Yadnya Kasada, Simbol Pengabdian Warga Tengger pada Sang Hyang Widhi

Yadnya Kasada, Simbol Pengabdian Warga Tengger pada Sang Hyang Widhi
info gambar utama

Penulis: Habibah Auni

Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan budaya. Dari Sabang sampai Merauke, akan tampak jelas keberagaman budaya dengan coraknya masing-masing. Hingga detik ini pun, budaya-budaya warisan leluhur masih kental dengan kehidupan masyarakat.

Ritual Yadnya Kasada, misalnya. Upacara adat umat Hindu ini diketahui masih diberlangsungkan hingga sekarang. Bagi warga Tengger, ritual Yadnya Kasada dianggap sebagai salah satu momen pengabdian pada Sang Hyang Widhi. Tambah lagi, di momen ini orang-orang bisa menghaturkan rasa syukur, rasa hormat, dan penyucian diri pada leluhur mereka.

Adapun untuk pelaksanaannya sendiri, Yadnya Kasada selalu diadakan saban tahun sekali pada hari ke-15 dalam bulan Kasada atau bulan ke-12 dalam tarikh warga Tengger. Pada tempo itu, orang-orang Tengger dari empat kabupaten di Jawa Timur, yaitu Lumajang, Malang, Pasuruan, dan Probolinggo berkumpul untuk menggelar Yadnya Kasada.

Meskipun diselenggarakan oleh warga Tengger, ritual ini terbuka untuk umum. Siapa pun yang ingin mengikuti Yadnya Kasada diperbolehkan. Lantaran, menurut warga Tengger, keberkahan dari mengikuti Yadnya Kasada tidak hanya diperuntukkan ke orang-orang Hindu, tetapi juga untuk semua orang.

Sejarah singkat Yadnya Kasada

Yadnya Kasada | Foto: Suara.com
info gambar

Melansir laman Indonesia Kaya, sejarah orang-orang Tengger terbagi menjadi dua, yaitu versi legenda dan sejarah. Untuk versi legenda, kata ‘Tengger’ disebutkan berasal dari nama dua nenek moyang mereka, yaitu Rara Anteng (Teng), seorang putri raja Brawijaya, dan Joko Seger (Ger), putra dari Brahmana Kediri.

Nah, Rara Anteng dan Joko Seger menikah dan hidup di wilayah sekitar Gunung Bromo. Meskipun mereka berdua hidup bahagia, nahas mereka belum beruntung dikaruniai kelahiran sang buah hati. Ini pun mendorong keduanya untuk berdoa kepada Sang Hyang Widhi Wasa.

Dalam doanya, Rara Anteng dan Joko Seger berjanji jika punya anak, mereka akan menumbalkan salah satu anaknya. Tak lama setelah itu, mereka pun dikaruniai satu anak. Jumlahnya terus bertambah hingga mencapai dua puluh lima.

Menyelisik Uniknya Ritual Pertanian di 3 Daerah di Indonesia

Akan tetapi, salah seorang anak mereka, yaitu Raden Kusuma, menghilang. Hanya terdengar suara Raden Kusuma dari arah kawah Gunung Bromo. Peristiwa ‘penumbalan korban’ ini, menurut keyakinan warga Tengger, menandakan kesejahteraan pada diri mereka. Di mana inilah kali pertama terjadinya upacara Kasada.

Lantas, bagaimana dengan asal-usul Tengger versi sejarah? Apakah sama dengan versi legenda? Sebenarnya, kedua versi ini tidak jauh berbeda satu sama lain. Buktinya, sejumlah prasasti yang berada di wilayah Gunung Bromo dan Negarakertagama, menyebutkan kalau orang-orang Tengger sudah bermukim di wilayah Tengger sejak masa Kerajaan Majapahit.

Orang-orang Tengger pada masa itu hidup sebagai petani. Mereka memanfaatkan alam sebagai ladang pendapatan mereka. Hasil panen pun bisa dibilang sangat menyejahterakan mereka. Inilah sebabnya orang-orang Tengger sangat mementingkan keselarasan hubungan antara manusia dengan alam.

Termasuk pula dengan Gunung Bromo yang berada di wilayah permukiman mereka. Bagi orang-orang Tengger, Gunung Bromo termasuk bagian alam yang banyak membantu penghidupan mereka. Mereka pun kerap kali melempar sesaji berupa ongkek pada saat ritual Yadnya Kasada. Melabuhkan penghormatan kepada nenek moyang mereka, yaitu Kyai Kusuma dan Raden Kusuma.

Tarian Balia, Ritual Penyembuh Penyakit dari Suku Kaili

Ritual Yadnya Kasada Masa Kini

Yadnya Kasda | Foto: Detik
info gambar

Tak lekang oleh zaman, ritual Yadnya Kasada terus bertahan hingga saat ini. Bahkan, bisa dibilang mengalami perkembangan dan perubahan yang baik. Secara esensial, tidak ada yang berubah dari upacara adat satu ini. Perubahan hanya terletak pada rangkaian acaranya dan bentuk-bentuk sesaji. Salah satunya dengan menambahkan acara tarian dan musik tradisional.

Tidak hanya itu, Ritual Yadnya Kasada masa kini turut menambahkan acara pengukuhan pejabat seseorang di luar Tengger. Dukun padhita atau pemimpin upacara adat dan keagamaan di Tengger akan memimpin berlangsungnya Yadnya Kasada.

Alunan Angklung Buhun, Pengiring Setia Ritual Penanaman Padi Suku Baduy

Secara garis besar, rangkaian Yadnya Kasada terbagi menjadi tiga tahapan utama, yaitu pengambilan air (mendhak tirta) dengan mata terbuka lebar, pentas seni sendratari, dan melempar sesaji ke kawah secara bersama-sama. Dan selesailah upacara mewujudkan permintaan kepada pada leluhur.

Yadnya Kasada merupakan salah satu kekayaan bangsa yang lekat dengan sejarah dan legenda. Mengenal ritual adat satu ini dapat meningkatkan rasa bangga kita terhadap Indonesia. Sekaligus bentuk meningkatkan rasa toleransi antar umat beragama.*

Referensi:Indonesia Kaya | Maioloo

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

KO
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini