Benarkah Korea Selatan Sudah Lebih Maju dari Jepang?

Benarkah Korea Selatan Sudah Lebih Maju dari Jepang?
info gambar utama

Pada bulan Maret 2011, untuk pertama kalinya saya transit di Bandara Haneda di Tokyo, Jepang, dalam perjalanan saya menuju Detroit, Michigan, AS. Transit dengan waktu yang pendek tersebut (kurang dari 2 jam), saya pakai untuk melihat-lihat bandara tersibuk di Jepang tersebut.

Menurut pandangan saya, secara umum, bandara Haneda lebih modern dan lebih cantik--dari sisi desain arsitektur ketimbang Bandara Narita--dan lebih nyaman.

Namun, ada satu yang menarik perhatian saya. Di Bandara Haneda, saya melihat monitor-monitor TV yang digunakan untuk display informasi penerbangan--maupun informasi lain, menggunakan TV merk LG, yang sama sekali bukan merk dari Jepang.

Hal ini menarik perhatian saya, karena bagaimana juga Jepang begitu dikenal (setidaknya pernah begitu dikenal) sebagai produsen barang-barang elektronik kualitas terbaik (termasuk TV), dan merk-merk Jepang pun (pernah) mendominasi, seperti Sony, Sharp, Panasonic, NEC, Toshiba, dan lainnya.

Selain itu, bukankah orang Jepang tidak menyukai Korea, pun produk-produknya?

Belajar dari Diplomasi Lunak Korea Selatan
Outlet Samsung di Jepang | Korea Times
info gambar

Lalu, mengapa bandara kebanggaan Jepang justru memakai merek Korea? Yang jelas adalah saingan Jepang di dunia elektronik? Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah produk-produk Jepang sudah kalah pamor, bahkan di negerinya sendiri, dibandingkan produk-produk made-in Korea?

Saya tak punya jawabannya. Yang saya tahu, di toko-toko elektronik di sekitar tempat saya tinggal, produk-produk buatan Korea tak lagi bersaing dengan buatan Jepang, mereka sudah menang. Kini produk-produk buatan Korea bersaing dengan produk-produk buatan China.

Sebenarnya, bukan hanya produk elektronik yang kini mulai menggeser Jepang, produk-produk budaya dan pop kultur Korea sudah bukan lagi tandingan Jepang. Seperti dikutip dari Reuters, K-pop begitu populer di Jepang.

Begitu populernya, banyak remaja dan anak muda Jepang yang rela terbang ke Korea untuk mengikuti kontes-kontes K-pop di negeri ginseng tersebut. Tiket konser para artis K-pop Korea di seantero Jepang, juga selalu sold-out.

The Swordsman, Debut Akting Joe Taslim di Film Korea

Apakah benar kemajuan Korea sudah meninggalkan Jepang?

Pada tahun 90-an, tak banyak orang yang mengenal Samsung ataupun Hyundai, atau kalaupun ada yang mengenal, bisa jadi mereka akan terlintas tentang kualitas produknya yang ‘murahan’ dan mudah rusak. Kala itu, produk-produk manufaktur Korea memiliki reputasi--dan persepsi--yang mirip dengan barang-barang buatan China saat ini.

Segalanya berubah dengan cepat, dan ekonomi Korea yang sudah berkembang pesat sejak tahun 1970-an, makin menyeruak ke ranah global. Samsung kini bersaing dengan Apple. Sementara itu, dan Hyundai bersaing dengan Toyota. Produk-produk makanan, pakaian, kosmetik, dan produk-produk buatan Korea banyak sekali yang berhasil di pasar global.

Saat ini, Korea adalah negara maju dan makmur, dan tetap tumbuh positif rata-rata 3 persen. Perlu diingat, cukup jarang negara kaya tumbuh di atas 2 persen.

Bandingkan semua itu dengan sejarah Jepang. Setelah melalui fase ekspansi yang cepat pada 1970-an dan 1980-an, pertumbuhan ekonomi turun menjadi 1 persen selama 1990-an, dan terus melambat.

Orang-orang menyebut periode ekonomi Jepang 90-an sebagai "dekade yang hilang", meskipun sebenarnya serasa lebih dari tiga dekade. Karena pertumbuhan ekonomi Jepang bertahan di sekitar 1 persen sejak tahun 90-an hingga hari ini, dan tidak pernah benar-benar pulih.

Ekonomi Korea lebih kuat dan menikmati rekam jejak pertumbuhan yang lebih konsisten. Karena itu, Korea Selatan akan segera lebih kaya dari Jepang dalam basis per kapita. Menurut IMF, pendapatan per kapita Korea Selatan diprediksi akan melampaui Jepang pada tahun 2023 dalam hal paritas daya beli (PPP/Purchase Power Parity).

Menilik Rapid Test di Korea Selatan, Perlukah Rapid Test COVID-19 dilakukan di Indonesia?

Pada 2019, PDB (PBB) per kapita Korea Selatan mencapai 37.542 dolar AS tahun ini, atau peringkat ke-32 di antara 194 negara seluruh dunia. Sedangkan Jepang ada di peringkat 31 dengan 39.795 dolar AS.

IMF memproyeksikan, bahwa kesenjangan antara dua tetangga di kawasan Asia timur tersebut akan terus berkurang dan Korea Selatan akan melampaui Jepang untuk pertama kalinya pada 2023. Pada tahun tersebut, per kapita Korea Selatan diperkirakan akan mencapai 41.362 dolar AS, lebih tinggi 109 dolar AS ketimbang Jepang.

Federasi Industri Korea (Federation of Korean Industries) memperkirakan, bahwa Korea Selatan akan menjadi eksportir terbesar kelima di dunia pada tahun 2026. Empat tahun lalu, ekspor Korea Selatan mencapai 600 miliar dolar AS, jauh di belakang Amerika Serikat, Jerman, China, Belanda, Prancis, dan Jepang.

Tahun 2019, ekspor Jepang tercatat mencapai 705,5 miliar dolar AS, sementara Korea membukukan 541,8 miliar dolar AS dengan pangsa 2,9 persen dari pasar ekspor global. Selisih antara ekspor kedua negara mencapai 163,7 miliar dolar AS.

Korea akan melampaui Jepang dalam lima hingga enam tahun ke depan jika bisa mempertahankan pertumbuhan rata-rata ekpor tahunan 1,68 persen yang terlihat pada periode 2011-2019. Pada periode yang sama, Jepang mencatat penurunan ekspor rata-rata sebesar 0,96 persen.

Tahun ini, ekspor Korea bernasib baik dibandingkan dengan negara maju lainnya, meskipun ada kekhawatiran bahwa ekspor akan melemah akibat krisis Covid-19.

Di dunia otomotif, mobil-mobil Jepang memang masih lebih banyak lalu lalang di jalanan dibandingkan dengan mobil-mobil Korea. Meski begitu, industri otomotif Korea yang sebenarnya tergolong baru, kini merangsek ke papan atas dunia dari sisi jumlah produksi.

Mi Instan Indonesia, Jepang, dan Korea, Dimana Letak Perbedaannya?

Kapan Korea akan meninggalkan Jepang di belakang?

Jepang, saat ini mengalami masa di mana salah satu negara dengan populasi usia lanjut tertinggi di dunia, peringkat kedua setelah Monaco.

Penduduk lanjut usia di Jepang pun menjadi tanggung jawab negara. Lebih banyak orang membutuhkan pensiun dan perawatan kesehatan, lebih sedikit orang yang berada dalam usia kerja, dan dampaknya Jepang menjadi kurang produktif. Diprediksi, tren demografi yang sangat memprihatinkan ini akan terus memburuk sebelum akhir abad ke-21.

Mengapa mereka akan menjadi lebih buruk? Karena populasi Jepang yang menua, dikombinasikan dengan tingkat kelahiran yang rendah, akan menyebabkan penurunan populasi yang parah di masa mendatang. Tren yang meresahkan ini akan berlanjut hingga akhir abad ke-21, mungkin lama setelah kita semua mati.

Sementara situasi demografis Korea Selatan justru sebaliknya. Populasinya akan meningkat hingga sekitar tahun 2040 sebelum menurun pada tingkat yang tidak 'semengerikan' jika dibandingkan dengan Jepang saat ini. Secara umum bisa dikatakan, bahwa masa depan Korea lebih cerah ketimbang tetangga besarnya itu.

3 Perusahaan Jepang Bakal Relokasi Pabrik dari China ke Indonesia

Hubungan dua negara yang jarang harmonis

Kedua negara nyatanya berbagi sejarah yang rumit. Mereka saling memerangi mati-matian, setidaknya sejak abad ke-7, dan Jepang telah berulang kali mencoba menyerang semenanjung Korea sejak saat itu. Pada tahun 1910, Jepang resmi mencaplok Korea, mengubah wilayah itu menjadi koloni kekaisaran Jepang.

Pada akhir 1930-an, Jepang mulai memobilisasi orang Korea untuk ikut berperang di pihak Jepang. Kala itu, puluhan ribu orang-orang dari penjuru Asia disekap di dalam rumah-rumah bordil yang dikhususkan untuk melayani nafsu tentara Jepang . Mereka dikenal sebagai "wanita penghibur/comfort women”.

Gerilyawan kemerdekaan Korea melawan Jepang 1907, sebelum Korea resmi dikuasai Jepang| warfarehistorynetwork
info gambar

Kekuasaan Jepang atas Korea berakhir pada tahun 1945, ketika mereka kalah dan menyerah tanpa syarat pada sekutu di Perang Dunia II. Butuh 20 tahun lagi sebelum Presiden Korea Selatan kala itu, Park Chung-hee , untuk setuju menormalkan hubungan dengan Jepang dengan imbalan 800 juta dolar AS dalam bentuk pinjaman dan hibah.

Normalisasi hubungan diplomatik tahun 1965 tersebut tak membuat hubungan kedua negara harmonis. Dalam survey yang diadakan pada Mei 2021 oleh Korea Economic Research Institute, ditemukan bahwa hanya 16,7 persen orang Korea Selatan yang mengganggap orang Jepang kawan dekat, dan 20,2 persen orang Jepang bersikap demikian terhadap orang Korea Selatan.

Dari 1.431 responden orang Korea Selatan dan Jepang, lebih dari 40 persen mengatakan mereka tidak merasa berkawan satu sama lain dengan ramah.

Dalam survei 2019 oleh think tank Jepang The Genron NPO, 49,5 persen responden Jepang memuji “drama, musik atau budaya” Korea Selatan, dan memiliki kesan positif terhadap negara tersebut. Angka itu hanya kalah oleh makanan dan produk-produk buatan Korea Selatan yang disukai oleh 52,5 persen responden.

Ketika Investor Jepang dan Singapura Naksir Pesona Bromo

Jembatan budaya kedua negara

Di zaman modern, orang Jepang mulai menyukai budaya populer Korea Selatan saat debut drama televisi 2002 Winter Sonata, dan menarik hati sanubari pemirsa Jepang. Setelah debutnya, banjir turis Jepang ke Korea Selatan melonjak.

Sensasi budaya Korea Selatan lainnya kini Kembali melanda Jepang, jauh setelah Winter Sonata. Boy band BTS telah menjadi sensasi yang diakui secara global. Empat dari album grup telah mencapai puncak tangga lagu Billboard, dan pada 2019, BTS dilaporkan menyumbang hampir 4,7 miliar dolar AS dari PDB Korea Selatan (1,6 triliun dolar AS).

Parasite, sebuah komedi gelap yang populer, memenangkan empat Academy Awards pada tahun 2020, termasuk menjadi film terbaik berbahasa non-Inggris pertama yang meraih penghargaan tersebut. Acara televisi seperti Crash Landing on You dan Itaewon Class, menyalakan kembali minat orang Jepang terhadap budaya pop Korea Selatan.

Bae Yong Jun, bintang Winter Sonata mengunjungi Jepang pada April 2004, dan Bandara Haneda di'serbu' fans Winter Sonata | web-japan.org
info gambar

Bisa jadi, soft dan people-to-people diplomacy seperti ini yang akan terus memperbaiki hubungan antara Korea Selatan dan Jepang. Agar keduany tetap bersahabat, bekerja sama dalam berbagai bidang, dan menjadi sinar kemajuan dan kemakmuran bagi bangsa-bangsa Asia yang lain.

Mengenal Pengaruh Abenomics, Kebijakan Ekonomi PM Jepang yang Kini Mundur

Referensi:

Glosserman, Brad. “The Limits of Soft Power in Japan–South Korea Relations - The Case for South Korean Soft Power.” Carnegie Endowment for International Peace, 15 Dec. 2020, carnegieendowment.org/2020/12/15/limits-of-soft-power-in-japan-south-korea-relations-pub-83412.

“The Japan-South Korea Joint Public Opinion Poll 2019.” The Genron NPO, www.genron-npo.net/en/opinion_polls/archives/5489.html.

Kirchenbauer, Reid, and About Reid KirchenbauerReid Kirchenbauer is the Founder of InvestAsian. He's an international stock trader and property investor based in Thailand. “Will the Korean Economy Outgrow Japan's?” InvestAsian, 15 Apr. 2019, www.investasian.com/2017/09/24/korean-economy-outgrow-japan/.

“Made In Where? The 12 Countries With The Best Reputation.” Forbes, Forbes Magazine, www.forbes.com/pictures/58d92fa04bbe6f0e55895385/made-in-where-the-12-coun/?sh=56ee2afad3aa.

News, Kyodo. “Only Some 17% in South Korea, 20% in Japan like Each Other: Survey.” Kyodo News+, KYODO NEWS+, 25 May 2021, english.kyodonews.net/news/2021/05/9dd857e6c12d-only-some-17-in-s-korea-20-in-japan-like-each-other-survey.html.

Park, Ju-min. “K-Pop Stardom Lures Japanese Youth to Korea despite Diplomatic Chill.” Reuters, Thomson Reuters, 30 Apr. 2019, www.reuters.com/article/us-southkorea-japan-kpop-feature-idUSKCN1S62TY.

Published by Statista Research Department, and Apr 26. “Leading Car Manufacturing Countries Worldwide.” Statista, 26 Apr. 2021, www.statista.com/statistics/584968/leading-car-manufacturing-countries-worldwide/.

“South Korea and Japan's Feud Explained.” BBC News, BBC, 2 Dec. 2019, www.bbc.com/news/world-asia-49330531.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

AH
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini