liga Arab, karena menjadi yang pertama mengakui kedaulatan Indonesia. Selanjutnya Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada 1956 dan Irak pada April 1960.

Pada sisi lain, TNI terus dipercaya untuk menjadi pasukan perdamaian di negara konflik. KONGA II dikirim ke Kongo pada 1960 di bawah misi United Nations Operation in the Congo (UNOC) dengan jumlah pasukan 1.074 orang. Mereka bertugas di Kongo sejak September 1960 hingga Mei 1961.

Vespa, Ikon Skuter Antar-Generasi di Indonesia

KONGA III kembali dikirim ke Kongo pada 1962 dengan jumlah pasukan 3.457 orang, terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur, bertugas hingga akhir 1963.

Menpangad Letjen TNI Ahmad Yani juga pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963.

Setelah menyelesaikan tugas perdamaian yang berat, Pasukan Garuda menerima tanda penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Vespa. Ada sumber lain mengatakan penghargaan juga berbentuk uang dan beberapa peti jarum jahit.

"Vespa Kongo ini jadi barang yang banyak dihadiahkan Presiden Soekarno kepada para tentara, terutama pasukan garuda. Karena dulu Presiden Soekarno dekat dengan Pemerintah Jerman, skuter endemik Jerman ini yang jadi pilihan," ujar Koordinator Divisi Kontes Indonesia Scooter Festival, Ahmad Syaifuddin alias Mamad Brewok yang dikutip dari Tempo.

Hal yang tidak diketahui, pemberian vespa tersebut tidak terlepas dari tradisi dunia kemiliteran dalam hal kepangkatan. Vespa berwarna hijau 150 cc ditujukan bagi tentara yang lebih tinggi tingkat kepangkatannya, disusul vespa berwarna kuning dan biru 125 cc untuk tingkat kepangkatan yang lebih rendah.

Salah satu ciri khas lain di Vespa Kongo adanya lambang Garuda di bodi depan sebelah kiri. Sayang, saat ini logo tersebut jarang ada di Vespa Kongo yang tersisa. Perbedaan lainnya ada di BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor). Di dalam BPKB tertulis ex Brigade Garuda. Ini menjadi bukti fisik dari keaslian Vespa Kongo yang sulit untuk direkayasa.

Selain itu guna membedakan dengan vespa lain yang satu tipe, disematkan tanda nomor prajurit yang bersangkutan pada sisi sebelah kiri handlebar (stang). Berbentuk oval terbuat dari bahan kuningan serta sebuah piagam penghargaan yang menyertainya.

Maka berseliweranlah vespa-vespa tersebut di jalan-jalan, sehingga vespa dengan pantat bulat tersebut dikenal sebagian masyarakat sebagai Vespa Kongo. Sementara sebagian lain justru menyebutnya dengan nama vespa ndog (telur) karena bagian samping kanan kirinya bulat mirip telur.

Vespa Kongo yang berasal dari Jerman

Semua pecinta motor pasti tahu vespa adalah skuter buatan Italia. Tapi tidak untuk Vespa Kongo ini, karena perakitannya dilakukan di Jerman, oleh Vespa GmbH Augsburg yang berdiri pada tahun 1958. Konon, karena dibuat di Jerman, Vespa ini punya plat bodi monokok yang lebih bagus dan kuat dari Vespa biasa.

Bukan cuma itu, Vespa ini sudah mengandalkan aki di sistem kelistrikannya yang jarang diaplikasi model Vespa lain kala itu. Vespa ini memiliki tingkat kelengkapan yang lebih daripada vespa buatan Italia yang umum beredar di Indonesia (VBB1T maupun VBB2T).

Berbeda dengan Vespa jenis VBB lainnya yang punya pelek ring 8, Kongo punya pelek ring 10. Kemudian bentuk sepedometer Vespa kongo berbentuk kotak, tidak seperti kepunyaan VBB lain yang berbentuk oval.

Selain itu, Vespa Kongo punya saklar yang terletak di setang sebelah kiri. Sedangkan untuk Vespa VBB/telur/ndog lainnya, pada setang sebelah kiri tidak punya saklar semacam ini.

Bukan Yamaha Mio atau Vespa Corsa, Ternyata Ini Skuter Matic Pertama di Indonesia

Sosok Jacob Oswald Hoffmann adalah orang Jerman yang berjasa memasukkan vespa ke Jerman. Kerjasama vespa dengan Hoffmann putus awal tahun 1955 karena Hoffmann mendesain model sport sendiri.

Vespa GmbH Augsburg kemudian berdiri sebagai sebuah perusahaan patungan antara Piaggio dan Martial Fane Organisation, kongsi ini kemudian juga menyediakan beberapa bagian bagi Vespa Messerschmitt.

Saat kerjasama dengan Augsburg inilah Vespa Congo diorder untuk Indonesia. Kedua model yang dibuat saat berkongsi dengan Messerchmitt (150 Touren dan GS) kemudian dikembangkan dengan beberapa modifikasi.

Selain itu Vespa GmbH Augsburg juga melahirkan Vespa 125 cc yang pertama kali diperkenalkan dalam tahun 1958. Produksi berlanjut hingga tahun 1963, yang merupakan puncak perubahan skuter dan diproduksinya yang sudah tidak terlalu banyak.

Diburu oleh kolektor harganya bisa ratusan juta

Vespa VGLB atau biasa disebut Vespa Kongo masih menjadi salah satu barang incaran fanatik kolektor. Selain punya nilai sejarah, populasinya yang tidak banyak di Indonesia, membuat harganya makin melejit.

Harga jual motor vespa ini bisa ditawarkan mulai dari Rp50 juta. Angka yang terbilang fantastis mengingat sudah banyak sepeda motor matic dengan teknologi yang jauh lebih unggul.

Walau begitu para kolektor vespa di Indonesia masih tetap memburu motor antik tersebut. Saking gandrungnya, para pecinta vespa bahkan ada yang tak pikir panjang untuk merogoh kocek yang dalam untuk mendapatkannya.

“Vespa VGLB saya pernah ditawar 80 juta, meski menggiurkan, tapi tidak saya jual karena nyarinya susah, terutama yang kondisi body, mesin serta surat-surat yang masih lengkap” ungkap Rannu selaku pemilik Vespa VGLB warna hijau lansiran 1963 yang dikutip dari Naikmotor.

“Populasinya tidak banyak di Indonesia, komunitas VABCN, Vespa VGLA VGLB CLASS Nusantara yang ada saja anggotanya hanya 90 orang sampai saat ini, ya karena unitnya tidak mudah mendapatkannya. Selain itu terkadang yang punya juga tidak mau jual meski diiming-iming harga mahal bahkan tidak masuk akal,” tambah Ranu.

Bahkan seorang pengusaha bernama Andi Wardana harus merogoh kocek dalam untuk mendapatkan vespa antik ini. Dirinya mendapatkan vespa itu dari seorang kolektor dari daerah Pantura.

Modifikasi Vespa Warga Kediri Ini Tembus Pasar Internasional

Kolektor itu mau melepas Vespa VBB 1962 langka itu kepadanya, salah satunya karena Andi adalah teman dari sahabat kecil si kolektor. Andi menyebut ia harus merogoh kocek sekitar Rp200-300 juta untuk membeli Vespa itu.

“Saat deal harga itu, kolektornya menangis karena sedih, saya juga dilarang mendorong Vespa itu saat ke luar rumah, tapi harus dibopong, he..he,” ujar Andi dalam Tempo.

Bukan hanya di Indonesia, kolektor asing khususnya warga Australia, juga banyak yang memburu sepeda skuter vespa eks pasukan Garuda RI ini. Kondisi yang demikian membuat kolektor lokal giat melakukan pemburuan kendaraan tersebut ke sejumlah daerah di Jawa.

"Vespa Kongo saat ini banyak dicari para kolektor dan pecinta Vespa di Australia, kendaraan ini dikirim melalui Denpasar, Bali. Oleh sebab itu harganya pun terus melambung karena semakin sulit didapat," kata Bahaqi, salah seorang pemburu Vespa Kongo Asal Jakarta, menukil Antara.

Untuk harga Vespa VGLB atau kongo memang tidak ada harga pasaran pada umumnya, namun saat ini jika dilihat dari website jual beli dan informasi dari komunitas harga vespa tersebut sudah di atas Rp50 juta, bahkan bisa menyentuh angka Rp100 juta.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini